Chapter Four

1.9K 233 15
                                    

Di malam bulan purnama...

Akan lahir iblis ditengah-tengah malaikat...

Iblis bersayap malaikat...

*

Hoseok membuka pintu, dia berjalan masuk mendekati Seokjin yang duduk menghadap jendela. Hoseok diam menatap Seokjin yang juga diam seakan tidak menyadari kehadirannya. Hoseok menghela napas, dia menoleh menatap sekeliling ruangan. Ada banyak foto yang terpajang di dinding dan meja di sisi ruangan. Mata Hoseok terpaku kepada sebuah foto yang cukup besar di tengah meja. Hoseok perlahan mendekat, dia menatap foto itu dan tersenyum kecil.

“Itu terakhir kalinya kita mengambil foto bersama.”

Hoseok menoleh, dia segera mendekat kearah Seokjin yang masih menatap jendela. “Aku ingin bertemu dengan Taehyung,” ucap Seokjin, “bisakah kau mengajaknya kemari?”

“Taehyung sepertinya masih tidak mau menemuimu, Hyung,” ucap Hoseok, “dia... selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali aku membicarakan dirimu.”

Seokjin mendengus kecil, Hoseok menoleh dan tercengang melihat Seokjin menitikkan airmata. Sehancur itukah Seokjin? Ah, Hoseok bisa memahami bagaimana perasaan Seokjin. Bagaimanapun, Taehyung adalah keluarga Seokjin satu-satunya. Seokjin jelas menyesal sudah mengusir Taehyung. “Aku akan mencoba membawanya kemari, Hyung,” Hoseok berusaha menghibur, “jangan khawatir. Aku akan membujuknya.”

“Aku sendiri yang akan mendatanginya,” ucap Seokjin, dia akan berdiri namun Hoseok mencegahnya. “Jangan, Hyung,” ucap Hoseok, “kalau Taehyung melihatmu, dia malah tidak akan mau menemuimu. Aku akan mencoba membujuknya, dan dia akan datang kemari atas keinginannya sendiri.”

Seokjin diam, dia akhirnya menurut dan kembali duduk. “Hanya dia satu-satunya keluarga yang kumiliki,” ucap Seokjin pelan, “kalau dia pergi, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi.” Seokjin menunduk, dia menggumam pelan, “Lalu untuk apa aku hidup?”

Hoseok menghela napas. Dia harus bisa membujuk Taehyung agar mau berbaikan dengan Seokjin. Hoseok baru akan bicara saat ponselnya bergetar. Hoseok mengambil ponselnya, dia agak kaget melihat nama Taehyung muncul di layar. “Hyung, Taehyung meneleponku,” ucap Hoseok, dia berdehem dan menjawab telepon, “Ada apa, Tae?”

‘...’

“Hm? Aku...” Hoseok melirik Seokjin yang tampak penasaran, “...aku sedang di rumah temanku. Kenapa?”

‘...’

“Jimin? Tidak, aku tidak mengajaknya. Dia masih di penginapan.”

‘...’

“Hah? Apa maksudmu dia tidak ada?” Hoseok mulai panik.

‘...’

Hoseok terkejut, dia segera memutus sambungan telepon dan menatap panik Seokjin. “Hyung aku harus segera pergi,” ucap Hoseok panik, “Taehyung memberitahuku kalau Jimin tidak ada di penginapan. Aku takut terjadi apa-apa dengannya.”

“Pergilah. Pastikan Jimin baik-baik saja,” ucap Seokjin.

Hoseok mengangguk, dia segera berlari meninggalkan Seokjin. Sepeninggal Hoseok, Seokjin menghela napas dan berjalan pelan mendekati jajaran foto di meja dan dinding. Seokjin mengambil sebuah pigura di meja, dia menunduk diam memandangi foto di pigura itu. Seokjin tersenyum, jarinya mengelus pelan potret Taehyung di pigura itu. Potret Taehyung bersama dirinya, berangkulan akrab dan menyunggingkan senyum bahagia.

Ya. Mereka pernah bahagia.

*

Jimin melompat, dia berjalan mengikuti Namjoon yang berjalan santai di hutan. “Kenapa kita kemari, Hyung?” tanya Jimin, “seram sekali kakak Taehyung, tinggal di tengah hutan.”

Twins (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang