25. The Princess

1.9K 107 2
                                    

Berliana Almaira Rahman ....

Sosok tubuh mungil yang kini sedang berada dalam gendongan Ira kini menjadi pusat perhatian bagi para keluarga yang sedang berkumpul di ruang rawat inap itu. Sesuai prediksi, ternyata sosok malaikat cantik lah yang akan hadir malam ini, melengkapi kebahagiaan keluarga kecil Ira dan Rafli. Semua keluarga mendesah lega dan mengucap syukur tiada henti kepada Tuhan saat mendengar Ira sudah melahirkan bayi cantik dengan selamat dan sempurna. Bahkan Rafli begitu stress saat menghadapi persalinan istrinya. Semua keluarga maklum karena ia adalah calon ayah baru yang sedang menyambut kelahiran buah hatinya yang pertama. Lila sudah kesal sendiri dengan tingkah lebay putranya yang mendapat teguran dari dokter dan perawat karena membuat kepanikan di ruang bersalin dan itu menganggu proses persalinannya. Ujungnya, Rafli disuruh keluar oleh dokter karena tak membuat Ira semakin tenang dan rileks dalam menghadapi persalinannya. Dengan berat hati dan sedikit perdebatan, akhirnya ia mengalah dan keluar dari sana. Ia tak berhenti berdo'a dan tak beranjak dari ruang bersalin selain akan sholat dan makan demi keselamatan istri dan anaknya yang sedang berjuang di dalam sana. Dan perjuangan yang tak mudah dan penuh kesakitan itu kini terbayar sudah dengan lahirnya seorang malaikat mungil yang cantik dan menggemaskan pada jam 20.00 WIB malam ini dengan berat 3,7 kg dan panjang 48 cm. Tak hentinya mereka melontarkan pujian untuk si kecil yang kini sedang terlelap di gendongan bundanya.

"Pipinya tembem, Kak. Lucu banget kayak bakpao." komentar Viona sambil menatap gemas bayi bertubuh gempal itu. Ira tersenyum dan menciumi pipi merah bayinya.

"Iya, Vi. Persis ayahnya. Dia adalah Mas Rafli versi cewek." Viona mengangguk. Anak kakaknya itu mewarisi wajah ayahnya dan tidak ada raut oriental sedikit pun seperti kakaknya, hanya warna kulitnya yang putih saja warisan dari kakaknya.

"Adek ayi, Ma?" Viona mengalihkan pandangannya pada putranya dalam dekapannya. Ia tersenyum dan mengangguk.

"Iya, sayang. Adek bayinya cantik, gak?" tanyanya yang diangguki oleh bocah kecil itu.

"Antik." lalu ia melepaskan dirinya dari dekapan Viona dan mendekati bayi itu. Tak disangka bocah kecil itu mendaratkan sebuah kecupan di pipi tembamnya. Bayi itu menggeliat sedikit karena merasa ada yang mengusik tidur nyenyaknya.

"Halo, Adek ayi. Ini Kak Alvi." ucapnya lucu. Ira dan Viona tertawa melihat tingkah lucu bocah itu.

"Sekarang adek bayinya jadi adiknya Arvi. Seneng kan sekarang udah jadi kakak?" tanya Ira yang diangguki semangat oleh Arvi.

"Ceneng anget." mereka tertawa lagi. Di ruangan ini hanya ada Viona dan Ira serta anak-anak mereka. Keluarga Rafli sudah pulang duluan, tinggal keluarga Ira yang belum pulang. Keluarganya sedang makan malam bersama Rafli dan Viona-lah yang bertugas untuk menjaga Ira di sini dengan putranya selama mereka keluar.

"Kakak beruntung sekali ada suami dan keluarga yang menanti dan menyemangati kelahiran si kecil. Gak kayak aku." ucap Viona sambil menunduk. Ira merasa sedih jika adiknya sudah membahas hal ini. Ia merasa tak berguna sebagai kakak, tak ada disaat adiknya membutuhkannya.

"Jangan bahas itu lagi, Vi! Kamu di sana masih punya teman-teman yang baik dan peduli padamu. Kamu bercerita jika merekalah yang menungguimu saat melahirkan Arvi. Kamu masih punya orang-orang yang menyayangimu dengan tulus selain keluarga. Kakak gak suka kamu bahas itu lagi. Kamu masih punya kami sebagai tempat kamu berlari dan berlindung. Jangan pernah katakan seolah-olah kamu tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini!" ucapnya tegas. Viona hanya menunduk.

"Maaf, Kak...." Ira menepuk pelan lengan adiknya.

"Arvi lahir dengan dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan menyambut kehadirannya dengan penuh suka cita, seperti halnya Liana. Itu yang harus selalu kamu yakini." Viona hanya mengangguk masih dengan menundukkan wajahnya. Sungguh, Ira menjadi tak enak hati jika Viona sudah membandingkan nasib mereka sekarang. Padahal tidak sekali pun terlintas di benaknya jika Viona bernasib sial, hanya saja wanita itu belum menemukan kebahagiaannya dan Tuhan sedang menguji kesabarannya dalam menanti semua itu. Ia yakin, semua akan indah pada waktunya, begitu juga dengan hidup adiknya.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang