10. Learning To Fight

1.9K 123 0
                                    

Banyak orang yang bilang jika cara satu-satunya yang paling ampuh untuk melupakan masa lalu adalah dengan mencoba membuka hati dengan orang yang baru. Sesulit apa pun kita mencoba untuk melupakan dia yang sudah pergi, kalau kita tak pernah mencobanya lagi, dari mana kita bisa merasakan indahnya cinta lagi yang bahkan mungkin jauh lebih baik dan indah dari masa lalu kita? Seperti halnya yang sedang dialami oleh Rafli saat ini. Seberapa kerasnya ia berusaha untuk menyangkal perasaan asing yang sempat ia rasakan dulu, ia tak pernah bisa untuk memungkirinya. Hanya saja targetnya sekarang adalah perempuan yang berbeda lagi. Kedekatannya dengan Ira selama hampir tiga bulan ini mampu menyentuh hati dan hidupnya hanya dalam waktu yang tidak lama. Entah kenapa ia merasa ada magnet yang membuat mereka terus berdekatan dan enggan untuk terpisahkan. Bahkan ia mulai menyadari jika posisi dia yang menempati hampir seluruh ruang di hatinya dulu mulai tergeser secara perlahan seiring berjalannya waktu oleh gadis cantik gurunya keponakannya tersebut. Benar mungkin apa kata Vidi, sahabatnya semenjak kuliah jika ia sudah jatuh cinta kepada Ira dan ia sudah memberikan hatinya untuk dimasuki gadis itu secara sukarela tanpa ia sadari.

"Akhirnya sobat gue yang lempeng ini bisa juga move on. Siapa gadis yang entah apes atau beruntung itu?" Rafli menimpuk pelan kepala Vidi yang hanya cengengesan menjahilinya.

"Sialan lo! Dia..., gurunya keponakan gue, si Icha." Vidi hanya mengangguk. Ia melihat ada sedikit keraguan di wajah Rafli.

"Jangan bilang lo masih belum ngelupain dia, Raf. Ayolah! Ini udah 6 tahun dan lo terus menutup diri. Jangan sia-siain kesempatan yang ada di depan mata lo! Lo bilang kalau dia masih jomblo, 'kan? Jangan sampai lo menyesal setelah dia diembat orang lain karena kelamaan nunggu lo yang tanpa kepastian." Rafli langsung menolehkan wajahnya.

"Apa gue kelihatan udah jatuh cinta sama dia ya, Vid?" Vidi mengedikkan bahunya.

"Menurut lo? Lo yang lebih tahu isi hati lo yang sebenarnya. Tapi siapa aja yang lihat cara lo natap dia, bisa disimpulkan kalau lo udah berpindah hati sama tuh cewek." Rafli terdiam sejenak.

"Pikirkan lagi baik-baik. Kalau emang lo gak minat, biar gue deketin aja. Cantik banget ceweknya. Cocok tuh gue jadiin istri." Rafli menatap tajam sahabatnya yang hanya senyam-senyum sendiri seperti orang gila. Ia menyesal sudah menunjukkan foto Ira kepada Vidi. Dasar sahabat bangke!

"Lo tarung dulu ngelawan gue! Enak aja! Gak akan gue biarin Ira dapet cowok playboy kelas kakap kayak lo." Vidi mendengus. Tapi akhirnya ia tertawa.

"Makanya! Cepetan kawinin sebelum gue embat!" Rafli terdiam kembali memikirkan perkataan sahabatnya.

Ia masih teringat percakapannya dengan Vidi di kafe hampir seminggu yang lalu. Menikahi Ira? Ia masih memikirkan ulang ucapan sahabat tengilnya itu. Membayangkan Ira bersanding dengan lelaki lain tiba-tiba saja membuatnya memanas tidak jelas. Ternyata kedekatan mereka selama ini benar-benar memberikan efek yang tak biasa baginya. Ada rasa tak rela di hatinya jika Ira sampai dimiliki oleh lelaki lain selain dirinya. Ucapan Vidi menyadarkannya akan satu hal, jangan sampai kita menyesal disaat kita menyadari arti penting orang itu untuk hidup kita yang sesungguhnya hanya karena tertutupi oleh bayangan semu yang sebenarnya tidak menjanjikan kebahagiaan atau harapan apa pun. Ya intinya, jangan sampai ia menyesal. Meski kadang ucapan Vidi isinya selalu tak bermutu, tapi kali ini begitu berguna untuk menyadarkannya tentang siapa yang sebenarnya lebih pantas untuk menghuni hatinya selama ini. Ia beranjak dari duduknya untuk meminta izin kepada bosnya untuk keluar sebentar. Seperti biasa pada jam sepuluh kurang ia selalu menyempatkan diri untuk menjemput Icha di sekolahnya. Icha menjadi terbiasa minta dijemput olehnya. Lila sedang berusaha untuk mencarikan supir untuk Icha, tapi ia menolaknya karena kalau ia tak mengantar jemput Icha lagi, ia tak bisa berkesempatan lagi untuk selalu bertemu dengan Ira, tujuan lainnya selain menjemput keponakannya. Setelah meminta izin untuk keluar, ia segera melajukan motornya menuju tempat yang dituju.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang