Sanbil||5

625 40 3
                                    

Billy sedang menyusuri koridor sekolahnya. Banyak yang menyapanya, bahkan memujinya. Billy merespon dengan senyum atau melambaikan tangan. Seperti artis saja bukan dia?.

Tiba-tiba ponselnya berdering, lalu ia mengambil ponsel disakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. Saat sedang serius melihat ponselnya, ia menabrak seseorang.

"Awhh..." ringis seseorang itu.
Billy langsung mengalihkan pandangannya ke orang yang ditabraknya.

"Eh, sori-sori gue gak lihat tadi."

Cewek dihadapannya hanya menatapnya tajam. Billy mengulurkan tangannya untuk membantu ia berdiri, namun seseorang tersebut mengabaikannya. Ia berdiri sendiri, tidak menerima uluran tangan Billy.

"Kalo jalan tuh lihat kedepan."

Billy menaikkan satu alisnya. "Sori-sori deh, gue gak sengaja sumpah.

Cewek tersebut memutar bola matanya, lalu ia berlalu meninggalkan Billy.

"Aneh."

Billypun melanjutkan jalannya menuju kelas. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Lalu, ia tersenyum.

"WOIII!! Darimana lo?"

"Kantin."

"Wah parah. Gak ngajak, gak solid lo," ucap cowok berambut coklat.

"Gimana mau ngajak, lo aja tadi gak ada dikelas."

Cowok tersebut hanya menyengir, ia menggaruk kepalanya. "Sori deh, biasa gue sama Gilang tadi habis mencari bidadari."
Billy memutar bola matanya.

"Bidadari..Bidadari... Yang ada bukan bidadari, lo malah modusin adek kelas yang tidak berdosa."

"Gapapa kali Bil. Kita kan juga pengen kanyak lo, yang tiap hari dikasih coklat, sarapan. Emang lo doang yang bisa, kita juga lagi berusaha nih."

"Terserah."

"Oh iya Bil, kan lo udah putus nih sama Jefina. Nah, selanjutnya lo mau targetin siapa lagi?"
Billy mengedikkan bahunya. "Gak tau gue, belom nemu yang selera gue."

Gilang mengangguk-anggukan kepala. "Emang lo pengen cari ade kelas lagi atau kakak kelas?" tanyanya.

"Gue sih pengennya yang sepantaran sama gue. Bosen gue ade kelas terus, pemikirannya masih bocah. Manja, ogah gue."

Azri tertawa. Ia tak habis pikir dengan sahabatnya, kalau ia tidak mau cewek manja kenapa dari dulu ia menargetkan adek kelas? Bukan kakak kelas.

"Kalo misalkan lo menang lagi. Apa taruhannya?"

Billy meletakkan ponselnya, memang daritadi ia mendengarkan temannya berbicara sambil bermain game.

"Kalian mau menawarkan apa ke gue?"
Gilang dan Azril tampak berfikir. Ia bingung akan memberinya apa jika Billy memenangkan taruhannya.

Gilang mengacak rambutnya. "Lo cari dulu deh targetnya, baru gue kasih tau apa hadiahnya kalo lo bisa menangin taruhan itu."

"Iya betul tuh. Lagian gue juga bingung mau kasih lo apa." Ujar Azril.

Billy menganggukkan kepalanya. "Oke."

"Kalo gue, misalkan kalah taruhan itu. Gue bakalan traktir kalian selama sebulan. Kalian mau makan apa, gue yang bayarin."

Ucapan Billy membuat mata kedua sahabatnya berbinar. "Bener?"

Billy mengangguk. "Itu kalo gue kalah."

Kedua sahabatnya mengangguk antusias, lalu memberikan jempol.

"Dan satu lagi-" ucap Billy menggantung.

Azril dan Gilang menatap tanya Billy. Ia ingin mendengarkan kelanjutan ucapan Billy.

"Gue bakalan keliling lapangan pakai daster," lanjutnya santai.

"GILA LO!!" pekik Gilang.

Billy hanya mengedikkan bahunya tak mau tau.

Azril dan Gilang saling menatap. Mereka berfikir jika sahabatnya sudah gila. Mereka fikir Billy hanya akan mentraktirnya saja. Bukan dengan keliling lapangan dengan daster. Mereka tak habis fikir.

"Lo serius?" tanya Azril memastikan. Billy hanya mengangguk.

"Tapi emang lo gak-" ucap Azril terpotong.

"Gue gak akan malu. Lagian gue yakin bisa menangin taruhan seperti kemarin-kemarin," ucap Billy memotong ucapan Azril.

Kedua sahabatnya hanya bisa menghela nafasnya gusar.

✨✨✨

Heiii!!
Aku kembaliii🥳🥳
Gimana menurut kalian part ini? Maaf ya pendek😂.

Jangan lupa untuk vote dan comment supaya aku lebih rajin update😍

Follow juga instagram aku:
@dindasepti23
@dinsstory_

Vote dan Commentt🥰❤️

SANBILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang