“Iya, Bibi. Aku minta maaf, tapi mobil yang kami kendarai kemarin mogok dan harus diperbaiki,” Hoseok berbicara dengan Hana lewat telepon, “aku tidak tahu, Bibi. Aku bukan ahli mesin mobil, mana tahu kapan mobil itu akan selesai diperbaiki. Salahkan Namjoon, dia benar-benar perusak profesional.” Hoseok terkekeh, dia mengaduh dan menendang Namjoon yang menggeplak kepalanya sambil melotot. “Baiklah. Iya, jangan khawatir, dia baik-baik saja. Iya, sampai jumpa.” Hoseok memutus sambungan telepon, dia menghela napas dan menggeplak kepala Namjoon. “Kau membuatku berbohong lagi, Namjoon!” sahut Hoseok kesal.
“Kau pilih, kita berbohong tapi pulang dengan membawa Jimin yang baik-baik saja atau tetap pulang dengan membawa Jimin yang masih tidak sadar seperti itu,” balas Namjoon.
Hoseok menghela napas, dia membenarkan ucapan Namjoon. Masalah akan semakin rumit kalau Hana melihat Jimin seperti itu. Hoseok duduk di dekat Namjoon yang membaca buku, dia kemudian melirik curiga kearah Namjoon. Ya, Hoseok curiga dengan Namjoon yang terlihat baik-baik saja. “Sepertinya kau tidak mengkhawatirkan Jimin,” ucap Hoseok.
“Hm? Aku mengkhawatirkannya,” sahut Namjoon.
“Benarkah?” tanya Hoseok lagi.
Namjoon menghela napas, dia menutup bukunya dan menatap Hoseok yang masih memicing curiga kearahnya. “Khawatir tidak selalu ditunjukkan dengan kepanikan yang berlebihan seperti dirimu, Hobi,” ucap Namjoon, “lagipula, kenapa kau begitu khawatir? Bisa saja Jimin sedang dalam kondisi yang tidak baik, makanya dia pingsan.”
Hoseok mendengus, dia akhirnya beranjak dan berjalan kearah kamar Jimin. Hoseok takut jika Jimin sempat melihat Jeongmin, dia pasti akan penasaran dan akan bertanya soal kemarin kepadanya. ‘Aku harus menjawab apa?’ batin Hoseok, ‘aku tidak bisa berbohong lebih banyak lagi. Mungkinkah ramalan itu memang tidak bisa dipatahkan? Lalu... aku harus bagaimana sekarang?’ Hoseok menghela napas, dia kemudian tersadar sesuatu. ‘Jeongmin mungkin melihat Jimin, tapi Jimin jelas tidak akan melihat Jeongmin,’ batin Hoseok lagi, ‘dia masih bernapas sampai sekarang, itu artinya dia tidak sempat melihat Jeongmin secara langsung.’ Hoseok menghela napas lega, dia membuka pintu kamar dan masuk menemui Jimin.
Deg.
Hoseok membelalakkan mata melihat tempat tidur Jimin kosong, dia menoleh dan semakin terkejut melihat kain putih menjulur keluar jendela yang terbuka. “Jimin!” Hoseok berlari, dia panik menyadari Jimin kabur lewat jendela. “Sial!” Hoseok segera berlari keluar penginapan, dia mengabaikan panggilan Namjoon dan Taehyung. Kenapa dengan Jimin? Apa jangan-jangan dia penasaran dengan keberadaan Jeongmin, dan memilih untuk melarikan diri demi mencari tahu soal saudaranya?
Jungkook berbelok, dia baru akan masuk penginapan saat Hoseok berlari melewatinya. Jungkook terkejut, dia menatap bingung Hoseok yang menjauh. “Hoseok Hyung kenapa, sih?” gumam Jungkook, dia berjalan dan baru akan membuka pintu penginapan saat telinganya menangkap suara tawa Namjoon dan Taehyung. “Sebentar lagi, semua ramalan itu akan terwujud,” terdengar suara Namjoon.
“Kau benar, Hyung,” suara Taehyung ikut terdengar, “aku sudah mengatakan, bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dihindari. Sedikit lagi, dan aku akan mendapatkan semua yang kuinginkan sejak lama.”
“Menurutmu Jimin akan kembali kesana?” tanya Namjoon.
“Tentu saja. Dia pasti penasaran. Kau tahu bagaimana Jimin, dia itu sangat mudah penasaran dan tidak akan berhenti sebelum mendapatkan jawaban yang dia inginkan,” jawab Taehyung.
Jungkook terkesiap, dia menoleh kearah jalanan dan segera berlari menjauhi penginapan. Dia harus menemukan Hoseok dan Jimin segera.
Harus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins (Completed)
ФэнтезиAkan lahir dua bintang. Satu diantaranya memiliki cahaya yang membutakan. Sebagian cahaya itu terserap oleh bintang lainnya, dan sebagian lagi masuk kedalam rengkuhan Sang Kematian. Dan saat itu terjadi, satu bintang akan mati.