7

1.6K 190 8
                                    

"Mau pergi kemana?" tanya Sasuke ketika menyadari Sakura tengah bersiap-siap mengenakan jaketnya.

"Mencari udara segar, hanya sebentar."

"Di malam hari? Lagi?" Alis Sasuke terangkat sebelah.

"Memangnya kenapa? Tidak boleh?" tanya Sakura seraya berkacak pinggang, dengan wajah penuh tanya.

Memasang tampang datar seperti biasanya, Sasuke tidak langsung menjawab. Ia malah beranjak dari sofa lalu ikut bersiap-siap.

"Aku ikut."

"Ikut?!" Mata Sakura membelalak, sesaat kemudian ia menatap Sasuke curiga. "Jangan bilang kalau kau ingin mencoba jadi pria posesif?"

"Kenapa? Tidak boleh?" balas Sasuke tidak peduli. Tanpa berpikir panjang, ia pun meraih tangan Sakura. "Ayo kita jalan-jalan malam."

"Tapi--"

"Ayo."

Berkat paksaan Sasuke, mau tidak mau Sakura harus menuruti kemauan manusia mutan itu. Yang lebih parahnya lagi, Sasuke tidak tahu seluk beluk Konoha, akhirnya Sakura lah yang membawa Sasuke jalan-jalan ke taman kota.

"Tempat macam apa ini?!" sungut Sasuke kesal, ia tidak menyukai tempat yang dipenuhi keramaian dan kebisingan seperti taman ini. "Ayo kita pulang saja."

"Tidak mau! Enak saja kita harus kembali ke apartemen. Lagipula, siapa coba yang tadi merengek minta ikut?"

Sasuke mendengus sebal, akhirnya ia pasrah mengikuti kemauan Sakura untuk jalan-jalan di taman kota.

Di saat tengah berjalan, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sakura memikirkan tentang kehidupan selanjutnya tanpa Sasori, sedangkan Sasuke tengah memikirkan cara agar cepat-cepat pulang dari sini.

Hingga akhirnya, keduanya sudah jauh dari kerumunan banyak orang, mereka pun memilih salah satu kursi taman yang kosong.

Sakura melihat sekeliling, hanya ada beberapa orang yang sedang berkencan di sini. Tempat yang sempurna untuk menyegarkan pikiran.

"Akhirnya kita jauh dari kerumunan," celetuk Sasuke dengan nada datarnya.

"Kau benar-benar tidak suka kebisingan, eh?" tanya Sakura geli.

Dahi Sasuke berkerut, menatap Sakura bingung. "Kenapa kau bertanya? Seharusnya kau sudah tahu, kan? Kau kan teman dekatku."

Sakura langsung kelabakan, menyadari kebodohan kecilnya yang bisa saja membuat Sasuke curiga padanya.

Dengan kalem, Sakura membalas, "Yah, aku hanya ingin memastikan. Siapa tahu setelah kecelakaan itu, ada beberapa hal yang berubah darimu."

Tatapan Sasuke kembali datar seperti biasanya, Sakura bernapas lega. Setidaknya ini jadi pelajaran baginya agar kejadian tadi tidak terulang lagi.

"Ngomong-ngomong, soal pacarmu--"

"Mantan."

"Mantan pacarmu. Sekarang kalian bagaimana?"

Sakura membuang napasnya cepat-cepat. "Entahlah, kurasa dia akan menikah."

Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah langit malam, banyak bintang bertaburan di atas sana.

"Kau sendiri bagaimana?"

"Maksudmu?"

Sasuke mendengus pelan. "Apa kau akan menikah juga?"

Diam-diam Sasuke berbangga dalam hati, ia sudah mempelajari banyak hal setelah menonton film kemarin malam. Bahkan ia sudah mengerti apa pernikahan itu.

"Entahlah, mungkin tidak. Setelah apa yang terjadi belakangan ini," jawab Sakura dengan nada sesak.

Di saat kedua mata Sakura berlinangan air mata, suara datar namun hangat Sasuke membuatnya terkejut.

"Ternyata kau wanita yang pesimis akan cinta ya?" celetuk Sasuke dengan nada mengejek.

"Kau mengejekku?!" tantang Sakura seraya mengelap air matanya yang hampir tumpah, wajahnya memerah menahan emosi. "Memangnya kau tahu apa tentang cinta, hah?"

"Aku memang tidak tahu apapun tentang cinta, merasakan saja tidak pernah," jawab Sasuke dengan nada datar namun tenang. "Tapi yang aku tahu dari film yang kutonton kemarin malam, bahwa cinta itu--"

"Sakura?"

Sebuah suara menginterupsi percakapan Sakura dan Sasuke. Dengan cepat, Sakura memutar badannya utuk memastikan siapa yang baru saja memanggilnya.

Dan ternyata orang itu adalah Sasori, pria yang sangat ingin ia hindari untuk selamanya.

"Mau apa kau kemari?" tanya Sakura sinis.

Sasori tersenyum hangat dan sialnya, Sakura membenci senyuman itu sekarang. "Setidaknya kau membalas sapaanku, Sakura."

"Harus ya?" Mata Sakura memicing sebal. "To the point saja, apa maumu?"

"Kau sudah berubah ya?" Raut wajah Sasori menjadi sendu. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

"Kalau begitu, cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu, apalagi untukmu."

Sasuke hanya menonton drama di hadapannya dengan tenang, seolah-olah ia tengah menonton film.

"Ngomong-ngomong, siapa pria itu?" tanya Sasori ketika menyadari kehadiran Sasuke. "Jangan bilang kalau dia pacarmu."

"Kalau iya, memangnya kenapa? Masalah buatmu?" jawab Sakura mendecih. "Cepat, katakan apa maumu."

Sasori menghela napasnya pelan, ia memang pantas mendapat kekecewaan dari Sakura.

"Aku akan menikah di hari Sabtu, kuharap kau akan datang."

Sakura menggigit bibir bawahnya kencang-kencang. Seharusnya ia tidak terkejut akan berita ini.

Sakura menyeringai. "You wish, jangan terlalu berharap, Sasori."

"Yah, setidaknya aku telah memberitahumu, Sakura. Tapi pernikahanku akan sempurna jika kau datang."

"Sempurna bagimu dan pasanganmu, tapi buat Sakura?" celetuk Sasuke menanggapi permintaan Sasori. "Kau hanya akan memperburuk suasana hatinya."

Sasori menatap Sasuke dengan dahi mengernyit heran. "Sebaiknya kau tidak usah ikut campur."

"Dia pacarku, jadi dia berhak untuk ikut campur," ketus Sakura.

Sasuke menyeringai, memberikan tatapan kemenangan pada Sasori.

"Kau dengar? Aku boleh ikut campur di sini."

Sasori menggerutukkan giginya, ia berniat untuk menghajar Sasuke. "Kau--"

"Masalah Sakura datang atau tidak, itu urusannya. Jadi, jangan mengemis-ngemis lagi padanya." Sasuke menyeringai tajam, memberika tatapan mengejek pada Sasori. "Menyedihkan."

Aura di sini tiba-tiba berubah menjadi dingin dan menegangkan. Sakura menelan ludahnya lalu menatap Sasuke yang tengah berdiri di depannya, seolah-olah ingin melindunginya dari ancaman apapun.

"Sudahlah, Sasuke. Ayo kita pulang."

Sasuke mengangguk patuh, ia pun meraih tangan Sakura, lalu digandengnya erat-erat.

"Ayo."



-TBC-

We Are DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang