10; bertanggungjawab

1.5K 263 8
                                    


"Om, airnya mati ya?"

Masih dengan tampilan ala bangun tidurnya--rambut acak-acakan, hanya memakai kaos dalam dan boxer 10 cm di atas lutut-- Guanlin menghampiri Jaehwan yang sedang membetulkan pompa air di belakang rumah setelah ia membuka kran di kamar mandi yang tidak kunjung mengeluarkan air juga.

"Iya nih. Kamu bisa bantu Om dulu benerin ini?" pinta Jaehwan.

Sebetulnya kegiatan yang seperti ini yang Guanlin tidak suka dari seorang yang terlahir sebagai laki-laki. Rasanya seperti banyak hal yang mustahil dikerjakan oleh seorang perempuan. Padahal laki-laki juga punya batasannya.

"Males banget Om sebenernya kalo kaya gini tuh," ucap Guanlin malas sambil membantu menahan laju air yang sedang Jaehwan coba terlebih dulu.

Jaehwan tertawa. "Kenapa emangnya?"

"Om Jaehwan udah pake setelan jas gitu mau kerja ke kantor kan bukan jadi tukang ledeng. Kenapa gak panggil--"

SROOOOTT!

"Tuhkan, Guan belum selesai ngomong airnya udah muncrat duluan."

"Gak apa-apa, Guan. Ini kan dedikasi Om buat mimpin rumah tangga. Kasian istri Om dong kalo harus ngurus ginian juga," jelas Jaehwan. "Udah naik nih airnya. Sana kamu mandi. Om tunggu di depan."

Guanlin mengangguk, lalu beranjak pergi untuk mandi dan bersiap-siap.

ㅡㅡ

Buku matematika milik Suyoon menjadi masalah bagi Guanlin sekarang. Setelah masuk kelas, dirinya baru ingat kalau seminggu lalu ia meminjam buku Suyoon untuk menyalin beberapa materi yang belum ia tulis.

Bibir bawahnya ia gigit untuk mengurangi rasa gugupnya berhadapan dengan Suyoon yang tampaknya sudah sangat kesal.

"Maaf..."

Suyoon menghela napas kasar. Kedua tangannya terlipat di atas mejanya, lalu menatap Guanlin tajam.

"Gak ada PR juga kan," kata Guanlin masih mencari pembelaan.

"Iya gak ada. Tapi di situ juga semua materi dan soal latihan olimpiade yang mau gue pake nanti jam 10, Guanlin."

Mereka berdua menjadi pusat perhatian seluruh warga kelas karena Suyoon yang sudah menangis dan Guanlin berlutut di depan mejanya sambil mendongak. Tangan kanannya menepuk-nepuk lengan Suyoon berniat menenangkan.

"Yaudah, nanti gue bolos pelajaran aja buat ngambil buku lo. Sekali lagi gue minta maaf."

"Kenapa harus gue yang minjemin buku ke lo sih, Guan," gumam Suyoon yang masih bisa Guanlin dengar.

"Lo bego apa gimana sih? Ya karena lo satu-satu anak olim matematika di kelas ini. Dan gue juga mau pinter matematika kaya lo. Gue gak maksud buat ninggalin bukunya di rumah. Sumpahhh."

Suyoon memang menganggap buku catatan matematikanya itu salah satu yang paling berharga. Padahal malam tadi Suyoon sudah memberitahu Guanlin untuk membawa bukunya. Tapi namanya juga manusia, pasti ada lupanya.

Sesuai janji, setelah pelajaran pertama selesai Guanlin kembali ke rumah Jaehwan untuk mengambil buku matematika Suyoon yang tertinggal.

"Kok udah pulang, Guan?" tanya Chungha, istri Jaehwan.

"Ada yang ketinggalan, Tante. Aku ke sekolah lagi ya."

"Iyaaa, hati-hati."

ㅡㅡ

Di sinilah Guanlin dan Suyoon sekarang. Setelah ada secuil drama pagi di kelas, mereka akhirnya akur lagi. Suyoon yang memang anak baik-baik, tidak pernah menyimpan dendam tidak mau meminjamkan bukunya lagi pada Guanlin. Ia malah mendeklarasikan kalau dirinya juga akan membantu Guanlin belajar matematika yang memang menjadi bumerang baginya.

"Maafin gue ya, Yoon."

"Iyaudah gapapa. Kalo perlu bantuan soal itung-itungan, ke gue aja. Selalu siap ngebantu Guanlin."

Guanlin merasa dunianya seolah perlahan kembali. Setelah insiden penggerebekan dirinya dan Soyeon beberapa waktu lalu, kebanyakan waktunya ia habiskan bersama Suyoon, bukan Soyeon lagi. Guanlin pikir, Suyoon dapat memberi dampak positif pada dirinya ketimbang Soyeon.

Dua porsi bakso yang mereka pesan akhirnya datang. Ini adalah salah satu cara Guanlin untuk meminta maaf pada Suyoon. Ia betul-betul merasa tidak enak atas sikapnya tadi.

"Kalo boleh tau, alesan lo pindah sekolah kenapa sih, Guan?"

Guanlin berhenti mengunyah. Memorinya berputar pada hal-hal yang seharusnya sudah ia lupakan. Garpu dan sendok yang ia pegang menjadi saksi atas kemarahannya pada Suyoon barusan.

"Lo gak perlu tau."

Lalu Guanlin pergi meninggalkan Suyoon yang masih dirundung kebingungan besar.


Lalu Guanlin pergi meninggalkan Suyoon yang masih dirundung kebingungan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ㅡㅡ

hello!

adakah yg nungguin cerita ini??? hehehe basi bat pertanyaannya yak:((

thank you sudah bacaaa! xx

[2] Ayah: Days Out ㅡ kang daniel [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang