6

1.7K 214 18
                                    

"Sakura, itu gambar apa?" tanya Sasuke ketika melewati sebuah poster film.

"Itu namanya poster film," jawab Sakura yang kemudian melihat poster tersebut. "Wah! Uzumaki Naruto akan bermain di film ini? Aku harus menontonnya!"

Sasuke mendengus. "Kita harus menontonnya."

"Kita?" Sakura terkekeh. "Aku berani bertaruh, kau akan tidur setelah lima belas menit film itu ditayangkan."

"Kenapa kau berkata seperti itu? Memangnya aku ini pria lemah yang mudah tertidur saat menonton?"

Lagi-lagi Sakura terkekeh. "Jadi begini, Sasuke. Kebanyakan pria yang menonton film romantis akan mudah tertidur sampai film-nya habis."

"Lalu?" Alis Sasuke terangkat sebelah, meminta penjelasan. "Ah, maksudmu, kau mau menyamaiku dengan pria-pria lemah itu?"

Sakura mengangguk santai. "Kurang lebih begitu, semua pria kan sama."

"Tapi aku tidak sama, apalagi aku tidak sama seperti pacarmu itu," ujar Sasuke tidak terima dikatai Sakura begitu. "Kalau aku jadi pacarmu, aku tidak akan melepaskanmu, Sakura."

Sakura tersentak, entah mengapa jantungnya berdegup kencang setelah mendengar Sasuke berkata seperti itu.

"M-memangnya kenapa kau tidak akan melepaskanku?"

"Karena ..." Sasuke berjalan selangkah, kemudian ia mencondongkan badannya ke depan Sakura sampai hidung mereka hampir bersentuhan. "Karena, kau itu berguna. Kau bisa memasak nasi goreng tomat untukku setiap hari. Dan kau selalu membelikan tomat untukku. Jadi, aku tidak akan melepaskanmu atau aku akan kehilangan tomat-tomatku."

Sakura langsung memberikan pelototan maut untuk Sasuke. Kalau sekarang mereka bukan berada di tempat umum, mungkin sekarang Sakura sudah menggorok leher Sasuke sampai kepalanya putus.

Jadi, aku kalah dengan tomat? Sialan. Menikah saja kau dengan tomat!

"Dengan kata lain, kau menganggapku sebagai pembantu, bukan pacar," balas Sakura sinis, yang tidak dipedulikan Sasuke.

Memangnya apa yang kuharapkan dari manusia macam dia? Sakura mendengus pelan.

"Berarti, kita jadi nonton film, kan?" tanya Sasuke yang mengembalikan mood Sakura.

"Oke, awas saja kalau kau sampai ketiduran."



Tepat pukul enam sore, Sasuke dan Sakura sudah sampai di bioskop. Benar saja, ketika mereka datang antreannya sudah sangat panjang. Bisa Sakura tebak, pasti orang-orang ingin menonton film 'Bad Romance', film yang juga ingin ia tonton.

"Aku tidak sabar ingin melihat Naruto di film ini," celetuk Sakura sambil membayangkan wajah tampan Naruto yang berhasil menaklukan hatinya. "Pasti ia akan sangat tampan!"

"Sebenarnya kau ingin menonton film-nya atau orangnya?" sahut Sasuke dengan nada tidak suka. "Kalau kau ingin melihat orangnya, tinggal datangi saja rumahnya, bukan malah ke tempat ini."

"Hei, terserah aku mau menonton film atau menonton Naruto! Kalau tidak suka, sana pulang ke apartemen!" teriak Sakura setengah emosi.

"Kalau aku pulang, kau juga harus pulang."

"Enak saja! Kalau mau pulang, pulang saja sendiri! Jangan mengajakku juga."

"Kau tidak ingat tujuan kita kemari? Kita menonton film, berdua." Sasuke tersenyum penuh kemenangan. "Kalau ada salah satu dari kita yang pulang, berarti tidak ada yang menonton film ini. Berdua atau tidak sama sekali."

Sakura mendengus, ia baru tahu kalau manusia mutan ini pandai berdebat. Mungkin pada saat perang dulu, Sasuke pandai bernegosiasi dengan musuh.

"Oke, oke! Kita menonton film berdua."

"Keputusan yang tepat."

Setelah perjuangan menunggu selama setengah jam, akhirnya Sakura mendapatkan tiket dan film diputar setengah jam kemudian.

Di dalam studio, Sakura dan Sasuke mendapatkan kursi yang paling depan. Ditemani popcorn dan soft drink, mereka menikmati tontonan film romantis yang begitu menarik perhatian keduanya.

Hal yang paling menarik adalah, Sasuke tidak tertidur sama sekali selama film diputar.

"Argh! Kenapa juga Naruto harus jadi orang ketiga?! Seharusnya dia yang jadi tokoh utamanya! Sial," protes Sakura seusai pemutaran film. "Tapi, setelah dipikir-pikir, aku mau punya pasangan yang protektif."

"Kenapa?" Dahi Sasuke berkedut, bingung. "Bukankah seharusnya wanita itu merasa risih dengan pria protektif? Selama aku menonton film tadi, wanita itu selalu marah-marah setiap kali diperhatikan pria itu."

"Kalau itu sih, memang wanitanya yang bodoh." Sakura mendesis. "Di balik sifat pria yang protektif, ada rasa takut kehilangan yang amat besar di dalamnya. Paham?"

"Jadi, kau mau diperhatikan setiap saat, begitu?"

"Tidak juga sih, ada alasan lain kenapa sekarang aku lebih menyukai pria yang protektif," ujar Sakura dengan ekspresi sendu.

"Kenapa?"

"Karena, pria protektif jauh lebih setia. Meski awalnya risih, kita harus paham pasti ada alasan di balik sifat protektifnya seorang pria."

Sasuke mengangguk paham. Setelah dalam keheningan yang lama, tiba-tiba pria itu buka suara.

"Kalau aku menjadi pria protektif, apa kau akan menyukaiku juga, Sakura?" tanya Sasuke, membuat Sakura diam seribu bahasa. "Aku ingin menjadi pria yang kau sukai, yang akan selalu menjagamu. Tidak seperti pacarmu, yang hanya bisa membuatmu menangis semalaman."



-TBC-

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang