07; friends like

1.6K 321 3
                                    


"Udah gila lo! Sebejat-bejatnya kita, gak pernah kepikiran buat make tau gak."

Hyunjin menjambak rambutnya kasar sehabis memarahi Guanlin habis-habisan.

"Jin, gu--"

"Apa sih yang elo pikirin sampe ngelakuin hal yang bahkan lo gak pernah ngerokok sebatangpun? Heran gue," sambung Han tidak kalah kesalnya.

Guanlin menghela napas panjang. Ia sudah sadar akan kelakuannya yang kelewat batas. Menurutnya, teman-temannya bebas memarahi dirinya sampai puas, karena memang itu sebuah kesalahan besar.

"Gue khilaf," ucap Guanlin lemah. "Mungkin emang gue nya juga yang masih labil jadi--"

"Labil? Emang kita ngga?" potong Han.

"Tiap orang itu beda, Han! Gak sama! Dan masalah lo, lo pada itu beda jauh sama gue."

Guanlin lalu pergi dengan menutup kencang pintu kamar Hyunjin yang membuat si empu juga Han makin ingin memarahinya.

"Huh, sabar banget gue punya sahabat macem Guanlin."

"Kita harus bantu dia biar gak kecanduan, Jin. Gue kasian sama Om Daniel pasti kepikiran banget. Mana Herin juga masih kecil."

Hyunjin berpikir sebentar, lalu mengangguk mengiyakan ucapan Han. Mereka lalu mengganti seragam sekolah dengan baju bebas untuk segera menuju rumah Guanlin.


ㅡㅡ

Pintu kamar Guanlin sedari tadi diketuk berkali-kali oleh Herin tapi Guanlin sedang tidak ingin menemui siapapun sepulang dari rumah Hyunjin.

Guanlin juga ingin lepas dari bayang-bayang barang haram tersebut. Tapi daya tariknya begitu besar yang membuatnya sampai kesakitan sejauh ini. Yang masih ia untungkan adalah pihak sekolah yang tidak--belum--mengetahui kenyataannya.

"Kak, ini papa. Buka sebentar."

Guanlin menghela napas panjang. Meletakkan kuas di mejanya untuk keluar kamar.

"Kenapa, pa?"

"Ada Hyunjin sama Han di ruang tamu daritadi."

Guanlin mengernyit. "Papa darimana?"

"Dari supermarket."

"Kok tau mereka--"

"Kata adek kamu. Udah sana temuin dulu. Ohya, nanti malem papa mau ngomong sebentar. Bisa kan?"

Guanlin mengangguk walau dalam hatinya memunculkan banyak pertanyaan apa yang akan papanya itu bicarakan. Ia lalu menuju Hyunjin dan Han yang sedang bermain boneka dengan Herin.

"Ngapain?"

Guanlin menyapa Hyunjin dan Han tanpa ekspresi. Masih merasa kesal karena hal tadi.

"Herin masuk dulu ya nanti kita main lagi, okei?" ucap Han pada Herin.

Mereka sempat terdiam beberapa saat. Perasaan campur aduk menghantui Guanlin perihal kejadian tadi di rumah Hyunjin. Ia hendak meminta maaf atas sikapnya, tapi egonya terlalu besar.

"Sabtu kan tanggal merah, terus Jumat pulang cepet. Gimana kalo kita hiking? Keknya asik. Gue belum pernah soalnya," jelas Han.

"Gue juga belum. Eh, ntar gue ajak juga Bang Woojin sama Bang Minho. Gimana, Lin? Mau kan?" lanjut Hyunjin.

Tanpa pikir panjang, Guanlin menyetujui ajakan kedua temannya itu setelah Han berencana akan mengajak sepupu perempuannya juga.

Seperti tidak ada hal buruk terjadi, mereka kembali akur seperti biasa. Tawa canda menghiasi obrolan ringan mereka sampai akhirnya Herin berteriak kencang dari dapur.



 Tawa canda menghiasi obrolan ringan mereka sampai akhirnya Herin berteriak kencang dari dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅡㅡ

ohyaaaaa kalo suka sama cerita ini, boleh banget divomment yaaa. krn itu yg bikin ku semangat buat lanjutin cerita hehe

Thank youuu xx

[2] Ayah: Days Out ㅡ kang daniel [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang