Umur bukan patokan. Itu hanya perihal angka yang tak banyak memilki pengaruh pada kenyataannya.
(Kru Jomblo)----
Aku memijat keningku yang tiba-tiba terasa ngilu. Aku menatap dua orang yang ada di depanku, salah bukan dia tapi tiga. Lalu siapa yang satu?
"Mbak Khansa kerja di sini?" tanya Kania.
"Iya. Kalian belum menjawab pertanyaan Mbak. Apa yang kalian lakukan di sini?" Aku menatap ke arah Kania dan Rizal bergantian.
"Jadi ini alasan kami ngotot magang di sini, Zal?" Aku menoleh cepat ke arah Kania. Tunggu, aku tidak salah dengar bukan kalau mereka akan magang di kantor ini.
"Bukan. Ini semua rekomendasi dari Abang." Rizal menjawab dengan membuang muka, bagaimana aku bisa tahu karena aku bisa melihat hal itu dari sudut mataku.
"Jadi ini kerjaan Arkan? Ck, benar-benar Beruang." Aku tanpa sadar mengucapkan apa yang ada di pikiranku. Aku menghela napas lelah saat menyadarinya. Aku segera membalik tubuhku lalu pergi berlalu begitu saja.
Ya Allah cobaan apa lagi ini?
Sesampai di rumah aku langsung menghempaskan tubuhku ke arah tempat tidur, hari ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Sepertinya aku butuh cuti untuk merelaksasi otot dan urat syaraf. Aku membalik tubuhku menjadi tengkurap, posisi ini memang tidak baik untuk kesehatan tetapi dengan tengkurap rasanya pinggulku yang ngilu tertarik dan menyebabkan rasa nyaman.
Mataku rasanya sudah tak kuat untuk terbuka, perpaduan rasa lelah dan kenyang membuat kantuk kian menyapa. Tapi tunggu dulu, besok aku ada acara apa ya? Mengapa rasanya ada yang berbeda?
Apa aku ada janji yang terlupakan? Tapi apa? Aku kembali duduk lalu mengambil ponselku untuk mengecek memo. Setelah mengutak-atik ponsel aku kembali dibuat diam. Pasalnya di ponselku tak ada acara apapun, tapi kenapa aku merasa memiliki janji?
Entahlah, abaikan saja mungkin nanti ingat sendiri. Besok pagi mungkin aku akan memasak, ah aku ingin makan babat masak kental pedas. Hem... sudah terbayang gurihnya. Mungkin langkah pertama yang harus aku siapkan adalah tidur lebih awal biar bisa bangun pagi dan pergi ke pasar. Jika pergi ke pasar subuh pasti mendapatkan bahan-bahan segar yang belum layu. Ah, aku mau gosok gigi dan tidur dulu.
----
Pagi yang cerah, dengan warna langit putih dihiasi segaris kekuningan yang tampak menawan. Suhu udara tampak menurun menyebabkan bulu kuduk berdiri karena rona dingin membelai lembut kulit yang terbuka.
Kebisingan mulai terdengar, mulai dari suara orang saling berbincang menanyakan harga hingga saling berdiskusi tentang potongan harga. Begitu banyak suara hingga kau tak bisa memfokuskan perhatian pada satu tujuan.
Aku melangkah menuju salah satu lapak penjualan yang cukup renggang, di sana duduk secara lesehan seorang ibu yang mungkin seumuran dengan Bunda. Aku berjongkok untuk melihat beberapa sayur yang aku perlukan.
"Seikat berapa harganya, Bu?" tanyaku saat tangan sang ibu membantuku membolak-balikkan ikatan kangkung.
"Satu ikat besar lima ribu." Aku menunduk sambil menimang, haruskah aku membeli kangkung dengan ikatan besar? Hari ini teman-temanku tak akan ada yang berkunjung karena sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi, sepertinya kurang bijak jika berbelanja berlebihan.
"Saya ambil satu ikat kecil saja, Bu." Aku mengambil lalu menaruh di dalam tak parasut yang aku bawa. Aku memang membawa tas parasut yang cukup besar saat berbelanja. Bukan mengapa, aku hanya ingin sedikit mengurangi produksi plastik berlebih.
"Sama wortel dan sawi putih masing-masing setengah kilogram." Aku menerima semua belanjaan dan tak lupa membayarnya. Aku menatap ke arah kertas yang aku buat, lalu aku mulai celingukan mencari keberadaan penjual bumbu yang aku butuhkan.
"Aku tak jadi beli babat, aku mau bikin lalapan tuna saja." Aku melangkah mendatangi tukang ikan segar dan mulai memilah ikan segar yang akan menjadi penghuni lemari esku.
Aku menatap sengit ke arah seorang perempuan yang berpakaian modis, sungguh dandan tak sesuai tempatnya. Aku menatap sengit bukan karena dandanannya yang menjadi saingan, bukan tapi karena tangannya yang menyentuh ikan dan memberi tatapan jijik. Sungguh menyinggung sekali, padahal kalau sudah menjadi masakan pasti lahap menyantapnya. Sungguh itu salah satu orang yang paling tidak aku sukai.
Aku memang berpakaian modis saat berangkat ke kantor atau pergi ke tempat tertentu. Tetapi aku tahu tempat, di mana aku berpakaian dengan santai dan formal. Sungguh, ini menggelikan saat menatap sosok perempuan yang tampak mencolok di tengah keramaian pasar tradisional, halloo.... Ini bukan Mall ya.... Ingin rasanya kuteriakkan di dekat telinganya.
Aku segera memilih beberapa ikan segar dan membawa ke timbangan yang disediakan pedagang. Setelah dibersihkan oleh sang penjual aku segera membayar nominal yang disebutkan dan memasukkan ikan yang sudah dibungkus rapi ke dalam tas parasut. Aku harus segera meninggalkan tempat ini sebelum mulutku membuka suara dan menyebabkan hal yang tak diinginkan.
Aku menatap kertas yang sudah aku remas sambil meringis,sebab tulisan daftar belanja yang aku buat sudah tak bisa dibaca. Aku sungguh menyesal karena tak bisa menjaga tensi, tapi salah perempuan itu juga melakukan hal yang sangat tidak wajar. Seperti artis saja. Aku segera berjalan keluar area pasar, aku membuka aplikasi Go-Jek sambil menuju ke area jajanan pasar yang ada di dekat pintu masuk.
"Lebih baik aku beli makanan sambil sungguh Abang Go-Jek." Aku berjalan dengan riang.
"Ngersaaken nopo, Mbak?" Aku menatap wanita penjual kue pasar dengan wajah bingung. Bagaimana tidak? Aku tidak tahu wanita itu bilang apa.
Aku meringis lalu menoleh ke arah kananku, tampak seorang lelaki yang sedang asyik memilih kue. Apa wanita itu memintaku untuk memilih kue ya? Ah, dasar itu bahasa apa sih artinya?
"Ibu tadi bilang, Mbak mau jajan apa?" Aku segera menoleh cepat ke arah lelaki yang saat ini sedang mengangkat satu sudut bibirnya, mengejek. Apa? Lelaki itu sedang mengejekku?
"Aku tahu." Aku menyebut dengan kesal. Bagaimana tidak? Pagi-pagi cerahku harus suram karena ejekan soal bahasa.
"Syukur kalau begitu." Aku melirik sengit lalu kembali memilih. Setelah mendapatkan apa yang aku inginkan aku segera menanyakan harga dan memasukan ke dalam kantungku.
Sekedar informasi saja, jajanan ini sudah dibungkus dengan plastik secara berkelompok jadi kita tinggal ambil lalu bayar deh. Aku tadi membeli sebungkus klepon yang artinya berisi empat mika kecil klepon dan aku juga membeli molen kering isi kacang hijau dan pisang. Tak lupa aku membeli juga jajanan pasar favoritku, yaitu cucur. Ah, jajan ini memang sedikit berminyak tetapi rasa manis yang terasa kenyal membuat lidah tak mau untuk berhenti makan. Hehe, berlebihan sekali. Tapi sungguh, cucur adalah kue favoritku.
Aku menoleh ke arah mas-mas Go-Jek, dia sedang celingukan mencari penumpang. Aku tersenyum lalu mendekatinya.
"Mas Kori ya?" tanyaku.
"Iya, Mbak Khansa ya?" Aku mengangguk lalu Mas Kori mengambil belanjaaku dan menaruhnya di bagian depan sedangkan aku dengan santai naik ke jok belakang.
"Perumahan Baru Indah A3 nomor 13." Aku menyebut alamatku lalu mengenakan helm dan mengancingkan jaketku. Ini musim dingin jadi kalau berkendara motor aku selalu mengenakan jaket.
"Siap Mbak." Aku menerbitkan senyumku. Ah, sampai rumah sarapan jajan pasar saja sambil bikin teh baru persiapan memasak.
Perjalan terasa sunyi, sebab baik aku atau Mas Kori tak mengeluarkan suara. Setelah sampai di depan rumah aku mengucapkan terima kasih. Dan Mas Kori memintaku untuk memberi banyak bintang. Aku hanya mengangguk lalu berjalan membuka gerbang. Tadi saat berangkat aku memang sengaja tidak mengunci gerbang, soalnya aku pikir hanya belanja sebentar. Saat menutup gerbang aku melihat ada mobil yang tak asing terparkir di depan gerbang sebelah kanan. Aku segera menoleh dengan cepat.
Ah, benar saja. Pemilik mobil itu sudah duduk manis di kursi terasku. Aku jadi menyesal, kenapa tadi aku tidak mengunci gerbang supaya mereka berdua tak bisa masuk ke dalam. Ah, hilang sudah Minggu ceriaku.
---
Kediri, 10 Agustus 2018
![](https://img.wattpad.com/cover/152771482-288-k544809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menenun Asa (Terbit)
SpirituellesSilakan baca dan komentar selagi masih Going on, sebab saya tidak janji akan tetap memajang cerita ini di sini.... Hehehe.... ---- Khansa Adelia, dia adalah seorang wanita karir yang bisa dibilang sukses dan berjaya. Dia memiliki segalanya tetapi me...