BAB XII

4.4K 646 24
                                    

Yang ada disana seketika terdiam. Wanita yang menggunakan dress pinkdust itu memandang mereka dengan aneh. Ini kenapa semuanya terdiam? Kenapa Minho, Chungha, dan laki laki didepannya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan?

"Ini istri gue, Lee Jisung" ucap Minho sembari menarik Jisung mendekat dan perempuan dalam gaun pinkdust itu tediam.

"Oh maaf yaaa" ucap perempuan itu, penuh rasa bersalah. Tapi nasi sudah menjadi bubur, suasananya sudah sangat tidak mengenakkan. Chungha tiba tiba tertawa canggung.

"Eh kita kesana dulu ya kawan kawan" ucap Chungha sembari menyeret perempuan bergaun pinkdust itu. Pelan, tapi Jisung bisa mendengar Chungha mencak mencak.

"Lu tuh ya punya mulut tuh dijaga astaga, lu malu gua juga malu tau" samar samar dia bisa mendegar omelan Chungha kepada perempuan bergaun pinkdust tadi.

Jisung memperhatikan punggung Chungha, bahkan dari belakang saja perempuan itu sudah sangat cantik. Auranya lembut dan menyenangkan.

Dia tidak ada apa apanya kan dibanding Chungha?

Bahkan sepertinya dia tidak pantas untuk dibandingkan dengan perempuan hebat semacam Chungha.

Untuk pertama kalinya, Jisung berfikir bahwa sebenarnya dia tidak pantas sekali untuk mendampingi laki laki hebat semacam Minho.

Dia terlalu kekanak kanakan untuk laki laki dewasa seperti Minho.

"Hyung aku lelah, kita bisa pulang saja?" tanya Jisung dan Minho menatap Jisung khawatir. Tapi akhirnya dia tidak berkata apapun dan menuntun Jisung kembali kemobil dan pulang dengan tanpa ada satupun yang berbicara.

----

Ini hari ketiga mereka saling diam. Minho yang dasarnya memang pendiam tidak tahu harus membuka percakapan seperti apa dan hanya bisa menatap Jisung yang tidak banyak berbicara-oh ayolah Jisungnya orang yang ceria dan suka sekali bercerita tentang banyak hal- tapi ini dia malah diam sambil mengerjakan tugas rumahnya.

Seperti pagi ini, Minho hanya bisa melihat Jisung yang dalam diam memakaikan dasi Minho, mukanya datar sekali. Minho hanya bisa menatap Jisung sambil tersenyum miris. Jisung lalu pergi begitu saja tanpa berkata apapun. Tidak ada senyuman, tidak ada obrolan, tidak ada kecupan didahi dari Minho.

Minho menghela nafas. Dia mengecek jam tangannya.

"Jisungie ayo berangkat" ajak Minho sembari membuka pintu kamar mereka. Disana Jisung sudah menggunakan sepatunya.

"Aku berangkat sendiri" ucap Jisung lalu pergi begitu saja. Minho langsung menyambar tasnya yang ada di atas sofa. Melirik rak sepatu sebentar sebelum mengambil sepatu hitam. Minho sebenarnya ingin saja langsung keluar dan menggunakan sendal -tapi pagi ini dia ada rapat penting dan tidak ada cukup waktu untuk membeli sepatu pastinya- dan memakainya lalu mengejar Jisung.

"Sial" ucapnya saat melihat pintu lift sudah tertutup dari kejauhan. Minho melihat kearah tangga dan akhirnya berlari menuruni tangga.

Sial.

Jisung baru saja naik taxi dari lobby depan dan kaki Minho sudah lemas sekali karena menuruni tangga dari lantai enam.

Dia menghela nafas dan menatap kepergian Jisung.

Dia tahu ada yang salah sejak mereka bertemu Chungha.

Tapi Jisung harusnya sadar, saat Minho memilihnya, maka tidak ada yang lain. Saat mereka menikah Minho sudah memantapkan hatinya untuk Jisung seorang, tidak ada yang lain sekarang atau dimasa depan.

Minho melangkah gontai menuju mobilnya.

"Ge urus masalah kedai teh. Suruh Xukun untuk menyiapkan sarapan untukku. Iya Jisung bertemu Chungha noona aku tidak tahu harus berbuat apa setelah dia bertemu Chungha noona. Iya iya terima kasih ge atas sarannya sepertinya akan aku coba" Minho melempar ponselnya ke bangku penumpang. Lalu menjalankan mobilnya.

Ini masih pagi tapi dia sudah merasa lelah sekali.

-----
14.07.2018

Married [Minsung] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang