15; home sweet home

1.1K 215 12
                                    


Pukul 5 pagi.

"Kakak sambil liatin adek ya takut bangun. Papa mau jemur baju dulu."

Pemuda jangkung yang sedang bermain game di komputernya itu spontan menghentikan aktifitasnya. Ia menghampiri Daniel yang sudah berada di dekat mesin cuci berniat mengeluarkan pakaian-pakaian yang telah dicuci.

"Papa duduk aja udah. Sini biar kakak yang jemur."

Tentu saja sang Papa terheran-heran dengan kelakuan putra sulungnya tersebut. Tapi, yasudahlah tidak apa-apa. Toh ini juga sebagai pembelajaran sebelum nanti Guanlin membina rumah tangga. Walaupun was-was karena ini mungkin kali pertama Guanlin melakukan kegiatan itu. Biasanya Daniel yang selalu melakukannya. Dan sekarang Daniel sedang menyeduh kopi susu hangat untuk dibawanya ke kamar Herin.

"Adek belum bangun juga," gumamnya masih sambil mengaduk segelas kopi di tangan kirinya.

Daripada bosan menunggu Guanlin selesai menjemur dan Herin juga belum bangun, Daniel memutuskan untuk menonton video pernikahan dirinya dengan istrinya 17 tahun lalu dengan membawa laptop miliknya dari ruang kerjanya. Entahlah, Daniel merasa sangat merindukan sosok wanita yang telah memberinya dua keturunan hebat.

Sesekali Daniel menyunggingkan senyumannya. Juga tertawa melihat betapa bodoh dirinya dahulu ketika baru pertama kali menggendong Guanlin sesaat setelah ia lahir. Memang, dahulu Daniel dan istrinya rajin sekali mem-video seluruh kegiatan keluarga kecilnya. Tapi setelah istrinya tiada, Daniel memutuskan untuk tidak melakukan itu lagi.

Video kebersamaan Daniel dengan istrinya dahulu berakhir sudah. Namun Daniel masih setia menatap layar laptop.

"Kangen kamu, sayang..." ucapnya lirih pada sosok wanita yang menjadi wallpaper desktop-nya.

Daniel menangis kemudian.

ㅡㅡ

"Kak, ada yang nyariin tuh di luar."

"Siapa?"

Daniel hanya mengendikkan bahunya, lalu segera menghampiri Herin yang harus segera mandi.

Guanlin meninggalkan lagi komputernya, hendak menemui sosok yang mencarinya.

"Adek, ayo mandi dulu."

Segera, Daniel membopong Herin ke kamar mandi. Beberapa luka di tubuh Herin masih belum sepenuhnya sembuh karena insiden beberapa waktu lalu. Makanya Daniel masih harus sangat memperhatikan putri bungsunya itu.

"Kok di luar rame, Pa?" tanya Herin.

"Ada temennya kakak. Nanti adek salim ya," balas Daniel yang dibalas anggukan oleh Herin.

Selagi Daniel memandikan Herin, biasanya Herin akan berbicara ngalor-ngidul padanya tapi kali ini tidak.

"Kok diem aja?"

"Ada kakak. Adek takut..."

Daniel tersenyum penuh arti. "Kakak gak jahat, sayang. Kemarin juga udah makan malem sama kakak. Gak apa-apa kan?"

"Iya, Pa."

Daniel betulan tidak mau kedua anaknya tersakiti satu sama lain. Ia lebih memilih dirinya yang disalahkan atas semua yang terjadi, daripada harus seperti ini.

[2] Ayah: Days Out ㅡ kang daniel [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang