Sanbil||6

671 41 0
                                    

"Bukannya seharusnya awal pertemuan itu indah? Namun mengapa saat aku pertama bertemu denganmu bukan indah namun buruk?"

🍃🍃🍃

Sandra sedang berkutat dengan novelnya. Sekarang hari Minggu, jadi ia akan habiskan liburannya dengan membaca novel. Sandra lebih senang menghabiskan liburannya dengan membaca novel dirumah atau dikafe. Daripada ia harus keluar rumah hanya untuk berbelanja atau kumpul tidak jelas. Sandra berbeda dengan cewek lainnya.

"Dek, bangun udah siang." Ketok seseorang dari luar kamar.

Namun, tak ada jawaban. Akhirnya seseorang tersebut masuk. Ia berdecak pinggang.

"Pantes gak denger, orang lagi make earphone." Gumam seseorang itu.

Ia berjalan mendekat kearah kasur, lalu melepas earphone yang menempel di telinga adiknya.

Sandra menatap tajam kakaknya. "Lo apa-apan sih."

Brave menaikkan satu alisnya. "Kenapa?" tanyanya.

"Gak sopan. Masuk kamar orang tuh ketuk dulu."

"HEH!! Gue udah ketuk ya. Lo aja yang budek." Bentaknya.

"Gue gak budek, tadi gue lagi make earphone."

Brave memutar bola matanya. "Lagian lo ngapain sih pagi-pagi udah baca novel?"

"Kenapa? Salah?" tanya Sandra.

Brave duduk dihadapan Sandra. Ia menggeleng.

"Gak sih, cuman kan ini masih pagi dek. Daripada baca novel mending temenin gue jogging yo?" ajak Brave, kakak Sandra.

Sandra melirik jam dinding, sekarang pukul 06.00. Masih terlalu pagi memang, tetapi Sandra sudah berkutat dengan novelnya.

Sandra menggeleng, ia sedang malas kemana-mana sekarang. "Gak deh kak. Lo aja."

"Gimana lo mau sehat, kalo hari libur aja lo gak olahraga. Malah baca novel pagi buta."

"Suka-suka gue lah."

"Ayo kek dek. Temenin gue bentar doang. Jogging keliling komplek." Bujuknya.

Sandra menghela nafasnya. "Yaudah, lo tunggu dibawah. Gue mau ganti baju."

Brave tersenyum, lalu ia mengangguk. "Oke.
Jangan lama-lama ya. Gue tunggu bawah."
Ucap Brave, lalu ia berlalu dari kamar Sandra.

Sandra berjalan gontai, ia meletakkan novel yang tidak jadi ia baca ke rak buku di pojok kamarnya. Sebenarnya Sandra malas, namun sebagai adik yang sayang kakaknya ia merelakan waktu membaca novelnya dengan jogging keliling komplek.

Sandra turun, dibawah kakaknya sedang focus dengan ponselnya.

"Jadi gak?" tanya Sandra memecahkan focus kakaknya.

Kak Brave mengangguk, lalu ia memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Ayo."

Lalu mereka jogging di daerah komplek.

"Gimana sekolah lo dek?" tanya sang kakak.

Sandra mengedikkan bahunya, "Ya gitu-gitu aja."

Brave menghela nafasnya. Ia tahu sikap adiknya di sekolah, namun ia tak tahu harus berbuat apa. Sandra sangat keras kepala.

"San, kenapa sih lo kalo di sekolah tuh cu-"

"Ayo kak cepat keburu siang." Potong Sandra sambil berlari meninggalkan kakaknya.

Brave mengusap wajahnya yang berkeringat. Ia menatap punggung adiknya dengan tatapan sedih.

"Kapan sih dek lo kayak dulu lagi?" ucapnya dalam hati.

Sandra menghela nafas lega. Ia sengaja berlari meninggalkan kakaknya karena pertanyaan sang kakak yang membuat Sandra merasa tak nyaman. Berulang kali kakaknya bertanya seperti itu. Ia hanya takut. Takut jika mengingat kejadian yang membuat Sandra merasa dikucilkan.

"Maafin gue kak. Maaf."umpat Sandra.

"Sandra?" ujar kakaknya.

"Ayo lanjut lagi."

Sandra mengangguk dan mereka melanjutkan joggingnya.

"Kak Brave?" panggil seseorang.

Merasa dipanggil Brave memandang seseorang tersebut.

"Billy?"

Cowok tersebut mengangguk, "Gimana kabar?" tanyanya.

"Baik dong."

"Udah lama gak main lagi kerumah kak. Kimberly nanyain tuh, katanya kangen."

Brave tertawa, "Iya, sibuk sekolah gue Bil. Salam aja buat adik lo, kalau ada waktu gue mampir."

Billy hanya mengangguk, lalu tatapannya beralih ke cewek di samping Brave. Satu alisnya naik. Seolah tahu apa yang di lihat Billy, Brave tersenyum kecil.

"Kenalin Sandra, adik gue."

Billy mengangguk, lalu satu tangannya terulur kea rah Sandra.

"Billy." Ucapnya.

Sandra tidak memperdulikan Billy, ia menatap kakaknya.

"Gue duluan." Ujarnya kepada Brave, lalu ia meninggalkan Brave bersama Billy.

"Itu beneran adik lo Ve?" tanya Billy.

Brave mengangguk, "Iya, maaf ya sikap dia emang begitu."

Billy ber "oh" saja.

"Kak, gue mau ngomong sama lo. Tapi gak disini, ketaman aja yuk," ajaknya.

"Ok."

Ditempat lain, Sandra sudah sampai di rumah. Ia membasuh mukanya, ia melihat dirinya di pantulan cermin.

"Sebenernya gue cape kayak gini terus, cuman mau gimana lagi?" gumamnya.

Sandra berjalan ke kamarnya, ia mengganti bajunya dengan baju santai. Lalu berjalan ke rak buku, mengambil novel yang tadi pagi belum sempat ia baca.

"Kalo gini, mending tadi gue gak terima ajakan kak Brave buat jogging keliling komplek." Dumel Sandra.

Ia pun menyalakan lagu dari ponselnya dan ia terlarut dalam dunia imajinasi.

SANBILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang