Seabad yang lalu, telah terjadi perang dunia yang begitu hebat. Peperangan yang meninggalkan bekas luka dan derita begitu dalam bagi para korbannya. Peperangan yang membuat setiap orang kehilangan segalanya. Harta, keluarga, dan kebahagiaan. Semuanya lenyap tak tersisa.
Begitu pula dengan manusia yang menjadi bahan percobaan untuk kepentingan perang, atau yang biasa disebut mutan.
Ingatan mereka telah direnggut, digantikan dengan ingatan kelam akan peperangan. Jiwa dan raga suci mereka telah dipengaruhi hanya untuk kepentingan peperangan. Hingga mutan tersebut telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia.
Kini, kedamaian telah tercapai waktu demi waktu. Bumi dan isinya sudah berjalan semestinya. Ilmu pengetahuan berkembang dan dimanfaatkan hanya untuk kebaikan. Dan kini, kejahatan telah lenyap layaknya debu yang telah disingkirkan.
"Sekarang sudah waktunya bagi kita untuk melepaskan mereka," ujar seorang pria tua bernama Hiruzen Sarutobi. "Sudah hampir seabad mereka dikurung di sini, kita tidak bisa membiarkan mereka dalam kondisi seperti ini."
"Tapi, Tuan. Bukankah mereka diciptakan untuk berperang? Jika kita melepaskan mutan-mutan ini, aku khawatir mereka akan membuat kekacauan dimana-mana."
"Walau mereka berbeda dari kita, tapi mereka tetaplah manusia, Kakashi. Manusia yang diberikan sedikit kelebihan." Hiruzen tersenyum ke arah Kakashi, mencoba memberikan pengertian kepada murid yang sekarang menjadi tangan kanannya. "Maka dari itu, sudah selayaknya kita memperlakukan mereka seperti manusia pada umumnya. Lagipula, perang sudah berlalu. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan lagi."
Hatake Kakashi termenung sejenak, memikirkan kata-kata Hiruzen yang ada benarnya.
"Anda benar. Tapi, aku tetap ragu kalau kita benar-benar melepaskan mereka."
"Maka dari itu, aku berencana untuk menghapus ingatan mereka sebelum kita bebaskan."
Hiruzen mengambil sebuah cairan berwarna biru yang tersimpan dengan aman di dalam sebuah tabung, lalu ia menunjukkannya pada Kakashi.
"Bukannya itu ..." Kakashi menggantungkan kalimatnya karena sedikit terkejut.
"Benar, formula penghapus ingatan."
"Anda yakin soal ini?"
"Kau masih meragukanku, Kakashi?" Hiruzen menyeringai. "Sehebat apapun penemuan yang diciptakan, pasti mempunyai kelemahan. Formula ini memang tidak benar-benar sempurna, tapi inilah satu-satunya jalan bagi kita untuk membebaskan mereka."
"Aku mengerti." Kakashi mengangguk. "Kapan kita bisa memulai rencana ini?"
"Secepatnya."
•
•
•"Sakura, ayo cepat! Rapat akan segera dimulai."
"Iya, iya!"
Merasa namanya dipanggil, Sakura langsung bergegas mengenakan jas laboratoriumnya. Belum sempat ia mengikat rambutnya, Sakura sudah ditarik kabur oleh Ino.
"Kau ini ya! Tidak dengar kalau Profesor memanggil kita lewat speaker?"
Dengan tergopoh-gopoh, Sakura menjawab, "Maaf, aku ketiduran."
"Kebiasaan," decak Ino sebal.
Setelah sampai di ruang rapat, hawa dingin langsung menusuk tulang Sakura. Membuat wanita berumur dua puluh lima itu menggigil kedinginan.
Sakura menyipitkan matanya ke arah AC yang menempel di dinding. Pantas saja ia kedinginan, suhu di ruangan ini ternyata sebesar lima belas derajat.
"Sekarang aku yakin kalau di balik tubuh kurus Profesor Sarutobi terdapat banyak lemak di dalamnya," celetuk Sakura.
"Aku sependapat denganmu." Ternyata bukan hanya Sakura yang kedinginan, Ino juga merasakan dingin yang luar biasa di ruangan ini. "Mungkin kampung halaman Profesor Sarutobi berada di kutub."
"Sudah selesai diskusi mengenai suhu ruanganku, Haruno? Yamanaka?" Hiruzen tiba-tiba muncul di belakang Sakura dan Ino. Membuat kedua wanita itu berjengit.
"P-Profesor, kami--"
"Cepat duduk di tempat kalian. Ada hal penting yang ingin kusampaikan."
"Baik, Profesor," jawab Sakura dan Ino bersamaan, kemudian mereka berlari secepat mungkin ke arah kursi.
Hiruzen berjalan tegas lalu berdiri di hadapan semua peserta rapat. Meski tinggi badannya terlihat lebih pendek dibandingkan pria lain, Hiruzen Sarutobi tetap terlihat berwibawa dan penuh kharisma. Hingga membuat siapapun tidak berani macam-macam dengannya.
"Mungkin ada beberapa di antara kalian yang sudah mengetahui tujuanku di sini. Jadi langsung saja, aku ingin membebaskan mutan-mutan itu agar mereka bisa menjalani hidup layaknya manusia biasa."
Sebagian besar peserta rapat terkejut bukan main. Rencana gila Hiruzen membuat pro-kontra yang begitu hebat dalam sekejap. Ada yang setuju, ada yang tidak. Meski begitu, rencana Hiruzen tidak bisa diganggu gugat.
"Aku tahu kalian menganggapku gila akan hal ini. Tapi aku sudah punya solusinya." Hiruzen mengeluarkan sebuah tabung kecil dari sakunya. "Formula penghilang ingatan ini akan kita suntikkan pada mutan-mutan itu sebelum mereka dibangkitkan. Setelah itu, kita akan memberikan ingatan baru yang layak untuk mereka. Ada yang ingin bertanya?"
Sakura mengacungkan jarinya dengan cepat.
"Saya, Profesor."
"Silahkan, Haruno."
"Bagaimana caranya untuk memberikan ingatan baru pada mutan-mutan itu? Sedangkan, ingatan itu diciptakan, bukan diberikan."
Hiruzen tersenyum puas, seolah-olah pertanyaan Sakura lah yang paling ditunggu-tunggu.
"Pertanyaan bagus, Haruno. Maka dari itu, kita akan melakukan uji coba pada salah satu mutan, Z17."
Kedua mata Sakura langsung membelalak. "Z17? Profesor serius?"
Suasana ruangan langsung sunyi senyap, karena tidak ada yang berani membicarakan hal tersebut.
"Aku serius, Haruno. Z17, sang prajurit tangguh yang paling ditakuti saat perang dunia. Kita akan melakukan uji coba padanya."
"Tapi, Profesor. Bukankah dia sangat berbahaya?"
"Maka dari itu, aku akan memberikan sebuah tugas padamu, Haruno."
Hiruzen tersenyum misterius, membuat bulu kuduk Sakura merinding. Hei, bukankah pemikiran seorang ilmuwan begitu mengerikan? Apalagi orang di hadapannya adalah Hiruzen Sarutobi, ilmuwan terhebat saat ini.
"Tugas ... apa?" Sakura berusaha menelan ludahnya dengan susah payah.
Dengan santai Hiruzen menjawab, "Setelah Z17 dibangkitkan, aku ingin kau yang menciptakan ingatan itu padanya. Mudah bukan?"
Mudah dari Hongkong? Batin Sakura ingin menangis sejadi-jadinya.
"Y-ya, sangat mudah, Profesor." Sangat mudah, sampai-sampai rasanya aku ingin mati sekarang juga.
Hiruzen tertawa puas, ia pun menepuk kedua bahu Sakura beberapa kali dengan kencang karena saking puasnya.
"Bagus! Kalau begitu, rencana Z17 akan dilakukan besok."
•
•
•-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Fanfiction"Kita berbeda, apakah akhir dari takdir kita akan berbeda juga?" Setelah perang dunia berakhir, perlahan-lahan kedamaian mulai tercipta. Makhluk-makhluk mutan yang awalnya diciptakan untuk berperang, kini dibangkitkan lagi dengan ingatan yang terbeb...