BAB XIII (Revisi 14.10.2018)

4.6K 619 19
                                    

Tidak ada lagi yang akan mengiriminya pesan untuk tidak lupa makan, atau mengirimkan makan siang. Tidak ada lagi Jisung yang kadang mampir keruangannya, tidak ada lagi Jisung yang akan bercerita tentang hari harinya.

Minho memang baru saja bertemu laki laki itu -saat dia mampir kebagian keuangan tapi Jisung tidak menoleh dan menganggap Minho tidak ada bahkan laki laki itu hanya membungkuk tidak perduli lalu acuh duduk dikursinya kembali- yang berarti baru saja setengah jam yang lalu tapi dia sudah merindukan laki laki itu.

Minho menggelengkan kepala guna mengumpulkan konsentrasinya lagi. Dia mengambil gagang telepon dan menelpon bagian sekertaris.

"Oh, bawakan aku makan siang paket apapun, ah dan paket makin siang untuk Jisung dan teman temannya" ucap Minho dan dia bisa mendengar Xukun tertawa dari seberang sana membuat Minho darah tinggi.

"Ini masih jam kantor dan kamu berani mengejekku?" ucapnya dan Xukun tertawa makin keras.

"Oh iya, kamu harus bertemu model untuk sampul wine, Chungha, tidak apa apa?" tanya Xukun hati hati dan Minho tampak berfikir sebentar.

"Iya buatkan saja jadwal. Chungha noona bilang dia ingin memberikan sesuatu untukku" ucap Minho.

----

Jisung membeli kopi di depan kafe kantornya. Dia memesan americano untuk Hyunjin dan Jaemin, dan Vanilla Latte untuknya, sedangkan Seungmin dia menitipkan Mojito. Entah bagaimana bisa mereka menyuruhnya yang notabennya adalah istri pemilik perusahaan.

"Jadi lima belas ribu dua ratus won pak" ucap sang pelayan dan Jisung memberikan kartu kreditnya.

"Atas nama siapa pak?"

"Lee Jisung" ucap Jisung sembari menerima struk dan nomor antriannya. Jisung tersenyum sembari mengucapkan terima kasih dan duduk disalah satu meja kafe.

Sibuk memperhatikan jalanan, dari kafe depan dia melihat dua orang yang tidak asing keluar dari kafe bersamaan. Sang laki laki tersenyum kepada sang perempuan sebelum akhirnya sang perempuan masuk kedalam sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

Dada Jisung bergemuruh kencang, rasanya dia ingin menangis. Disana Minho hyungnya bersama Chungha. Pasangan yang tadi dilihatnya adalah Minho hyungnya dan Chungha.

Minho tampak berbicara dengan orang yang ada didalam mobil sebelum mobil itu melaju dan meninggalkan Minho sendirian.

Minho hendak menyebrang, sebelum terhenti melihat Jisung yang ada didalam kafe. Jisung duduk tepat di kaca pembatas memandang Minho setengah menangis. Jisung dengan bodohnya tidak membiarkan air matanya terjatuh. Minho tampak panik dan ingin menghampiri Jisung.

"Atas nama Lee Jisung" panggil pelayan membuyarkan lamunannya. Jisung berdeham dan mengambil pesanannya dan berlari menuju kantornya. Minho hyungnya masih terjebak untuk menyeberang dari arah sana.

Masa bodoh, Jisung sudah tidak perduli lagi tentang Minho hyungnya. Dia keluar dari kafe terburu buru.

Minho mendengus kesal saat bayangan Jisung sudah berbelok dan masuk kedalam kantor mereka.

Sial.

"Ada apa Minho-ya?" tanya Xukun setelah melihat sahabatnya itu keal di luar kafe.

"Jisung salah paham" ucap Minho sembari berdecak kesal hendak menyebrang tapi Xukun menahan tangannya. Xukun memandang Minho tidak paham.

"Dia ada dikafe seberang. Melihat aku mengantar Chungha noona sampai didepan mobil Seungwoo hyung, ya voila dia salah paham dan pergi sembari menangis"

"Aku tidak ingin memperkeruh suasana, tapi sejam lagi kita sudah harus terbang ke China. Kita harus menemui Mr Zhang malam ini" ucap Xukun dan Minho mendengus. Makin runyam saja masalahnya.

"Dan ini undangan dari Chungha. Kamu meninggalkannya" ucap Xukun semberi memberikan undangan dalam amplop transparan yang indah. Ada nama Chungha dan Seungwoo diatas sana.

"Aku harus mengejar Jisung, dia pasti salah paham" ucap Minho dan sekali lagi Xukun menahannya.

"Tidak bisa, kita harus-"

"Ge, Jisung itu istriku"

"Dan kamu ingat kondisi perusahaan sekarang? Kita ada diambang batas, pertemuan ini penting kamu ingat itu kan?"

"Ge-"

"Maaf, tapi bukan hanya kamu yang akan terjatuh saat perusahaan ini hancur, keluarga kamu, aku, Ziyi, Jisung, teman temannya dan keluarga keluarga lainnya yang bergantung kepadamu" ucap Xukun. Minho mengacak rambutnya frustasi. Kenapa?

Kenapa dia tidak bisa melakukan apapun? Kenapa dia tidak becus dalam banyak hal?

Jisung, maaf. Maaf karena saat ini kamu bukan prioritasku. Bukan karena aku takut perusahaanku hancur, tidak tapi aku takut ratusan bahkan ribuan keluarga ikut hancur bersamaannya dengan hancurnya aku.

Aku tidak mau.

"Kamu bisa pulang malam ini juga, aku akan berusaha mencarinya atau penerbangan paling pagi untuk besok. Kita memang perlu menjelaskannya kepada Jisung, tapi kita memiliki kepentingan yang lebih mendesak" ucap Xukun dan Minho akhirnya mengangguk pasrah.

Iya, nasib perusahaannya lebih penting. Perusahaan ini bukan hanya tentang dia dan Jisung sebagai penerus. Tapi perusahaan yang sudah didirikan susah payah oleh kakeknya, ribuan karyawan yang bergantung padanya, dan jutaan konsumen yang menikmati produknya.

"Aku akan pulang malam ini. Jika tidak ada pesawatnya pakai pesawat pribadi" ucap Minho dan Xukun mengangguk paham -setengah kaget, Minho lebih menyukai menggunakan pesawat kommersil untuk menghemat budget daripada memesan jet pribadi itu-

"Aku harus menjelaskannya malam ini juga" gumamnya, lalu bersama Xukun menuju bandara

Amour
Aku akan berangkat ke China dan pulang malam ini, setelah itu aku akan menjelaskan semuanya kepadamu aku janji. Semoga kamu mau mendengarnya.

--

15.07.2018

Tiga chapter lagi end huhu😭😭😭
Setelah ini mau Update apa? Story unlocked? Apa Breathe? Apa mau teenfic. Aku lagi ngga ada ide ff lain lagi

Married [Minsung] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang