8. This Heartbeat

2K 131 0
                                    

Berbagai jenis hidangan yang menggugah selera kini sudah tertata rapi di meja makan. Ira sudah menghubungi keluarganya bahwa ia sedang di rumah salah satu muridnya yang memakai jasanya untuk les privat dan akan pulang malam karena diundang untuk berkumpul oleh keluarga itu. Ia membantu Lila menata hidangan di meja. Rafka dan Kahfi yang baru pulang dari mesjid langsung duduk di meja makan. Mereka sudah tak sabar ingin segera menyicipi masakan sang ratu rumah.

"Cuci tangan dulu!" tegur Lila saat melihat tangan putra bungsunya akan mencomot udang krispi yang terlihat begitu renyah dan menggoda. Kahfi hanya menyengir dan menuruti perintah bundanya untuk bercuci tangan ke dapur diikuti oleh ayahnya.

"Assalamualaikum!" seru suara dari arah ruang tamu. Terdengar derap langkah kaki menuju ruang makan.

"Walaikumsalam." jawab Lila dan Ira yang sedang fokus menata buah-buahan di meja.

"Wah... Harumnya bikin ngiler aja, nih." ucap Kevin yang langsung duduk di kursi. Rafli yang berbarengan datangnya dengan adiknya menyalami bundanya dan Ira.

"Ada tamu nih, Vin. Kamu datang-datang langsung nyosor ke makanan aja." Kevin mengalihkan pandangannya dari makanan di depannya. Pandangannya teralih pada gadis cantik berhijab yang ada di rumah mereka. Ia beranjak dari duduknya dan menyalami Ira.

"Ini Kevin, putra Ibu yang kedua, papanya Icha." Ira hanya mengangguk. Tak lama keluarga mereka kini sudah berkumpul dengan lengkap di meja makan. Icha yang datang dari arah kamarnya ikut bergabung dan duduk di sebelah Ira. Ia kini menjadi tamu istimewa di rumah itu. Rafka memimpin do'a sebelum makan dan mereka pun mulai menikmati makan malam itu. Icha terlihat begitu manja kepada Ira dengan merengek ingin dilayani. Dengan sabar Ira mengambilkan nasi dan lauk untuk Icha sebelum ia mengisi piringnya sendiri. Semua itu tak luput dari perhatian pasang mata di sana. Rafli tersenyum melihat sifat keibuan Ira yang begitu menonjol dari cara ia memperlakukan Icha. Ia semakin mengagumi gadis itu. Sesekali Ira diinterogasi oleh sang kepala keluarga.

"Nama ayah dan ibu kamu siapa?" tanya Rafka sambil menyuapkan makanannya. Ira menghentikan suapannya sejenak.

"Ayah saya bernama Nathan, Pak. Ibu saya bernama Alika." Rafka mengangguk dan berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat sesuatu.

"Apakah Pak Nathan pemimpin perusahaan Pranata Group itu?" Ira mengangguk. Perusahaan ayahnya memang sudah terkenal di negara ini sebagai salah satu perusahaan terbesar yang bergengsi.

"Iya, Pak. Beliau memimpin perusahaan Pranata yang merupakan warisan dari keluarga angkat ayah saya. Beliau juga yang meneruskan perusahaan itu setelah kakek angkat saya meninggal." Rafka mengangguk lagi.

"Perusahaan mertua saya bekerja sama dengan perusahaan ayah kamu. Jadi kami sedikit tahu." Ira mengangguk lagi. Ia mengambil gelas di hadapannya untuk minum.

"Kamu keturunan Tionghoa ya, Nak? Wajah kamu mirip sama artis-artis Korea yang sering Ibu tonton." Ira tertawa mendengar candaan Lila.

"Ck, Bunda ini... Gak bosen apa nonton drama receh kayak gitu terus? Kayak ABG aja, ikutan terserang virus drakor." cibir Kahfi. Lila mendengus mendengar cibiran putranya.

"Suka-suka Bunda, dong! Emangnya salah kalau Bunda suka film yang digandrungi anak-anak muda?" Ira tertawa pelan mendengar perdebatan ibu dan anak itu. Rafli hanya menggelengkan kepalanya. Kahfi lebih memilih untuk melanjutkan makanannya daripada membalas perkataan bundanya karena ujung-ujungnya pasti ia akan kalah. Siapa yang berani melawan sang ratu? Rafka berdehem untuk menghentikan perdebatan tak penting mereka.

"Bener kamu Nak berdarah Tionghoa? Dari ayah atau ibu kamu?" tanya Lila lagi kepada Ira. Ira mengangguk.

"Iya, Bu. Saya berdarah Tionghoa dari ayah saya. Beliau murni keturunan Tionghoa. Ayah saya dulunya non muslim. Beliau masuk Islam saat akan menikah dengan bunda saya." Lila mengangguk.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang