08; fault

1.5K 297 9
                                    


Rencana hiking ketiga sahabat itu tertunda karena keadaan Guanlin yang tidak memungkinkan. Sudah hampir satu minggu Herin terbaring di rumah sakit karena terjatuh dari kursi tinggi di bar dapur rumahnya yang membuat lengan kanannya retak.

"Sorry, guys, kita malah gak jadi pergi," ucap Guanlin lemah.

"Sans aja lah. Keluarga jauh lebih penting dari apapun. Kita siap jagain Herin juga selagi Om Daniel kerja."

Guanlin menyunggingkan senyumannya mendengar ucapan Hyunjin. Disaat seperti ini hanya kedua sahabatnya itu yang akan selalu menyemangatinya.

"Gue mikir lagi, gimana jadinya kalo gak ada Herin. Kayaknya gue bakal jadi orang paling kesepian di dunia."

Han yang sedang menenggak air mineral hampir saja tersedak mendengarnya. He founds it funny.

That orang paling kesepian si dunia. Bukan Guanlin banget.

"Eh gue keluar bentar. Mau udud dulu, udah gak tahan."

"Gue juga!"

Guanlin sendirian di kamar rawat Herin sekarang. Tangannya membelai lembut surai adik kecilnya itu. Ada saatnya dimana ia begitu menyayangi Herin, ada saatnya pula ia begitu tidak menyukai Herin.

"Maafin kakak ya. Harusnya kakak gak jahat ke kamu. Cepet sembuh dan cepet gede ya, sayang," katanya tulus, lalu mengecup singkat kedua pipi Herin.

ㅡㅡ

"Mau makan apa, kak?" tanya Daniel yang sedang menyuapi Herin.

Guanlin meletakkan buku dan pulpennya, seolah-olah berpikir.

"Enaknya apa? Papa mau makan apa? Guanlin beliin deh."

Daniel tersenyum singkat. "Apa ya? Ayam geprek mau? Delivery aja, kakak jangan keluar."

Guanlin mengangguk setuju. Ia lalu mengetikkan pesanannya pada nomor si penjual melalui ponsel Papanya.

"Udah, pa. Guanlin lanjut belajar."

Ketiganya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai Daniel ingat ada yang harus ia sampaikan pada Guanlin malam itu.

"Kak, inget papa pernah minta buat ngobrol sebentar?"

"Ohiya. Emangnya mau ngomong apa?"

Daniel yang sedang menidurkan Herin memberi kode Guanlin untuk tidak bicara dulu karena Herin yang hendak tidur. Guanlin menurut.

Selesai menidurkan Herin, Daniel mengambil pesanan ayam geprek yang baru saja datang untuk dimakan bersama Guanlin.

"Makan yang banyak."

"Papa jugaaa."

Keduanya terlihat sangat bahagia dihadapkan dengan dua kotak ayam geprek tersebut.

"Makan dulu deh, ngobrolnya nanti."

"Okeee, Papa Niel!"

<>

"Kakak udah gak pernah sakit lagi kan?"

Guanlin melirik Daniel bingung. Ia tidak langsung menjawabnya.

"Anggap aja udah ngga. Papa minta maaf buat semuanya. Maaf kalo papa belum bisa jadi papa terbaik buat kakak juga adek."

"Papaaaa, kenapa tiba-tiba jadi melow gini sih."

Guanlin merasa malu kalau Papanya memulai obrolan dengan bahasan yang sensitif seperti ini.

"Cantik banget adek kamu tuh kalo lagi tidur. Kayak mamanya."

Sorot mata Daniel sudah berbeda sedari tadi. Daniel juga menghindari kontak mata dengan Guanlin.

"Superhero-nya Guanlin sama Herin masa nangis sihhh. Yaampun, papaaa."

Guanlin yang perasaannya campur aduk itupun mencoba menghibur Daniel, tapi sepertinya gagal. Daniel sudah terlanjur menangis.

"Pihak sekolah udah tau kamu pernah make, kak. Papa juga gak tau itu info dari siapa. Dan malem dimana Herin jatuh, papa mau bicarain ini sama kakak."

Tubuh Guanlin menegang. Pikirannya kalut dengan segala macam kemungkinan.

Guanlin membasahi bibirnya sebentar. "Guanlin siap ngadepin semuanya, pa. 'Cause it's actually my fault."

Daniel memeluk Guanlin erat. Menyalurkan kenyamanan pada anak sulungnya itu.

"Papa bakal secepatnya cari sekolah lain buat kakak."

Guanlin menggeleng pasti. "Guanlin mau bantu papa aja. Maaf..."


ㅡㅡ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡㅡ

semoga masih ada yg menikmati cerita ini:')

thank youu!! xx

[2] Ayah: Days Out ㅡ kang daniel [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang