BAB XV (Revisi 14.10.2018)

4.6K 641 53
                                    

Jisung memperhatikan Minho yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dia salah, ini semua salah dia. Seharusnya dia mengerti dan tidak egois.

Pintu rumah sakit terbuka dan menampilkan Ziyi dengan pakaian santai. Jisung memperhatikan Ziyi sebentar, dan entah kenapa rasa bersalahnya semakin besar.

"Aku tahu Minho dan Xukun tidak akan menyukainya tapi aku rasa aku harus cerita" ucap Ziyi sembari duduk di hadapan Jisung, dengan kasur Minho menjadi pembatas diantara keduanya.

"Aku lebih mengetahui perjuangan Minho daripada kamu, Xukun, ibunya, bahkan ayahnya" ucap Ziyi lalu menarik nafas menandakan dia akan memulai ceritanya. Matanya tampak menerawang mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Menurut kamu sudah berapa lama Minho di perusahaan hingga sekarang dia sangat sukses?" pertanyaan pembuka sebelum masuk kedalam inti pembicaraan. Jisung tanpak berfikir. Minho-hyungnya dua puluh tujuh tahun ini, Minho sudah S2 mungkin sekitar empat tahun paling banyak di perusahaan.

"Tujuh? Delapan aku sendiri bahkan tidak ingat" ucap Ziyi dan Jisung tersentak kaget. Sembilan belas? Awal dua puluh? Secepat itu?

"Minho akselrasi dua kali, dia lulus umur enam belas. Mengambil paket S1 dan S2 empat tahun. Bahkan saat aku baru lulus S1 dia sudah lulus S2. Kamu tahu kan betapa sulitnya untuk masuk kelas akselrasi dan mengambil fasttrack seperti itu? Bahkan dia mulai bekerja saat skripsinya sudah selesai."

"Untuk apa? Untuk diakui ayahnya walau dia tidak pernah mendapatkannya. Bahkan kasih sayang ibunya sendiri"

"Dia dididik dengan sangat keras. Jika ibunya membantunya atau memanjakannya dia akan kena pukul worst case ibunya akan ikut dipukul, ayahnya akan bertengkar dengan ibunya."

Jeda sebentar, Ziyi menarik nafasnya yang tersengal. Ini sudah masuk bagian intinya. Dan dia tidak kuat untuk bercerita. Dia menenangkan dirinya.

Setiap potongan kehidupan Minho, selalu membuatnya sesak karena rasa sakit yang bahkan dia sendiri tidak merasakannya.

"Dia tumbuh dengan kuat. Dia seperti bunga mawar. Tumbuh dengan indah bersamaan dengan rasa sakit itu. Rasa sakit itu tumbuh menjadi duri yang melindunginya. Proses dia tumbuh mengesankan, sekaligus menyakitkan untuk dilihat"

"Aku disana Jisung-ah. Melihat semuanya, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Ketika dia dipukuli oleh ayahnya atau dimarahi habis habisan. Tapi dia tetap berteman denganku, tetap menyanyangi orangtuanya, hatinya lapang sekali. Dia menerima semuanya dengan ikhlas." Ziyi menarik nafas sekarang dia merubah arah topik.

"Kamu tidak dijodohkan oleh orangtua kamu dengannya. Dari awal dia yang menemukanmu lalu menyukaimu. Kamu mungkin lupa dimana kalian pernah bertemu tapi dia tidak. Menunggu kamu dengan sabar dan saat menemukan kamu dia melamarmu tanpa kamu ketahui. Dia datang bertemu orangtuamu dan meyakinkan mereka untuk menyerahkan kamu kepadanya. Sulit, tapi perjuangannya membuahkan hasil, orangtua kamu setuju. Kamu harus tahu betapa bahagianya dia hari itu. Dia tersenyum sangat lebar. Lebar sekali seperti orang bodoh. Itu senyum tulus dan menyenangkan yang jarang aku lihat dalam sepuluh tahun aku mengenalnya" Ziyi masih mengingat senyum itu walah sudah enam bulan yang lalu. Senyum itu saat dia berhasil meyakinkan kedua orangtua Jisung. Bahkan Ziyi rasa mulut Minho bisa robek karena terlalu lebar tersenyum.

"Dan dia semakin banyak tersenyum saat kamu ada bersamanya. Minho menjadi lebih ceria" Ucap Ziyi dan Jisung hanya tersenyum tipis. Dia kira dia tahu banyak tentang Minho hyungnya. Nyatanya tidak, dia tidak tahu sedikitpun. Minho-hyungnya terlalu misterius dan memendam semuanya sendiri.

Dan karena itu kenapa kamu tidak bertanya Lee Jisung? Untuk apa mulutmu jika kamu tidak bertanya kepadanya? Kamu tidak berguna sekali.

"Jangan terlalu dipikirkan, Minho memang senang menyimpan semuanya sendirian. Aku hanya berfikir kamu harus tahu masalah kehidupannya dan memakluminya. Dia butuh banyak waktu untuk terbuka kepadamu. Jadi mulailah dengan pelan pelan. Dia memang suka menyimpan semuanya sendiri, jadi bertanyalah kepadanya, aku yakin dia pasti bercerita. Kuncinya hanya satu Jisung-ah. Bersabar dan bersabar. Bersama Minho memang butuh banyak kesabaran" nasehat Ziyi. Jisung menundukkan kepalanya dalam. Dia memang bersalah.

Ini semua salahnya.

"Itu tujuanku bertemu denganmu. Aku membelikanmu makanan, dimakan ya. Aku tahu kamu sedang hamilkan? Jaga kesehatanmu Jisung-ah. Jangan terlalu stress dan menambah beban pikiran. Aku keluar dulu" ucap Ziyi dan laki laki itu akhirnya benar benar keluar.

Jisung akhirnya menangis. Bulir bulir airmata itu akhirnya kembali terjatuh dengan deras.

Brengsek, kamu memang brengsek sekali Lee Jisung.

Jisung menatap Minho yang sedang terbaring diatas ranjang.

"Aku istri yang buruk sekali ya hyung?" tanyanya lirih.

---

15.07.2018

abis ini ending uhuy

Married [Minsung] REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang