28. Adik Liana?

1.9K 101 0
                                    

Hoekk ... Hoekkk ....

Rafli mendengar suara istrinya yang sedang muntah-muntah di kamar mandi dekat dapur. Segera ia menghampirinya takut istrinya sedang sakit. Dilihatnya Ira sedang memijit pelipisnya di depan wastafel. Ira tersentak saat ada tangan yang ikut memijat tengkuknya. Lalu ia muntah kembali untuk kesekian kalinya, namun tetap hanya cairan bening yang keluar dai tenggorokannya.

Hoekkk ....

"Kamu lagi masuk angin? Mau dibalur minyak kayu putih atau aromaterapi?" tawar Rafli sambil masih memijat tengkuk istrinya. Ira menggangguk.

"Iya, Mas." jawabnya lemah. Langsung dipapahnya istrinya dari sana menuju kamarnya. Rafli membantu membaringkan Ira dengan perlahan di ranjang mereka. Ia bergegas untuk mengambil minyak angin aromaterapi agar istrinya lebih rileks dengan bau yang ringan di meja rias. Ia kembali dan duduk di sebelah istrinya yang sedang berbaring. Disingkapnya daster sutra warna biru muda motif bunga-bunga sampai batas dadanya memperlihatkan perutnya yang tidak serata dulu lagi. Ia menuangkan minyak angin di telapak tangannya dan membalurkannya dengan lembut di sekitar permukaan perut putih dan mulus istrinya. Ira memejamkan merasakan kehangatan dan kenyamanan dari sentuhan lembut tangan kekar suaminya.

"Kamu belum sarapan pagi, 'kan?" tanyanya yang hanya dijawab gelengan oleh Ira. Ia malas untuk menjawab karena ia sedang merasa pusing dan mual yang selalu ditahannya sedari tadi.

"Udah ini makan dulu, ya! Aku bawain nasi ke sini." Ira menggeleng.

"Mual, Mas. Aku lagi gak pengen makan." Rafli menghela nafasnya. Ia melihat wajah istrinya yang agak pucat.

"Katanya hari ini mau ke rumah Bunda. Kita gak bisa ke sana kalau kamu sakit." bujuknya. Suaminya benar, tak enak jika ia tak ikut berkumpul dengan keluarganya. Waktu kebersamaan mereka sudah berkurang dan Ira kangen dengan suasana rumahnya dan keluarganya. Tak apalah makan sedikit saja meski menahan mual agar ia punya tenaga.

"Iya nanti, Mas. Tapi mandiin Liana dulu, ya! Aku pengen tiduran dulu bentar. Kepalaku masih pusing." pintanya masih dengan suara lemahnya. Rafli mengangguk. Ia paham mungkin istrinya sedang masuk angin karena efek kelelahan selalu diajak begadang tiap malam olehnya. Terselip rasa bersalah di hatinya karena secara tak langsung membuat istrinya sakit.

"Iya. Kamu istirahat dulu aja. Biar Liana aku yang urus dan kamu harus makan, ya!" pesannya sambil mengelus lembut rambut hitam istrinya. Ira hanya mengangguk. Pijatan dan sentuhan lembut namun terasa di setiap ototnya membuatnya lebih rileks dan sedikit mengurangi rasa mual dan pusing yang tiba-tiba selalu melandanya akhir-akhir ini.

***

Hari ini Rafli, Ira, dan Liana berencana untuk berkunjung ke rumah orang tua Ira. Besok adalah hari pertama Ramadhan dan mereka akan mulai melaksanakan ibadah puasa. Dan hari ini di kediaman Nathan dan Alika akan diadakan kumpul keluarga dengan acara makan-makan sebelum melaksanakan puasa esok hari. Keluarga kecil itu sudah sampai di halaman rumah orang tua Ira. Ira sudah melihat mobil pamannya dan tiga motor di sana. Rafli menggendong Liana karena istrinya masih merasa pusing. Mereka melangkah menuju ke dalam rumah.

"Assalamualaikum!" seru mereka bersamaan. Dilihatnya beberapa keluarganya sudah berkumpul di ruang tengah.

"Walaikumsalam." jawab semua yang ada di sana.

"Eh, Rafli dan Ira. Ada Dedek cantik juga." seru seorang wanita berusia 30 tahun-an dengan senang saat melihat bayi gempal itu. Rafli dan Ira tersenyum dan berjalan menghampiri mereka. Terlebih dahulu mereka menyalami kakek dan nenek Ira yang sedang duduk berdua di sofa ruang tengah.

"Bagaimana kabar kalian?" sapa nenek Ira sambil mengelus kepala cucunya.

"Alhamdulillah baik, Nek." wanita tua itu mengelus pipi gembil Liana.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang