V.II

696 57 15
                                    

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ferro dengan  iris mata abu terangnya yang menatap Kyla dengan tajam.

"Menjajakan tubuh." Kyla menjawab nya dengan asal hingga membuat cengkraman Ferro yang berada di pergelangan tangan Kyla semakin kuat. Namun Kyla sama sekali tidak merintih kesakitan.

"Kenapa kau jadi seperti ini?" Kali ini Ferro bertanya pada Kyla namun dengan penuh penekanan.

"Apa kau tahu? Aku tidak pernah di inginkan bahkan sejak awal kelahiranku. Jadi menurut mu untuk apa aku hidup? Aku tidak ada alasan untuk hidup! Aku juga tidak mau menjalani hidup seperti ini! AKU TIDAK MAU!" Jawab Kyla dengan berteriak pada Ferro seakan-akan lupa jika Ferro bisa saja mengarahkan pistol tepat di tengah-tengah kepalanya.

"Saat Vegard membawa ku bergabung, kalian langsung kompak membenciku! Padahal aku berharap kalian bisa menerima kehadiranku. Mungkin aku berekspetasi terlalu tinggi terhadap kalian. Kalian bahkan tidak pernah ingin berdekatan denganku. Kalian semua sangat membenci aku.  Dan yang paling membuat aku frustasi adalah sampai detik ini juga aku masih tidak tahu alasan kenapa kalian semua begitu membenciku!” Tanpa Kyla sadari, Kyla sudah menangis. Kyla meluapkan rasa sakit dan rasa tertekan yang selama ini ia pendam ke Ferro.

Sebelumnya Kyla tidak pernah berteriak seperti ini. Kyla juga tidak pernah  meluapkan perasaannya dengan cara seperti ini. Bahkan pada Aleyna sekalipun. Selama tiga tahun ini, Kyla hanya bercerita pada Aleyna dengan tenang tanpa emosi meluap-luap seperti saat ini.

Sikap seperti ini benar-benar jauh dari Kyla yang Ferro tau. Ferro tidak menutup kebenaran bahwa ia terkejut melihat Kyla malam ini. Dan Ferro tidak menyangka jika Kyla akan meluapkan hal tersebut padanya.

"Kau menjauhlah dariku. Aku tidak membutuhkan payungmu." Ujar Kyla dengan ketus.

Kyla melepaskan cengkraman tangan Ferro dari pergelangan tangannya. Kemudian ia menjauhi Ferro yang memang dari tadi memayunginya. "Aku tidak mau di bilang penggoda. Aku bukan penggoda."

"Apa kau pikir dengan mengakhiri hidupmu semua akan selesai?" Tanya Ferro yang masih setia memayungi dirinya sendiri sedangkan Kyla kini sedang di guyur air hujan.

"Kau tidak tau rasanya jadi aku. Kau tidak pernah tau rasanya dimana kau tidak pernah di hargai. Tidak pernah di anggap ada dan tidak pernah di inginkan. KAU TIDAK PERNAH!" Teriak Kyla menjadi semakin keras dan penuh penekanan pada Ferro. Kyla benar-benar tidak peduli dengan siapa ia berbicara.

Mendengar perkataan Kyla, Ferro langsung mencengram kedua bahu Kyla dengan kasar. Kini Ferro juga ikut basah. Payung yang tadi ia pegang sudah ia buang entah kemana.

"AKU PERNAH KYLA. AKU PERNAH! TAPI AKU TIDAK PERNAH SEKALI PUN BERPIKIRAN SEMPIT SEPERTIMU!" Bentak Ferro sambil menatap Kyla dengan tajam.

Jika bukan karena pemikiran Kyla yang sedang kacau, mungkin Kyla akan ketakutan dan menundukkan kepalanya kemudian akan mengatakan 'maaf'. Tapi sekarang? Kyla tertawa mendengar penuturan Ferro. Kyla sekarang terlihat seperti orang yang mengalami gangguan jiwa.

"SADARKAN DIRIMU KYLA EMERY!" Teriak Ferro dengan murka ketika melihat Kyla yang merespon ucapannya dengan tertawa seakan-akan Ferro baru saja menceritakan cerita lucu.

"Apa kau sudah semakin membenciku? Mana pistolmu? Tembak aku, Ferro. Mati karena tertembak pelurumu terdengar lebih keren dari pada mati karena  bunuh diri. CEPAT TEMBAK AKU!" Teriak Kyla sambil mencengkram kemeja putih Ferro dengan kuat.

Plakk.

Kyla melepas cengkraman nya pada kemeja Ferro. Kemudian ia memegang pipi kiri nya dan menatap Ferro.

"Kau menamparku?" Tanya Kyla dengan ekspresi datar.

"AKU MINTA KAU TEMBAK AKU BUKAN TAMPAR AKU SIALAN. JIKA KAU MAU TAMPAR AKU MAKA PASTIKAN SATU TAMPARAN ITU BISA LANGSUNG MEMBUATKU MATI!" Mendengar teriakan Kyla yang semakin menjadi. Ferro langsung mengarahkan pistol yang entah ia ambil dari mana itu tepat di tengah kepala Kyla.

Story About KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang