Jimin membereskan pakaiannya, melipatnya dengan rapi dan memasukkannya kedalam tas pakaian. “Jaket sudah, sepatu sudah,” Jimin menggumam, “apa lagi ya? Oh, ponsel dan charger juga. Bisa gawat kalau aku meninggalkannya.” Jimin menoleh, dia memasukkan charger dan beberapa barang lain kedalam ranselnya. “Baiklah, semua sudah siap,” Jimin menghela napas lega, dia tersenyum senang membayangkan betapa serunya berlibur ke Daejin besok. Tak apalah meskipun hanya berlibur selama tiga hari, yang penting dia bisa menikmati liburannya.
“Jimin.”
Jimin menoleh, dia tersenyum kepada seorang wanita yang berjalan masuk kamarnya. Wanita itu tampak cantik, meskipun kerutan mulai terlihat di wajahnya, namun itu tidak mengurangi kecantikannya. “Bibi Hana,” sapa Jimin, dia mendekat merangkul erat wanita bernama Hana itu, “terimakasih sudah mengijinkanku berlibur bersama yang lain.” Jimin melepaskan pelukannya, dia menatap Hana yang hanya tersenyum kecil. “Bibi tidak usah khawatir, aku bisa menjaga diri,” Jimin kembali berbicara.
“Aku tahu kau bisa menjaga dirimu sendiri, Jimin,” ucap Hana pelan.
Jimin terdiam, dia tahu ada yang mengganjal di diri Hana. “Bibi, apa kau sebenarnya tidak ingin aku pergi?” tanya Jimin.
Hana menatap Jimin dalam diam, dan Jimin tahu jawaban apa yang diberikan Hana lewat tatapan mata itu. “Bibi, aku tahu kau jarang sekali mengijinkanku pergi, tapi aku kan berlibur bersama yang lain. Dan ada Hoseok Hyung juga, jadi aku tidak sendiri,” ucap Jimin.
“Aku hanya khawatir kau mengalami kejadian buruk, nak,” ucap Hana, “kau tahu, aku sudah bersumpah akan menjagamu sebaik mungkin. Kalau terjadi apa-apa denganmu, itu artinya aku melanggar sumpahku, kan?”
“Ada aku yang akan menjaganya, Bibi.”
Hana dan Jimin menoleh. Hoseok berjalan masuk, dia tersenyum meyakinkan kepada Hana. “Kau jangan khawatir,” ucap Hoseok, “apa aku pernah gagal menjaga Jimin sebelumnya? Tidak, kan? Kau tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkan ada hal buruk menimpanya.”
Hana menghela napas, dia akhirnya mengangguk dan menatap Jimin. “Baiklah, baiklah, aku selalu kalah dengan kalian,” ucap Hana, dan ketiganya terkekeh pelan. Hana menatap Jimin, tangannya terulur membelai lembut rambut pemuda itu. Jimin tersenyum, dia merasakan kasih sayang yang sangat besar lewat sentuhan Hana. “Jaga dirimu baik-baik, Jimin,” ucap Hana, “ada banyak orang jahat di Busan, dan kau jangan sampai memisahkan diri dari rombongan.” Hana tersenyum, dia berbalik dan berjalan keluar kamar.
Hoseok dan Jimin menghela napas. Jimin menoleh, dia lantas menutup pintu dan menatap Hoseok yang terlihat khawatir. “Hyung, aku tidak bisa menahannya,” ucap Jimin khawatir, “ini... ini pertama kalinya aku membohongi Bibi Hana sampai sejauh ini. Aku tidak bisa melakukannya, Hyung. Aku...” “Aku juga takut, Jimin,” sela Hoseok, dia berdecak kesal dan mengacak rambutnya, “ini semua salah Namjoon. Dia yang membuat kita harus ikut berbohong seperti ini.”
Jimin menghela napas, dia kemudian tersadar sesuatu dan menatap Hoseok. “Hyung,” panggil Jimin, “bolehkah aku bertanya sesuatu?”
“Apa?” tanya Hoseok.
“Daejin. Apa yang membuatmu tidak mau pergi ke Daejin?”
Hoseok diam, dia menatap Jimin yang juga menatapnya penasaran. “Bukankah itu kota kelahiranmu, Hyung?” tanya Jimin, dia melangkah mendekati Hoseok yang mundur membuat jarak dengannya. Jimin melirik, dia tahu Hoseok sedang menyembunyikan sesuatu. Kebiasaan Hoseok yang paling dihapal Jimin adalah, dia akan membuat jarak dengan lawan bicaranya saat dia menutupi sesuatu. Seakan dia tidak mau ada yang mengetahui rahasianya. “Tidak ada yang menarik disana, Jimin,” ucap Hoseok, “aku pergi dari Seoul untuk mencari suasana baru, kalau aku kembali ke Daejin aku bisa bosan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Twins (Completed)
FantasyAkan lahir dua bintang. Satu diantaranya memiliki cahaya yang membutakan. Sebagian cahaya itu terserap oleh bintang lainnya, dan sebagian lagi masuk kedalam rengkuhan Sang Kematian. Dan saat itu terjadi, satu bintang akan mati.