11

5.5K 874 18
                                    

12/07/18

.

.

Selesai makan, aku meminta Taeyong mengantarku pulang. Taeyong menyuruhku menginap karena hanya ada dia di rumah (termasuk para maid tentu saja). Tapi aku tidak membawa baju ganti.

Karena itu aku meminta Taeyong mengantarku pulang sekedar mengambil beberapa pasang pakaian. Lagipula besok libur karena hari minggu.

Aku sudah berada di kamarku sedangkan Taeyong kembali ke rumahnya. Aku tidak mau dia menungguku terlalu lama di luar karena itu aku menyuruhnya pulang.

Aku sudah memasukan beberapa pakaian ke dalam tasku termasuk pakaian dalam. Aku menenteng tasku dan keluar kamar.

Tapi langkahku terhenti. Nafasku tercekat melihat orang yang melahirkanku kini berdiri tak jauh dariku. Dia menatapku tajam dengan tangan terlipat di depan dada.

"Mau kemana kau?"

Aku menelan ludahku takut. "R-rumah teman."

Tawa meremehkan membuatku tersentak. "Kau? Punya teman? Jangan bercanda."

"Masuk kembali ke kamarmu." Dia memerintahku dengan nada mutlak. Tapi aku tetap berdiri di tempatku mencengkram tasku.

"Masuk! Cepat!" Dia membentakku dengan suara melengking.

Tapi aku tetap tidak mau bergerak dari tempatku. Dan aku tahu itu membuatnya geram.

"Apa yang diajarkan Minwoo padamu hah?!" Dia terlihat memijit hidungnya. "Cepat masuk ke kamarmu, yn! Dengarkan ibumu!"

Tawa sumbang keluar dari mulutku. Bibirku membentuk senyum miris. "Ibuku? Sejak kapan kau menjadi ibuku? Ibuku sudah mati."

Aku tahu kata kata itu terlalu kasar dan tidak pantas untuk disebutkan. Apalagi menyebut ibu sudah mati padahal dia masih hidup.

PLAK!

Dia tiba tiba mendekat dan memberi tamparan keras di pipiku. Mataku mulai terasa panas dan dadaku terasa sesak.

"Lihat, bahkan kau menamparku." Aku menatapnya tajam.

"Lihat tatapanmu. Aku bingung apa yang diajarkan Minwoo padamu! Oh, aku mengerti. Melihatmu seperti ini mengingatkanku pada kelakuan bejatnya!"

Siapa yang bejat disini?

"Kau tidak ada bedanya dengan ayahmu itu! Kalian berdua menyusahkan! Lihat! Bahkan karena perbuatannya kita jadi miskin seperti ini! Kalau saja dia tetap menjadi pegawai kantor, kita pasti tetap bisa menjadi keluarga berkecukupan! Tapi dia memilih pekerjaan menjijikkan itu! Kau-"

Plak!

Aku mengepal tangan kananku yang baru saja menampar pipinya. Pipi ibuku.

"Don't judge my dad. You don't know anything about him."

Dia terlihat menatapku tidak percaya dengan tangan menyentuh pipinya yang ditampar olehku.

Aku menahan air mataku agar tidak jatuh. "Justru yang memilih pekerjaan menjijikkan itu kau! Kau memilih menjual dirimu di bar hanya untuk uang haram itu! Kau yang menyusahkan kami! Kau juga sudah tidak pantas ku sebut ibu! Tidak ada ibu di rumah ini sejak 7 tahun yang lalu!"

Dadaku terasa sesak. Aku jadi sedikit sulit bernafas.

"Masuk ke kamarmu." Dia memandang tajam kearahku.

Lagi lagi dia memerintahku. Dia pasti sudah tidak punya hati karena tidak mengerti tentang yang kuucapkan.

Drrt drrt

[1] chain ; taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang