Hai, kamu.
Sejak kapan di dalam?
Bahkan saya tak ingat kapan saya membuka pintu.
Namun saya ingat betul kamu yang selalu mengetuk dari luar.Selamat datang, kamu
Mohon maaf berantakan.Dulu ada yang pernah singgah disini.
Saya persilahkan masuk karena ia bilang permisi.
Namun ia menghancurkan semua yang ada disini.
Harapan, angan, serta janji-janji.
Lalu pergi.Apakah kamu bersedia membereskannya kembali?
Silahkan, dengan senang hati.
Jika mampu, saya mohon jangan pergi.
Atau, jika memang harus pergi, lebih baik pergi hari ini.
Tak usah repot-repot berusaha menata hati ini dengan segudang harapan dan impian jika akhirnya akan dihancurkan lagi.
Biar saya yang merapikan semua kehancuran ini sendiri.
Sambil menunggu sosok yang benar-benar ingin menata hati ini untuk utuh kembali, dan tak pernah ia hancurkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penikmat Senja
PoesíaSenja Memang Begitu, Ia sangat Hobi mengejek, Ia membuat ku menunggu dan pergi Begitu cepat, Tanpa tau arti penantian.