-part fourteen-

1.9K 237 86
                                    

Changgu sudah sepenuhnya terlilit, kencangnya lilitan membuat tubuh Changgu remuk. Pada saat itu pula Changgu sudah dinyatakan tewas.

"Mati lu mati mati! Anjing gua kesel banget! Doy gua kangen sama lu."

Joy bersimpuh dengan kedua tangan menutup wajahnya dan Joy pun menangis. Badannya bergetar, suara isak tangisnya terdengar memilukan.

"Kenapa kita harus main permainan ga guna gini! Untung engga, mati iya! Doy, Doyoung lu ga kangen gua gitu?"

Joy terus bergumam di dalam tangisnya. Daniel merasa iba melihatnya, ia berjongkok di sebelah Joy kemudian menepuk-nepuk bahu Joy yang bergetar.

"Joy lu baik-baik aja?"

"Ya engga lah goblok! Lu ga liat gua sedih gini. Gua sedih Dan, gua marah, gua kecewa, gua menyesal. Ah bangsat siapa yang bikin permainan ga berguna itu!"

Joy menatap Daniel. Terlihat jelas matanya yang memerah dengan air mata yang terus mengalir di sana.

"Tapi gua lega bisa hukum werewolf. Sialan Changgu, diem-diem werewolf!"

Joy menyeka air mata yang tersisa. Dirinya bangkit. "Cih gua nangis gini ga bikin Doyoung balik. Doy, gua berdoa semoga lu baik-baik aja di sana bareng yang lain. Maaf gua ga bisa kasih yang terbaik buat lu."

"Nah gitu dong Joy, lu nangis gini ga berguna. Yang lain ga bakal hidup lagi." Daniel ikut bangkit, dirinya menepuk-nepuk pelan pakaian yang ia kenakan.

"Eh Joy, gua mau nanya kenapa lu pilih Changgu?" tanya Daniel,

"Gua liat dia yang ngebunuh Jaehwan. Bangsat banget gua pingin nonjok dia di saat itu juga," jelas Joy dengan nada kesal.

"Lu bener-bener yakin kalo dia werewolfnya?" tanya Daniel lagi,

Joy memicingkan matanya, "lah ko lu nanya gitu? Lu ga percaya sama gua hah?!"

Daniel mengangkat bahunya, "ya kan gua cuman mau mastiin aja. Emang lu ga curiga sama gua?"

"Ya engga lah. Kalo gua curiga sama lu gua ga akan milih siapa-siapa. Jadi gini...."

Joy menceritakan lagi kepada Daniel kenapa ia dengan mantap memilih Changgu.

Flashback

Joy memutuskan untuk mencari tempat persembunyian lain. Masa bodoh jika bertemu dengan sang werewolf. Joy sudah siap lahir batin dan tenaga untuk menghadapinya.

"Ada werewolfnya gua sabit pake ini." Joy memegang sebalok kayu besar di tangannya untuk persiapan melawan werewolf.

Perlahan tapi pasti Joy menuruni anak tangga, kemudian ia melewati sebuah lorong bercabang tiga.

"Anjing makin sini lorongnya makin serem. Jaehwan sialan, nyari tempat yang horror gini."

Joy berhenti melangkah saat samar-samar ia melihat sebuah bayangan berlari dari sisi kiri lorong itu.

Dengan sigap Joy bersembunyi sambil mengintip siapa pemilik bayangan itu.

"Shit! Ga keliatan," umpat Joy.

"Auuuuuuuuu... auuuuuuuu..."

Beberapa saat setelah bunyi lolongan terdengar, Joy bisa melihat dengan jelas si pemilik bayangan yang ia lihat.

"Sialan, jadi selama ini dia werewolfnya!"

Setelah sang werewolf pergi, Joy segera berlari menuju ruangan kemungkinan werewolf berasal. Dilihatnya seluruh isi ruangan itu. Joy memekik keras tak kala melihat satu jasad baru terduduk di pojokan.

"Anjir Jaehwan!"

"Oh gitu, pantes yah lu senyam senyum mulu. Ternyata udah tau siapa werewolfnya," ucap Daniel santai.

Akhirnya Joy dan Daniel mencari mayat Doyoung. Awalnya Daniel menolak tapi Joy terus memaksa. Katanya, dia ingin melihat Doyoung untuk yang terakhir kalinya.

Di sini lah keduanya berada, menatap mayat Doyoung yang sudah membiru.

"Doy, gua bertahan seperti apa yang lu bilang di awal permainan. Lu jahat banget sih ninggalin gua sendirian disini. Gua harus bilang apa ke ibu sama ayah, anaknya mati gara-gara permainan sialan gitu? Hiks Doy, hiks."

Lagi-lagi Joy menangis. Joy sudah mencoba untuk tidak akan menangis lagi. Ternyata hal itu tak mudah, Joy tetap saja menangis kencang.

Joy kecewa dengan dirinya. Kenapa disaat seseorang yang selalu ada, yang selalu membuatnya nyaman, yang selalu kasih semangat telah pergi dirinya baru peka sekarang.

"Gua ga berguna banget Doy, hiks hiks."

Sebenarnya Daniel tidak mau mengganggu Joy, tapi waktu semakin malam. Daniel harus mengakhiri semuanya.

"Joy lu mau nyusul Doyoung ga?"

"Ko lu nanya gitu sih Dan, gua—anjing!"

Joy hendak berlari namun tangannya segera di genggam Daniel.

"Gua akan dengan senang hati bikin lu bisa bersama Doyoung, Park Sooyoung," ucap Daniel sambil tersenyum licik.

Kini suara erangan memenuhi ruangan bersamaan pula dengan tubuh Daniel yang berubah menjadi besar dan berbulu. Matanya merah, badannya berotot. Kuku tangan dan kakinya memanjang dan meruncing.

Rahangnya tegas, terlihat deretan gigi tajam yang siap mencabik tubuh Joy.

Rahangnya tegas, terlihat deretan gigi tajam yang siap mencabik tubuh Joy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sialan, ternyata selama ini lu wer—arkh!"

Sudah habis waktu Joy di dunia ini. Dengan satu gigitan di leher membuat Joy berhenti bernafas.

"Auuuuuuu... auuuuuuu..."

"Yeo Changgu telah tewas, status villager."

"Park Sooyoung telah tewas, status king."

"Selamat kepada Kang Daniel karena telah memenangkan permainan ini. Kang Daniel status seer yang sudah berubah menjadi werewolf."

"Hore akhirnya selesai juga. Jangan lupa ajak yang lain mau itu teman sanak saudara maupun tetangga untuk bermain permainan ini."

"Sekian dari saya yang cecan cetar membahana ulala badai imut kiyow ini, sampai jumpa lagi."

•••

Hore ceritanya udah tamat, yeay 🎉🎊

Hayo siapa yang awal nebak Changgu werewolfnya? Atau Joy werewolfnya?

Hehe, ternyata werewolf sesungguhnya ia lah Kang Daniel alias suami aku😂

Eits walaupun udah tamat jangan dulu di hapus dari library, masih ada satu part lagi.

Aku ucapkan terima kasih karena kalian menluangkan waktunya untuk ff aku yang masih jauh dari kata bagus ini.

Sekian dari author gaje ini, kalo kelamaan takut malah jadi curhat hehe

Useless ✔ 1996Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang