14. Demi Sang Pujaan

2K 112 0
                                    

Pada hari Minggu ini, Rafli akan menjemput calon istrinya untuk fitting gaun pengantin ke butik langganan bundanya yang kebetulan pemiliknya adalah sahabat beliau. Calon istri? Rafli rasanya masih tidak percaya jika Ira sudah menjadi calon istrinya. Keputusan Ira untuk menerima lamarannya membuatnya hampir tidak percaya dan bahagia dalam waktu yang bersamaan. Akhirnya tak sia-sia juga perjuangannya selama ini untuk mengikat gadis itu menjadi pendamping hidupnya. Ia teringat saat kunjungannya kembali ke rumah Ira bersama orang tuanya dua hari yang lalu untuk meminta kepastian dari gadis itu.

"Bagaimana Nak dengan keputusanmu? Apa kamu bersedia untuk menerima putra kami." Ira menarik nafasnya sejenak. Ia memandang semua wajah yang terlihat penuh harap menunggu jawabannya. Setelah apa yang ia lalui bersama Rafli seminggu ini, akhirnya ia sudah membuat keputusan yang Insyaallah sudah dipertimbangkannya dengan baik-baik.

"Saya bersedia untuk menerima Mas Rafli menjadi calon suami saya." hening sejenak. Rafli terkejut dengan keputusan Ira yang baru saja didengarnya. Apa ini mimpi? Ira baru saja menerima lamarannya. Wajah-wajah di sana yang semula tegang kini berubah lega dan berbinar.

"Alhamdulillah... Kami sangat berterima kasih kepadamu, Nak." ucap Lila dengan raut wajah yang bahagia. Rafli tersenyum. Ia tak bisa mendeskripsikan bagaimana bahagia ia saat ini. Tinggal selangkah lagi ia bisa memiliki Ira seutuhnya.

"Baiklah kalau begitu. Bagaimana dengan rencana pernikahan mereka?" tanya Nathan sambil melirik Ira dan Rafli bergantian.

"Kalian mau kapan nikahnya?" tanya Lila kepada putranya. Rafli melirik Ira yang diangguki oleh gadis itu mengisyaratkan keputusan ini ia serahkan kepada Rafli.

"Hmmm..., bagaimana kalau kami meminta waktu sebulan atau mungkin kurang untuk persiapan?" usul Rafli.

"Kamu setuju gak Nak kalau sebulan lagi?" tanya Alika kepada putrinya. Ira mengangguk.

"Aku setuju saja. Gimana baiknya aja." Rafli mendesah lega. Tak sulit untuk mengajak kompromi Ira.

"Baiklah kalau begitu keputusannya. Kita akan bicarakan nanti persiapannya. Nanti kita atur-atur lagi bagaimana rencananya." putus Rafka mengakhiri kesepakatan rencana pernikahan mereka yang diangguki oleh semua anggota keluarga yang berkumpul di sana.

Dan rencananya, hari ini ia akan mengunjungi butik untuk pemesanan gaun pengantin, reservasi gedung untuk resepsi, jasa pra-wedding, dan WO. Urusan cathering diserahkan kepada keluarga ayahnya karena neneknya sendiri adalah juru masak yang sudah terkenal di acara-acara seperti resepsi pernikahan. Jasa rias akan dipegang oleh teman-teman Ira dari salon tempat dia bekerja. Rafli mengucap salam dan disambut oleh Alika.

"Ira-nya biasa masih dandan dulu. Kamu tunggu bentar, ya! Bunda panggilkan dulu." Rafli hanya mengangguk dan duduk di sofa ruang tamu setelah dipersilakan. Sambil menunggu Ira, ia membuka ponselnya dan bermain game yang sering dimainkan oleh Icha untuk mengusir jenuh. 20 menit menunggu, ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ia menutup aplikasi game-nya dan memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya.

"Yuk, Mas! Nanti keburu siang." ajak Ira yang diangguki oleh Rafli. Lalu mereka berdua bergegas untuk keluar.

"Bun, kami pergi dulu, ya! Assalamualaikum." seru Ira setengah berteriak untuk berpamitan kepada bundanya yang sedang berada di halaman belakang, berkutat dengan beberapa tanaman sayurannya.

"Walaikumsalam. Hati-hati!" balas sang bunda yang berteriak dari arah belakang.

***

Rafli memarkirkan motornya di halaman butik yang lumayan luas. Ira melepas helmnya dan menyerahkannya pada Rafli. Ia mengikuti calon suaminya berjalan ke dalam butik. Mereka disambut oleh pelayan di sana dengan ramah. Seorang wanita paruh baya yang berkerudung menghampiri mereka dengan senyum lebarnya.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang