XII

652 46 25
                                    

Kyla baru melangkah keluar dari lift. Matanya langsung menangkap sosok Ferro yang sedang duduk di ruang tamu sambil berbicara dengan ponsel nya. Dengan canggung, Kyla melangkah mendekati Ferro.

Ferro yang masih berbicara dengan ponselnya itu hanya melirik Kyla sekilas. Kyla hanya berdiri diam di hadapan Ferro sambil menunggu pria itu selesai bicara.

“Ayo.” Ferro berdiri dari posisi duduknya.

“Tu-tunggu.” Ujar Kyla membuat Ferro yang sudah melangkah beberapa langkah di depan Kyla itu memutar balik menghadap Kyla.

Ferro menatap Kyla tanpa berniat untuk sekedar bertanya ‘kenapa’. “Kita akan pergi kemana dan berapa lama?” Kyla bertanya sambil memberanikan diri untuk menatap mata Ferro.

“Ngg.. maksud ku, aku tidak tahu harus membawa ba-”

“Tidak usah bawa.” Sela Ferro. “Kita pergi sekarang.” Lanjut Ferro yang kemudian langsung melangkah duluan di depan Kyla.

Kyla tidak langsung mengikuti Ferro. Tetapi ia memilih melangkah kembali menuju ke kamarnya yang berada di lantai tiga untuk mengambil tas kecil yang berisi ponsel, charger, dompet beserta passport nya. Kyla masih tidak tahu akan di bawa kemana dan lebih baik membawa passport nya untuk berjaga-jaga.

Setelah mengambil barang-barangnya, Kyla dengan cepat turun kembali ke bawah sebelum semakin terlambat dan Ferro marah padanya.

***

Sejak tiba di JFK Airport tadi, Fabian langsung meminta passport Kyla. Untung saja Kyla membawa passport nya. Dan setelah melewati beberapa peraturan akhirnya Kyla dan Ferro masuk kedalam pesawat dan tentu saja berada di kelas bisnis.

Kyla baru tahu bahwa mereka akan pergi ke Italy lebih tepatnya di Milan. Terlihat dari wajah Kyla bahwa ia sekarang sangat canggung karena duduk bersebelahan dengan Ferro. Tidak ada percakapan di antara mereka berdua. Bahkan ketika pramugari mengantar makanan untuk mereka, mereka hanya memakan makanan mereka tanpa berniat untuk berbicara. Setelah selesai dengan makanan nya, tak lama Kyla mengantuk.

Tak butuh waktu lama Kyla langsung tertidur dengan nyenyak. Sedangkan Ferro, pria itu sejak tadi mengabaikan Kyla dan sibuk dengan macbook nya itu baru menyadari bahwa Kyla sudah terlelap di sebelah nya.

Ferro hanya melirik Kyla sebentar dan kemudian memfokuskan dirinya pada macbook nya kembali.

Perjalanan mereka memakan waktu yang cukup lama. Ketika pesawat akan landing, Kyla yang masih tertidur itu tersentak dan diri nya langsung terjaga.

Kyla merenggangkan tubuh nya dengan pelan dan kemudian mengusap kedua matanya. Setelah itu, mata nya melirik Ferro yang sedang sibuk dengan kertas-kertas putih. Kyla melihat kertas-kertas putih itu dengan tidak minat. Kyla pernah berjanji bahwa ia tidak akan mau berurusan dengan kertas-kertas putih itu. Kyla lebih memilih membersihkan satu rumah luas beserta taman dan kolam berenangnya dari pada harus menangani kertas-kertas putih itu.

“Sudah bangun?” Ferro bertanya pada Kyla sambil menyimpan kertas-kertas putih itu kedalam map berwarna coklat.

“Sudah.” Jawab Kyla sedikit terkejut karena Ferro yang tiba-tiba bertanya padanya. Setelah Kyla menjawab, Ferro hanya mengangguk sekilas.

Ferro dan Kyla sudah turun dari pesawat dan sedang berjalan keluar pintu bandara. Kyla hanya mengikuti Ferro dari belakang tanpa banyak bertanya. Kyla tidak dapat menutupi rasa bahagianya karena ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki nya di Italy.

Seumur hidup Kyla, ia tidak pernah berjalan-jalan hingga keluar negeri seperti ini. Kyla berjalan sambil memperhatikan orang-orang di sekitar Malpensa Airport yang berlalu lalang hingga tidak sengaja menabrak punggung Ferro yang tiba-tiba berhenti di depannya.

Story About KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang