十八 (Delapan Belas)

1.9K 73 43
                                    

Keesokan harinya..

"Apakah semuanya sudah berkumpul?" suara Shikadai mendominasi di taman yang lengang itu.

"yah semua nya sudah berkumpul" jawab Wasabi seadanya.

"Baiklah kita akan berpencar lagi dan melakukan tugas masing-masing tim, waktu kita tinggal 3 hari dan ku harap kita bisa menyelesaikannya sebelum itu" sambung Shikadai

Mereka ber delapan pun hanya manggut-manggut mendengar instruksi sang taicho mendokusai itu tak ada yang berniat memperdebatkannya. Entahlah mungkin mereka lelah.

"Saa minna! Ayo kita akhir tugas ini secepat mungkin! " suara Boruto yang lantang itu membuat ke tiga temannya tersentak.

" IKUZZOOO!" Ucap Wasabi dan Namida berbarengan, Mitsuki hanya menggeleng-geleng kan kepalanya, dengan raut.. Apa itu! Dia menunduk tapi..

"KAU TERSENYUM?!" Teriak Boruto, Wasabi, dan Namida terkejut bukan main

"semengerikan itu kah?" ucapan Mitsuki barusan jauh lebih menyebalkan daripada senyumnya barusan.

Sungguh mereka bertiga sepanjang perjalanan hanya mendiami Mitsuki.. Tunggu mereka dulu selalu di diamkan Mitsuki juga, oh.. Mungkin ini pembalasan.

🌸~🌸~🌸

Di tim Shikadai, yang mengisi bagian public speaking kali ini ialah Inojin, sepanjang perjalanan ia selalu berbicara tak bermutu mulai dari peralatan menggambarnya yang sudah kuno, sampai nama Himawari pun disangkut-pautkan.

"Bisakah kau berhenti bicara tidak jelas?!" Hardik Chocho yang dari tadi hanya mendengarkan Inojin sambil membawa segenggam permen ringo (bukan yang biasanya ada waktu Matsuri ya ^^ ini maksudnya permen rasa apel biasa)

"Daripada menunggu dua jenius itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, aku lebih baik bicara sendiri"

Dua jenius yang dimaksud pun terpanggil.

"huff... Shannaro! " Sarada menghembuskan napasnya jengkel. Ia pun melirik Shikadai dan dibalas anggukan oleh Shikadai. Oke orang jenius memang sering menggunakan bahasa isyarat.

"Akan ku jelaskan sedetai-detailnya" ucap Shikadai membuka suara.

Inojin dan Chocho yang uring-uringan mulai merapat dan menunggu dengan seksama apa yang akan di katakan oleh taichou mereka itu.

"Nanadaime Hokage sudah memberitahu kalau mereka berada di desa Kiyomizu berbatasan dengan sungai yang dianggap suci, siapa yang melewati perbatasan akan mendapat bahaya yang besar artinya tidak ada siapapun yang berani melewati daerah itu dan kalaupun ada mereka tidak akan bertahan hidup lebih lama.. "

" kenapa?! " Inojin dan Chocho dengan entengnya memotong pembicaraan Shikadai

" mereka memang pulang dengan selamat, tapi kalian tidak lupa kan apa yang di ucapkan Kagura?" Shikadai malah bertanya pada Inojin dan Chocho yang di jawab dengan gelengan tanda tidak tau.

Sarada yang melihat itu hanya memutar bola matanya dan mulai bersuara.

"mereka tidak membunuh korban secara fisik melainkan membunuh secara psikis, yaitu dengan membuat mental target lemah dan seakan-akan ada bisikan dari dalam diri mereka untuk bunuh diri" terang Sarada

Arigatou [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang