-part fifteen-

3K 257 74
                                    

Daniel bersimpuh disebelah mayat Doyoung dan Joy. Pakaian Daniel penuh dengan bercak darah. Keadaannya saat ini sangat urakan.

Daniel termenung, tubuhnya bergetar. Sebuah isakan pilu terdengar dari mulut Daniel. Ya, Daniel menangis.

Kepalanya menunduk dalam, setetes demi setetes air matanya jatuh.

"Apa yang gua lakuin? Ke...kenapa gua jadi pembunuh gini."

Daniel melihat kedua tangannya, kemudian ia gunakan untuk menampar pipinya sendiri.

"Gua pembunuh!" ucap Daniel lirih,

"Maafin gua, gua salah besar. Maaf," sambungnya.

Daniel menatap lantai kosong. Isakannya berhenti dan suasana pun menjadi hening. Perlahan Daniel bangkit masih dengan kepala yang tertunduk.

Seperdetik kemudian dia mengangkat kepalanya. Tercetak jelas seringai di wajah Daniel. Raut wajahnya berubah drastis, terlihat berbeda dari Daniel yang biasanya.

"Hahaha, seru juga main permainan ini. Lo semua orang-orang ga berguna lebih baik mati!" ucap Daniel sambil tertawa puas.

Daniel berjalan angkuh. Di dalam matanya tersirat rasa senang yang luar biasa. Terlebih saat melihat mayat teman-temannya.

Daniel berubah seratus persen. Daniel yang dulu bukanlah yang sekarang. Yang dulu ramah dan hangat sekarang menjadi dingin dan penuh dengan aura kegelapan.

Daniel pergi meninggalkan bekas rumah sakit dengan tersenyum lebar, seperti tak terjadi hal yang buruk.

Tanpa Daniel ketahui sebuah simbol tercetak jelas di punggung tangan kanannya. Simbol peran dalam permainan yang menyala.

"Bagus, permainan akan kembali dimainkan. Dan itu semua gara-gara campur tangan lu Kang Daniel."

END—

"Oy kalian bosen nih, main kuy."

"Ayok, gua bosen nih."

"Som, mau ikutan kaga?"

"Lah ini permainan canggih amat pake segala di scan."

"Asu hp gua kenapa ngeblank gini!"

"Lo kenapa bawa kita ke permainan laknat ini sih! Lo mau bunuh kita semua hah?!"

"Waktunya lu mati sekarang, hahaha!"

"Jadi lu werewolfnya?!"

"Sorry, tapi kita harus hukum lo."

Kartu terkutuk itu dimainkan kembali.

—after—
01-02L

Or

"Bin, mau ga jadi pacar gua?"

"Ayolah Dan, bantuin temen lu yang ganteng lagi. Bantuin si ganteng Hoshi."

"Gua tau kenapa lu ga mau pacaran sama cewe dikelas ini, lu ga mau kita pecah 'kan?"

"Berisik amat sih! Itu mulut apa ban bocor, angin doang yang keluar!"

"Dih ogah ah sama Woozi, apaan galak gitu."

"Lo kalo mau nikung liat-liat dulu lawan lo! Di gampar aja langsung mewek, beraninya lawan gua!"

"Cungha mau ga sama a'a kasep?"

Siapa sangka dibalik pertemanan mereka ada perasaan lain yang terlibat.

—behind—
96L

Yang mana dulu yah enaknya? 😏

Ditunggu aja yang mana yang bakal publish duluan.

Jumpa lagi di work aku yang lain 👋

Useless ✔ 1996Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang