Sanbil||2

1.1K 69 0
                                    

Bel masuk sudah berbunyi, tanda pelajaran pertama dimulai. Pelajaran pertama dikelas Sandra ialah Biologi. Sandra membuka bukunya dan mulai memperhatikan penjelasan dari guru.

Bu Ajeng, guru Biologi terkenal super duper killer, tatapannya yang membuat murid tak dapat berkutik. Dan inilah keadaan kelas Sandra jika pelajaran Bu Ajeng, semua focus mendengarkan ia berbicara. Walaupun ada beberapa dari mereka yang sebenarnya malas untuk mendengarkan.

Saat suasana sedang hening tiba-tiba datang tiga cowok dengan santainya. Melihat kedatangan seseorang, Bu Ajeng melebarkan kedua matanya.

"BILLY, AZRI, GILANG!!" teriak Bu Ajeng.

"KALIAN TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN?" geram Bu Ajeng.

Ketiga cowok itu hanya memamerkan deretan gigi putihnya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Hehehe... Maaf ibu yang cantik dan baik hati. Tadi saya kira gak ada guru, soalnya dari luar kok hening banget," jawab salah satu dari mereka.

Jawaban darinya membuat satu kelas menahan tawanya, mereka tak berani bersuara jika keadaan sudah seperti ini. Jika mereka ada yang bersuara sudah dipastikan nilai mereka akan terancam. Bu Ajeng selalu memanfaatkan nilai jika ada salah satu murid bersalah. Ia akan mengancam tidak akan memberinya nilai, jika mereka menentang atau membantah ucapannya.

"Abis darimana kalian? Kenapa jam segini baru datang?" Tanya bu Ajeng.

"Biasalah bu Jakarta, macet dimana-mana. Gak bisa jalan, mau nyelip gak bisa motor saya kegedean. Mau jalan kaki cape bu nanti, terus keringetan abis itu badan saya jadi bau. Mending saya nunggu aja sampe gak macet," jawab seseorang dengan santainya.

Sandra diam, ia menatap ketiga cowok yang sedang dimarahi oleh bu Ajeng. Ia memainkan jari tangannya, ia mengela nafasnya. Sejak kedatangan ketiga cowok itu kegiatan belajarnya terganggu. Sandra tidak terlalu mengenal nama teman dikelasnya, karena baginya itu tidak perlu.

"BILLY!!! KALO KAMU TAU JAKARTA TERKENAL MACET KENAPA KAMU TIDAK DATANG LEBIH PAGI?" hardik bu Ajeng kepada Billy.

Billy mengelus dadanya, "Astaghfirulah, ibu kalo ngomong gak usah ngegas dong. Ibu abis isi bensin ya jadinya banyak tenaga," gerutunya.

Ucapan Billy sontak membuat bu Ajeng geram. "BILLY!! KURANG AJAR YA KAMU!!! KAMU MAU NI-"

"Nilai kamu kosong Billy, mau kamu?" potong Billy menirukan ucapan bu Ajeng yang sering diucapkan.

"Yaelah bu, bisa gak sih pake anceman tuh yang lain. Saya bosen dengernya, anceman ibu selalu nilai, nilai. Coba dong bu pake metode yang lain, biar anti mainstream."

Muka bu Ajeng sudah merah, ia menahan marah, "KELUAR KAMU BILLY!!! KAMU TIDAK USAH MENGIKUTI PELAJARAN IBU SELAMA 3 KALI PERTEMUAN. DAN NILAI KAMU KOSONG!!!" bentaknya.

Seketika wajah Billy kaget, "HAH?? BU, IBU SERIUS?"

Bu Ajeng mengangguk, "IYA, KENAPA?"

"Tiga kali pertemuan bu?" Tanya Billy. Bu Ajeng mengangguk lagi.

"Ibu gak tega sama saya? Nanti kalo saya tambah bego gimana?" gumamnya. Ia menunjukkan raut sedih.

"TERSERAH!! KELUAR KAMU SANA" bentak bu Ajeng mengusir Billy.

Billy menghela nafasnya, kedua temannya hanya menatapnya saja. Sebenarnya mereka ingin membantu Billy, namun mereka tahan karena ancaman bu Ajeng adalah nilai.

"Ibu ngusir saya?"

"CEPAT KELUAR BILLY!! ATAU MAU SAYA TAMBAH HUKUMANNYA?"

"Yang ibu lakukan ke saya JA-HAT" ucap Billy melenggang pergi meninggalkan kelas.

Ucapan terakhir Billy membuat seisi kelas melotot. Mereka menahan tawanya, bukan karena ucapan Billy tapi karena raut wajah Billy yang sangat menyedihkan. Kedua sahabat Billy menatap kepergian Billy. Bu Ajeng berdecak pinggang.

"Kenapa kalian? Mau juga dihukum seperti Billy?" Tanya bu Ajeng menatap Azri dan Gilang. Pertanyaan bu Ajeng membuat keduanya menggeleng.

"Jangan buu," ucap mereka kompak.

"Yaudah, duduk kalian. Jangan diulangi lagi, jangan juga ikutin perilaku Billy yang seperti itu kalau nilai kalian mau aman."

Mereka mengangguk, lalu berjalan menuju bangkunya. Lalu bu Ajeng melanjutkan pembahasannya yang sempat tertunda karena cowok bengal dikelasnya.

Bel istirahat sudah berbunyi, murid-murid teriak kesenangan. Akhirnya mereka bisa mengisi perutnya yang kosong. Sandra dan teman-temannya menuju ke kantin. Lisa menatap Deana, lalu digenggamnya lengan Deana.

"Deanaa.. Katanya Deana mau kasih tau Lisa soal kejadian tadi pagi. Ayo dong kasih tahu sekarang. Lisa dari tadi gak focus belajarnya gara-gara mikirin itu," ujar Lisa memijit pelipisnya.

Deana menghela nafas jengah. "Lagian ngapain sampe lo pikirin sih Lis?"

Lisa memanyunkan bibirnya, "Habis Lisa kan orangnya kepoan, jadi sampe kepikiran."

"Udah deh Deana kasih tahu aja sekarang," ucap Lisa sambil memajukan wajahnya mendekati Deana.

Perilaku Lisa sontak membuat Deana memundurkan wajahnya.

"LISA!!" geram Deana. Lisa hanya menaikkan satu alisnya. Sandra menghela nafasnya, ia geleng-geleng kepala.

"Pesen." Ucap Sandra mencekal perdepatan mereka. Deana dan Lisa menatap satu sama lain.

"Deana aja tuh yang pesen," tunjuk Lisa.

Deana melotot. "Lo aja deh Lis, gue mager," sahut Deana. Sandra menatap Lisa.

"Ih kan kemaren udah Lisa, masa hari ini Lisa lagi. Gentian kek," sebal Lisa.

"Baru kemaren Lis. Udahlah pesenin kek, lo kan baik hati dan tidak sombong."

Lisa mengalihkan pandangannya kearah lain, "Gamau, pokoknya Deana yang pesan. Lisa gamau pokoknya titik."

Sandra menghela nafasnya, lalu ia berdiri dan meninggalkan kedua sahabatnya.kepergian Sandra sontak membuat kedua temannya melongo.

"Lo si Lis. Kan gue bilang lo aja yang pesen, Sandra jadi baperkan."

"Loh kok Lisa? Lagiankan dari kemarin-kemarin udah Lisa yang pesenin. Gantian dong, masa Lisa terus."

"Hufftt... Seterah lo deh Lis. Mending kita susul Sandra deh. Tuh orangkan gak biasa mesen makanan gitu dikantin." Ajak Deana, Lisa mengangguk dan menyusul Sandra yang tengah mengantri di tukang siomay.
Deana dan Lisa menghampiri Sandra.

"San," panggil Deana menepuk pundak Sandra. Sandra menoleh.

"Gue aja yang pesen, lo duduk lagi gih," ujar Deana menyuruh Sandra. Sandra menghela nafasnya dan mengangguk. Dan ia berjalan menuju tempat tadi.

"Yaudah, Lisa samperin Sandra ya. Deana juga sekalian pesenin Lisa. Byee."

Belum sempat Lisa berjalan jauh, Deana sudah mencengkal lengannya. "Eitss.. Mau kemana lo?"

"Duduk."

Deana menggelengkan kepalanya, "Gak. Lo disini, temenin gue."

Kedua bola mata Lisa membulat sempurna,"Lohh. Kan tadi Deana bilang kalo Deana yang pesan makanannya. Kenapa jadi Lisa ikutan?"

"Gue tadi nyuruh siapa yang duduk?"

"Sandra."

Deana mengangguk. "Berarti yang harus duduk siapa?"

"Sandra." Jawabnya polos lagi.

Deana menepuk bahu Lisa, "Anak pintar."

"Kok Lisa berasa jadi kanyak orang bego ya."

***

Jangan Lupa untuk vote dan kasih komentar🙏.

Terima kasih sudah membaca cerita saya, semoga suka dan baper🥳

Jangan lupa juga follow instagram saya:
dindasepti23
dinsstory_ ( untuk mengenai cerita2 saya )

SANBILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang