18 END

6.9K 806 27
                                    

22/07/18

.

.

Aku memilih melupakan kejadian tadi dan mulai memasak. Niat untuk meminta bantuan pada Jeno sudah hilang. Aku jadi tidak mood.

Aku ingin membuat telur gulung.

Aku mengambil satu batang daun dan mulai memotongnya kecil kecil. Aku terlalu sibuk untuk mendengar suara ribut di luar saja aku tidak peduli.

Aku lapar.

Aku belum makan apapun dari siang karena sibuk berduka. Dan ini sudah sore.

Rotiku sudah habis. Susuku tinggal sedikit. Hanya telur yang menjadi harapanku.

Entah aku yang memotong terlalu dekat dengan jariku atau apa, jari telunjukku tiba tiba tergores dengan pisau. Aku menarik nafas cepat lalu mendekat ke wastafel.

Aku membiarkan air dingin membasahi tanganku. Rasanya semakin perih dan darah tidak berhenti keluar. Aku berdecak.

Aku memutar kran lalu berbalik.

Aku tersentak kaget saat seseorang tiba tiba berada di depanku saat aku berbalik. Aku mendongak lalu terdiam membeku.

Taeyong berdiri di depanku dengan tatapan tajam sambil sedikit merendahkan tubuhnya. Aku menutup jari telunjukku yang masih berdarah sambil menahan sakit.

"Taeyong.."

Tatapan Taeyong melunak. Tatapannya yang tadinya tajam berganti sendu. Tangannya bergerak mengusap pipiku sebelum menarikku masuk ke dalam dekapannya. Membuatku menempel di wastafel yang sedikit basah.

Taeyong menenggelamkan wajahnya di leherku. Dan kedua tangannya melingkar di pinggangku membuat kami sedikit menempel. Sedikit karena kedua tanganku berada di depan dada.

"I'm sorry.. I'm so sorry.."

Aku hanya diam tidak membalas. Rasanya kejadian ini terlalu mendadak sampai aku merasa tidak sanggup untuk membalasnya.

"Yn, say something.."

Aku hanya diam.

"Say something, please.."

Taeyong sedikit menjauhkan badannya lalu menyandarkan dahinya pada dahiku.

"Sorry for what.." aku bergunam.

"For everything that I've done to you.."

Taeyong menutup matanya. Aku hanya terus memandang Taeyong datar.

"Kau tidak melakukan apa apa. Tidak usah minta maaf."

Taeyong tiba tiba membuka matanya. "Aku.. minta maaf karena sudah meninggalkanmu sendiri.."

"Aku tidak sendiri. Ada Yuta dan Jeno yang bersamaku."

Taeyong terdiam. Taeyong menjauhkan dirinya dariku. Taeyong membelakangiku dan menunduk dalam. Aku menghela nafas. Aku menurunkan kedua tanganku dan membiarkan tanganku di penuhi oleh bekas darahku.

"Jangan memaksakan dirimu, Taeyong. Aku tidak apa apa. Kau bisa pergi dan meninggalkan aku sendiri. Ditinggalkan oleh ayah dan ibu sudah cukup membuatku-"

"Kenapa kau bisa semudah itu mengatakannya?"

Taeyong berbalik lalu menatapku tajam. Aku terdiam dan terpaku dalam tatapan dalamnya.

"Kau pikir bagaimana perasaanku?"

"Kalau begitu pikirkan perasaanku juga, Taeyong." Suaraku meninggi.

[1] chain ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang