12

1.5K 198 15
                                    

"Kau yakin akan kuat menghadiri acara ini, Sakura? Aku ragu kau akan menangis darah setelah ini," ejek Sasuke.

Sakura mendesis. "Benarkah? Bahkan air mataku saja tidak pantas untuk Sasori, apalagi darahku."

"Katakan itu sekali lagi saat kita pulang dari sini."

"Dan kalau aku berhasil mengatakannya, kau tidak akan mendapat jatah tomat selama seminggu penuh, Sasuke," tantang Sakura balik.

Sasuke tidak menjawab, ia hanya merengut ketika mendapat tantangan itu dari Sakura.

Tanpa mengatakan apapun, Sakura mengamit lengan Sasuke lalu memasuki gedung pernikahan yang sudah dipenuhi banyak orang.

Memangnya Sasori menikah dengan wanita yang seperti apa? Sampai-sampai tamunya sampai sebanyak ini.

"Benar dugaanku, ternyata kau datang juga, Sakura." Sasori datang menyambut kehadiran Sakura dengan antusias.

"Aku datang hanya karena mengasihimu, Sasori. Jangan terlalu senang dulu." Sakura tersenyum sinis. "Yah, setidaknya sekarang aku jadi tahu, bahwa kau adalah pria yang tidak berani berkorban demi cintanya."

Sasori mendecih. "Lalu selama ini apa artinya bagimu, Sakura? Aku bersabar menunggumu dari pekerjaan sialmu itu. Seharusnya kau berpikir dua kali sebelum mengejekku."

"Menunggu itu mudah, memangnya kau melakukan apa lagi selain menunggu?" Sakura terkekeh. "Dan lihat? Dulu kau bangga atas pekerjaanku, sekarang kau malah mengutuk pekerjaanku. Akhirnya aku tahu bahwa selama ini kau memang sudah muak denganku."

"Bajingan," gumam Sasuke kesal.

"Kau bilang apa barusan?!" tanya Sasori pada Sasuke.

"Aku setuju dengan Sakura. Kau bukan pria sejati, kau hanya seorang bajingan."

"Bajingan katamu?!" Sasori melotot, namun ia sadar bahwa ia tidak boleh membuat keributan hari ini. "Kau beruntung hari ini. Kalau bukan karena pernikahanku, kau pasti sudah kubuat babak belur."

"Oh ya?" Sasuke tersenyum geli. "Ngomong-ngomong, selamat atas pernikahanmu. Aku ingin berbicara lebih banyak denganmu tapi pacarku sepertinya sudan kelaparan."

Sasuke menatap Sakura yang tampak terkejut dengan ucapan tidak terduga Sasuke.

"Ah, ya. Aku sudah lapar. Kuharap kau tidak memasukkan racun ke makanan-makanan itu, Sasori." Sakura tersenyum, kemudian ia mengambil sesuatu dari tasnya. "Ini untukmu, hadiah pernikahan untuk kalian."

Sasori menerima hadiah itu dengan ragu. "Kuharap ini bukan bom atau semacamnya."

"Justru aku berharap bisa menghadiahkan sebuah bom untukmu, Sasori." Sakura memberikan sebuah seringai untuk Sasori sebelum ia mengajak Sasuke untuk ke stand makanan.

"Harus kuakui, yang tadi itu luar biasa," puji Sasuke.

"Tentu saja." Sakura menyeringai. "Memangnya kau kira aku akan menangis, begitu?"

Sasuke tidak menanggapi, ia malah mengedarkan pandangan ke sekeliling, seperti tengah mencari sesuatu.

"Kita belum bertemu dengan istri Sasori," ujarnya mengingatkan.

"Kau benar dan sepertinya kita harus mencarinya."

"Tidak usah, orang yang kita cari ada di depan sana," tunjuk Sasuke dengan dagunya.

Sakura mengikuti arah yang ditunjuk Sasuke dan benar saja, pengantin wanita ada di seberang mereka. Tapi Sakura merasa ada yang aneh, ia seperti pernah melihat wajah pengantin wanita itu.

"Kenapa kau diam saja, Sakura? Ayo kita berikan selamat untuknya."

"Sebentar." Sakura menarik tangan Sasuke, lalu ia berjalan ke arah pengantin wanita itu. "Itu kan--"

"Siapa? Memangnya kau kenal dengan wanita itu?" tanya Sasuke.

Rahang Sakura mengeras, ia terpaksa mengangguk karena ia memang mengenal wanita itu.

"Tentu saja aku mengenalnya." Sakura mendesis. "Dia Ino, sahabatku."



-TBC-

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang