Sanbil||1

1.3K 86 3
                                    

Sandra mengucek matanya berkali-kali, ia masih ngantuk. Tadi bundanya membangunkan ia karena jam sudah menunjukkan pukul 05.30. Ia jadi lupa sholat subuh. Ini semua karena ia memaksakan untuk menyelesaikan membaca novelnya yang tinggal beberapa halaman. Sandra pikir, itu takkan sampai larut malam jadi ia terus membacanya.

Padahal sebelumnya, Sandra sudah mengecek jam dan memperkirakan akan selesai membaca novelnya pukul 10 malam. Tapi, yang ada malah ia menyelesaikannya pukul 12 malam. Alhasil, ia jadi lupa sholat subuh.
Beginilah Sandra, tidak tahu waktu dan tempat jika sudah berhubungan dengan novel atau hobinya.

Sandra sudah rapi sekarang, ia memakai seragamnya. Lalu, mengikat rambutnya menjadi satu ikatan, kemudian ia memakai parfum untuk badannya. Walau badannya sudah wangi, tapi tetap saja ia memakainya.

Saat sudah rapi segalanya, Sandra turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya. Ayah, Bunda, dan Kakaknya sudah ada di meja makan.

"Pagi Yah, Bun, Kak," ucap Sandra dengan senyumnya.

"Pagi sayang," jawab Erinka, bunda Sandra dengan senyuman.

"Pagi juga Princess ayah," jawab Hayder, ayah Sandra dengan senyum mengembang. Sontak membuat kedua pipi Sandra merah. Ia malu.

"AYAHHH!!" rengek Sandra sambil mengalihkan pandangannya. Seketika dua orang tuanya dan sang kakak tertawa.

"Loh? Kenapa princess?"

"Ngambek dia yah. Katanya ayah sering ngatain princess," jawab Brave, kakak Sandra dengan cengengesan.

Satu alis Hayder naik, "Loh bukannya ayah emang sering panggil kamu princes ya?"

Brave mengangguk,"Iya yah itu kan dulu. Coba tanya langsung sama anaknya langsung. Soalnya dia suka ngoceh di mobil kalo ayah manggil dia begitu."

Tatapan Hayder kini beralih pada Sandra "San? Kenapa emang kalo ayah manggil kamu princes? Salah?" tanya ayahnya.

Sandra memutar badannya menghadap ayahnya, ia mengangguk malu "Iya yah, itu kan dulu. Kalo dulu ayah manggil aku princes gapapa. Cuman kan aku sekarang sudah besar, jadi gak pantes dipanggil seperti itu," jawab Sandra sambil menunduk.

Hayder tersenyum hangat, "Kamu malu?" ucapnya lembut.

Sandra menggeleng,"Enggak Ayahh. Aku gak malu kok, cuman aku merasa aku sudah besar. Jadi aku gak pantes dipanggil seperti itu," jelasnya.

Ayahnya mengangguk, lalu tangannya terulur mengelus kepala anak bungsunya itu,"Gak usah merasa seperti itu sayang. Walau kamu sudah beranjak dewasa kamu tetap menjadi princes untuk Ayah."

Erinka tersenyum melihat itu, lalu tangannya terulur untuk mengusap tangan Sandra "Tidak usah seperti itu sayang, kamu masih pantes kok dipanggil princes,"ucapnya hangat.

Sandra menghela nafasnya, kemudian ia mendongakkan kepalanya. Terlihat ayah dan bundanya yang sedang tersenyum hangat dan kakaknya yang sedang mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

"Tapi Yah,Bun bisa gak kalo semisal ada temen Sandra main kesini, Ayah sama Bunda jangan manggil Sandra princes."

Ayah dan bundanya saling bertatapan kemudian ia mengangguk "Iya princess," jawab mereka berbarengan.

"AYAHHH!!! BUNDAAA!!!" teriak Sandra kesal. Sontak membuat semua yang berada di ruang makan tertawa mendengarnya.

"Ushh... Udah ah, makan lagi. Tuh Yah dengerin, jangan panggil Sandra princes di depan teman-temannya," ucap Erinka.

Hayder mengangguk sambil memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Lalu berucap "Tapi kalo ayah manggil princes ke orang lain boleh Bunda?" ejek Hayder.

Seketika wajah Erinka merah padam, ia menahan kesal.

SANBILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang