29. Behind The Mask

1.7K 102 0
                                    

Ira sedang membereskan kamarnya dengan suaminya. Liana sedang bermain dengan boneka beruangnya di ruang tengah bersama pengasuhnya yang baru dua hari didatangkan Rafli untuk membantunya mengurus Liana karena suaminya tak mau ia kelelahan dan berdampak pada kandungannya yang masih muda. Kesibukannya sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga sekarang sejak ia memutuskan berhenti mengajar setelah Liana lahir. Ia juga senang karena ada teman ngobrol atau mencoba berbagai resep dapur sehingga ia tak kesepian ketika ada di rumah. Saat ia sedang membereskan meja kerja suaminya, ia melihat sebuah file dokumen yang sudah disiapkan suaminya tadi malam. Ia takut itu adalah dokumen penting. Suaminya pasti lupa karena tadi terburu-buru berangkat akibat begadang semalam mengerjakan tugas kantor yang belum selesai, sehingga ia kesiangan bangun. Ia akan mengantarkan ini ke kantornya. Ia rasa suaminya tak mungkin marah karena ini dalam keadaan darurat. Ia memang belum pernah menginjakkan kakinya lagi ke kantor semenjak bos suaminya selalu memperhatikannya yang membuat Rafli cemburu dan menyuruhnya untuk tidak ke kantor lagi, dan ia hanya bisa menurut karena ia sendiri pun merasa tak nyaman jika ke sana sambil menunggu suaminya keluar dari ruangannya, selalu saja ada yang memandangnya dengan tatapan menilai yang membuatnya risih. Sebagai gantinya, ia selalu membuatkan bekal makan siang sebelum Rafli berangkat bekerja dan Rafli tak masalah jika makanannya sudah dingin. Banyak cara untuk membuatnya tidak dingin lagi. Tapi karena ini darurat, ada baiknya ia ke sana sebelum suaminya pulang kembali ke rumah.

"Mbak, kita ke kantor Mas Rafli sekarang. Ada yang ketinggalan. Mbak mandi dulu, biar Liana sama saya dulu." ucapnya pada pengasuh putrinya. Wanita yang lebih tua darinya itu mengangguk.

"Iya, Mbak. Saya ke belakang dulu!" Ira mengangguk dan mendekati putrinya yang sedang asyik dengan mainannya.

"Liana mandi dulu yuk, sayang! Kita bakalan ketemu Ayah." mendengar kata akan bertemu ayahnya, Liana langsung menghentikan aktivitas bermainnya.

"Yayah?" Ira tersenyum dan mengangguk. Liana langsung mengulurkan kedua tangannya minta digendong. Ira langsung meraih tubuh gempal putrinya dan menduselkan wajahnya ke perut buncit sang putri dengan gemas membuat bayi itu tertawa riang.

"Putri Bunda yang cantik bau acemm, belum mandi." Liana masih tertawa senang. Ira berjalan menuju kamarnya untuk memandikan Liana terlebih dahulu sebelum dirinya.

***

Mereka bertiga sudah sampai di depan gedung kantor megah itu. Ira diikuti oleh pengasuh yang menggendong putrinya berjalan masuk menuju kantor. Ia sudah mengirim pesan pada suaminya untuk meminta izin pergi ke kantornya untuk mengantarkan dokumennya yang ketinggalan, namun belum ada balasan. Ia berpikir mungkin suaminya sedang sibuk dan tak sempat menyentuh ponsel. Ira diminta untuk tidak sering menggendong Liana yang semakin berat karena takut kelelahan dan menekan perutnya, sehingga Liana sering dibawa oleh pengasuhnya jika sedang pergi ke luar seperti ini. Ia berjalan menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan suaminya. Selama ia menginjakkan kakinya di sini, ia tak pernah ke ruangan suaminya.

"Maaf, Mbak. Kalau ruangan sekretaris direktur di lantai berapa, ya?" tanyanya kepada wanita yang memakai pakaian yang cukup ketat dan minim dengan riasan yang cukup tebal. Wanita itu meneliti sejenak penampilan Ira membuatnya risih dan kesal. Hei, memangnya ada apa dengan penampilanku? Inilah yang selalu membuat Ira tak nyaman jika sedang berkunjung ke kantor suaminya. Lagi-lagi ia selalu mendapatkan tatapan aneh dan menilai jika ia berhadapan dengan karyawati kantor ini. Mungkin gaya berpakaian mereka yang jauh berbeda dengannya yang selalu menutup aurat, karena di kantor ini hanya satu dua karyawati yang memakai hijab dan menutup aurat seperti dirinya. Sebagian besar mereka berlomba-lomba untuk memakai pakaian yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang indah dengan riasan yang tak kalah hebohnya. Mungkin mereka berlomba untuk mencari perhatian para petinggi di sini kali dengan dandanan yang menurut Ira norak itu.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang