Lamia berlari kencang, dia kemudian berhenti dan menatap rumah megah di depannya. Lamia menghela napas, untuk apa Taehyung meneleponnya? Apa dia merencanakan sesuatu? Tapi kalau mendengar suaranya, sepertinya Taehyung sedang menangis. Lamia menyentuh dadanya, dia merasa ada sesuatu terjadi kepada Taehyung, dan apapun itu sepertinya bukan sesuatu yang bagus. Lamia menghela napas, dia berjalan cepat masuk rumah keluarga Kim. “Taehyung,” Lamia memanggil, dia berjalan pelan memasuki rumah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah ini. “Taehyung,” Lamia kembali memanggil, kali ini dia sedikit meninggikan suaranya.
Lamia menaiki tangga menuju lantai dua. Tidak biasanya rumah Seokjin sepi seperti ini. Dan tidak biasanya Seokjin tidak merespon panggilannya, mengingat Seokjin selalu waspada dengan semua orang yang datang. Lamia melihat pintu kamar Taehyung terbuka, dia menengok namun tidak ada siapapun disana. ‘Sebenarnya kenapa Taehyung menyuruhku kemari?’ batin Lamia, ‘mungkinkah...’ Lamia menggenggam erat kalungnya, dia meningkatkan kewaspadaan. Bukan tidak mungkin Taehyung masih memihak Jungkook dan Namjoon, dan bisa saja ini hanya jebakan.
Lamia berjalan keluar kamar, dia baru akan kembali ke tangga saat menoleh kearah kamar Seokjin. Lamia mengerutkan dahi, dia perlahan mendekati kamar itu. Lamia mengintip, detik berikutnya dia terhenyak dan segera masuk kamar. Lamia sangat terkejut melihat Taehyung duduk di lantai, mendekap tubuh Seokjin yang tidak bergerak. Taehyung diam, pandangannya kosong menatap kaki tempat tidur di hadapannya. “Astaga, apa yang terjadi?!” Lamia segera mendekat, dia menyentuh tangan Seokjin dan terkejut merasakan tangan itu begitu dingin. Lamia memeriksa denyut nadi Seokjin, dia mendadak lemas tidak percaya. “Tuan Muda,” gumamnya tercengang, “Tuan Muda Kim.” Lamia menoleh, dia segera mencengkeram bahu Taehyung dan berteriak, “Apa yang terjadi?! Jawab aku!”
“Hyung...” Taehyung berucap pelan, sangat pelan sehingga kedengaran seperti sebuah bisikan, “Hyung... dia menyuruhku lari... Namjoon Hyung.... dia....” Taehyung tidak meneruskan ucapannya, dia mendekap erat tubuh Seokjin dan bulir airmata kembali membasahi pipinya.
Lamia mencelos, dia mengerti maksud ucapan Taehyung. “Aku akan menghubungi Tuan Muda Min,” ucap Lamia, dia baru akan berdiri namun tangan Taehyung menahannya. Lamia menoleh, dia melihat Taehyung masih diam namun tangannya menggenggam erat tangan Lamia. Lamia berbalik, dia kembali duduk di dekat Taehyung. “Kita harus segera memakamkan Tuan Muda Kim,” ucap Lamia, “kau tidak mungkin menyimpan jasad orang mati.”
Taehyung berkedip, dia perlahan menoleh menatap Lamia. Betapa terkejutnya Lamia melihat Taehyung tampak hancur menatapnya. Taehyung benar-benar hancur, dia seakan tidak memiliki pertahanan lagi. “Apa ini hukuman untukku, Lamia?” ucap Taehyung, suaranya bergetar menahan tangis, “aku membunuh Jeongmin, dan sekarang kakakku terbunuh. Apa ini hukuman untukku?”
Lamia diam, ingin sekali dia menjawab iya tapi entah kenapa lidah Lamia terkunci. Lamia melihat Jimin begitu terpukul karena kehilangan Jeongmin, dan dia kembali melihat duka itu di mata Taehyung. “Itulah kenapa aku selalu mengatakan, kita tidak bisa mengambil apa yang tidak bisa kita kembalikan,” ucap Lamia pelan, “kurasa... dengan begini kau mengerti apa yang dirasakan Jimin. Dan...” Lamia menghela napas, “kuharap kau tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.”
“Kau akan memberitahu Jimin, kan?” ucap Taehyung.
“Tidak,” ucap Lamia. Ya, Lamia memutuskan tidak memberitahu Jimin soal Taehyung. Lamia, bagaimanapun mengenal Taehyung sejak kecil. Ikatan batinnya dengan Taehyung lebih kuat daripada dengan Jimin. Lamia sudah cukup melihat Taehyung merasa kehilangan, dia tahu harapan Taehyung hanyalah hubungannya dengan Jimin, Hoseok, dan Hana. Taehyung sendiri sekarang, dia tidak memiliki siapapun kecuali semua orang di rumah hutan.
Semua ini sudah cukup menjadi hukuman untuk Taehyung. Lamia tidak bisa menambah penderitaan Taehyung lebih banyak lagi.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins (Completed)
FantasyAkan lahir dua bintang. Satu diantaranya memiliki cahaya yang membutakan. Sebagian cahaya itu terserap oleh bintang lainnya, dan sebagian lagi masuk kedalam rengkuhan Sang Kematian. Dan saat itu terjadi, satu bintang akan mati.