Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan baru terdengar suara dentuman musik yang begitu keras di lantai satu lebih tepatnya lagi di ruang keluarga.
Entah ruang keluarga mereka yang tak kedap suara atau saudaranya yang membuka volume speaker nya sampai penuh, yang jelas Kyla bisa mendengar suara musik dengan samar-samar dari kamarnya yang berada di lantai 3.
Malam ini Kyla bahkan tidak berani keluar untuk mengisi perutnya yang sekarang sudah berbunyi meminta untuk di isi makanan.
Padahal jika di malam biasa, Kyla akan keluar dari kamarnya untuk mengisi perutnya setelah para saudaranya menyelesaikan makan malamnya.
Kyla memang tidak pernah ikut bergabung dengan saudara-saudaranya untuk makan bersama. Baik itu sarapan maupun makan malam. Kyla hanya akan makan bersama mereka jika itu ada Vegard.
Dulu ketika baru menjadi anggota baru keluarga ini, Kyla ikut makan bersama dengan saudaranya tanpa Vegard dan hasilnya Callie mengusir Kyla dengan kata-kata tidak pantas serta membuat beberapa peraturan untuk Kyla.
Kyla tidak boleh bergabung untuk makan bersama mereka ketika tidak ada Vegard dan Kyla boleh makan jika mereka semua sudah selesai makan.
Itu merupakan salah satu poin peraturan yang dibuat Callie dan Kyla harus menurutinya.
‘Akan lebih baik lagi jika kau tidak makan.’ Kira-kira begitulah ucapan Callie ke Kyla saat itu.
Dan dapat dipastikan saat ini tidak ada yang memperdulikan Kyla apakah ia sudah makan atau belum.
Kriuk.. kriuk..
Perut Kyla terus berbunyi seolah-olah tidak akan berhenti sampai di beri makan. Kyla baru ingat jika hari ini ia melewati sarapan dan makan siangnya karena sibuk mengerjakan pekerjaannya sebagai pelayan para saudaranya.
‘Damn it, Kyla. Kenapa kau begitu menyedihkan.’ Batin Kyla sambil memegang perut ratanya.
Bahkan persediaan air putih dua botol yang sengaja Kyla siapkan dikamarnya sudah habis di jadikan pelampiasan Kyla untuk menahan laparnya.
“Jika aku tetap disini maka penyakit lambungku akan kambuh.” Kyla menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan jika penyakit lambungnya itu kambuh. Itu akan semakin menyulitkannya terlebih persediaan obat Kyla kebetulan habis.
“Aku hanya turun ke dapur, mengambil makanan yang bisa ku makan dan aku akan langsung kembali ke kamar ini. Lagipula mereka sedang bersenang-senang. Mereka tidak mungkin ke dapur dan aku tidak akan bertemu dengan mereka. Pasti.” Kyla berbicara sendiri berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Kemudian Kyla membulatkan tekadnya dan memutuskan untuk turun ke lantai satu lebih tepatnya menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa mengisi perutnya.
Kyla beranjak dari ranjang yang ia tempati sejak tadi. Ia berjalan keluar kamarnya tak lupa sambil mengucapkan matranya dalam hati.
‘jangan temukan aku dengan mereka.’
Kyla memilih langsung turun melewati tangga dari pada lift. Hanya untuk berjaga-jaga bisa saja mereka bertemu. Karena biasanya mereka menggunakan lift dan tangga untuk pelayan.
Dengan setengah berlari Kyla turun dari lantai 3 ke lantai 1.
Tanpa membuang waktu, Kyla langsung berjalan menuju tempat tujuan utamanya, dapur.
Seperti biasanya, pada jam segini para pelayan biasanya sudah pasti berada di kamar masing-masing sehingga keadaaan dapur sekarang sepi dan gelap.
Kyla meraba saku celana nya untuk mengambil ponselnya. Kyla memilih menggunakan senter dari ponsel nya dari pada membuka lampu dapur.
