Hari-hari berikutnya setelah malam pertemuan dengan Sasori, Sakura lebih banyak menghabiskan waktunya di sofa, yang kini menjadi tempat tidurnya.
Melihat sikap Sakura yang berlebihan itu, membuat Sasuke merasa kesal sekaligus prihatin. Kesal karena melihat Sakura yang sedang menyiksa diri, prihatin karena ia sendiri tidak bisa merasakan apa yang wanita itu rasakan.
"Sakura, kita perlu bicara," ujar Sasuke berlutut di pinggir sofa, di mana Sakura tengah tidur membelakanginya.
"..."
"Sakura."
"..."
"Aku tahu kau hanya berpura-pura tidur, Sakura. Ayo cepat bangun!"
"..."
Sasuke mendengus. "Dengar, tomat-tomatku sudah habis. Cepat belikan untukku!"
"..."
"Sakura." Sasuke merendahkan suaranya, kemudian memegang bahu wanita itu penuh simpati. "Aku tahu kau sedang sedih, tapi ... apa harus begini caranya kau menghadapi masalah?"
"..."
Sasuke mengusap wajahnya frustasi, ia tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuat Sakura kembali normal, seperti Sakura yang ia kenal.
"Aku tahu, kehilangan orang yang dicintai memang sangatlah berat," ujar Sasuke mulai serius. "Itu kata film yang baru saja kutonton, ngomong-ngomong."
"..."
"Tapi, hey, apa kau tahu? Kalau kau begini terus, kau bisa kehilangan untuk kedua kalinya." Sasuke tersenyum tipis, karena bisa melihat Sakura sedikit bergeser dari posisinya.
"..."
"Bangun, Sakura. Biar aku yang mengganti kekosongan yang baru saja kau alami." Sasuke menelan ludahnya, menahan kalimat selanjutnya. "Kuharap kau cepat sadar, Sakura. Karena aku membutuhkanmu sekarang."
Sakura membalikkan badannya dengan raut wajah bangun tidur, ia menatap Sasuke risih.
"Kau ini sedang bicara apa, sih? Mengganggu tidurku saja," ketus Sakura.
Sasuke langsung berdiri cepat, memasang ekspresi seperti ketangkap basah karena mencuri.
"Ehm, tidak ada." Sasuke terbatuk kecil, ia memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kukira kau tidak tidur."
Alis Sakura bertautan, kemudian ia kembali membelakangi Sasuke lalu tertidur, seperti tadi.
Sasuke mendengus, rupanya Sakura benar-benar tidur. Percuma saja ia berpidato panjang lebar untuk menyadarkan wanita itu.
Dengan wajah kesal, Sasuke berjalan ke tempat tidurnya, lalu melanjutkan acara nonton film menggunakan laptop yang dipinjamkan Sakura.
Tentu saja sebelumnya Sakura sudah mengajari Sasuke untuk mengoperasikan sebuah laptop.
Tanpa Sasuke sadari, ternyata Sakura mendengar semuanya dari awal. Sakura menggigit bibirnya kencang, menahan isakan tangis yang bisa saja keluar dari mulutnya.
Kalimat Sasuke benar-benar mengenai hatinya. Ia tersadar, sikap kekanakannya kali ini bisa saja mengakibatkan hal buruk bagi kehidupannya.
Dan yang lebih mengiris hatinya adalah, ia lupa kalau Sasuke sangat membutuhkannya.
Dengan penuh kesadaran dan penyesalan, Sakura terbangun dari sofanya, lalu berjalan ke arah Sasuke yang tengah serius menonton film.
"Sasuke."
"Hm? Sudah bangun?"
Sakura terdiam beberapa saat dan kejadian berikutnya berjalan begitu cepat.
Sakura langsung memeluk Sasuke erat, sangat erat. Membuat pria itu terkejut bukan main atas serangan dadakan yang diberikan Sakura.
"Maaf, Sasuke. Maaf." Sakura menangis sesenggukkan, Sasuke malah kelabakan tidak tahu harus berbuat apa. "Seharusnya aku tidak kekanakan seperti ini. Kau benar, aku tidak bisa begini terus. Maaf."
"..."
"Dan aku janji, setelah ini aku akan kembali menjadi Sakura yang seperti biasanya."
"..."
"Sasuke? Kau marah padaku?" tanya Sakura menyadari kebungkaman Sasuke yang tiba-tiba. "Sasuke--"
Dengan cepat, Sasuke mendorong kepala Sakura dari dadanya. Sakura cukup terkejut atas perlakuan Sasuke barusan.
"Aku tidak marah. Hanya saja ..." Sasuke menatap Sakura intens. "Aku mau tomat. Di kulkas sudah habis."
"Eh? Tomat ya? Astaga aku lupa." Sakura menepuk jidat lebarnya. "Aku akan ke minimarket sebentar."
Sakura kelabakan mencari jaketnya, sedangkan Sasuke hanya menatap wanita itu dalam diam.
"Sakura."
"Ya?"
"Lain kali, jangan memelukku seperti tadi."
"Lho, memangnya kenapa? Kau tidak suka?" Sakura keheranan.
Sasuke menghendikkan bahunya tidak peduli. "Aku belum tahu cara membalas sebuah pelukan. Mungkin aku harus menonton lebih banyak film."
"Oh, begitu." Sakura tertawa geli. Setelah menemukan jaketnya, ia pun berlari ke arah pintu. "Oke, aku akan memelukmu kalau kau sudah tahu cara untuk membalasnya."
Setelah Sakura keluar, Sasuke bernapas lega. Kemudian ia memegang dadanya, tepat di mana jantungnya berada.
"Aku tidak sedang berolahraga, tapi kenapa jantungku ..." Sasuke menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Ah, mungkin ini efek dari kelaparan."
•
•
•-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Different
Fanfiction"Kita berbeda, apakah akhir dari takdir kita akan berbeda juga?" Setelah perang dunia berakhir, perlahan-lahan kedamaian mulai tercipta. Makhluk-makhluk mutan yang awalnya diciptakan untuk berperang, kini dibangkitkan lagi dengan ingatan yang terbeb...