"Hi?" Kyla tidak punya pilihan selain menyapa pria di hadapan nya yang masih setia menatap nya dengan tatapan arogan itu.
"Aku memilih kamar ini duluan." Ujar pria itu dengan datar. Sedangkan Kyla hanya mengangguk mengerti.
"Kalau begitu, aku permisi." Setelah mengucapkan kalimat itu, Kyla dengan cepat berjalan mundur kemudian menutup pintu dari luar.
"Kenapa si bastard Daniel ada disini?" Gumam Kyla dengan penasaran.
"Jangan-jangan ada orang lain selain dia?" Kyla mulai was-was.
Langkah Kyla berhenti di depan pintu yang berada di samping kamar Daniel. Kyla memilih mengetuk pintu sebelum membuka nya.
'Pintu nya tidak di kunci.' Batin Kyla sambil dengan pelan membuka pintu kamar tersebut. Kemudian ia memperhatikan sekitar kamar itu dengan hati-hati.
Kyla menghela nafas lega setelah mendapati kamar itu kosong. Dengan cepat, Kyla melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu nya dari dalam. Kyla meletakkan tas yang dari tadi berada di genggaman tangan nya itu di atas ranjang. Kemudian Kyla langsung merebahkan badan nya di atas ranjang. Walaupun tadi Kyla sempat tidur di pesawat, tetap saja Kyla merasa lelah.
Dalam hitungan detik, mata Kyla sudah terpejam dan ia langsung tertidur.
***
"Kau benar-benar membawa nya?" Tanya Daniel baru turun dari lantai dua dan mendapati Ferro yang sedang duduk di ruang tamu.
Ferro menatap Daniel yang berjalan ke arah nya dan duduk di sofa panjang yang tak jauh dari tempat yang Ferro duduk. "Milan lebih baik dari pada Roma."
"Tidak ada yang lebih baik. Mereka sama-sama Italy." Ujar Daniel dengan malas.
"Kau sudah bertemu dengan nya?" Ferro bertanya sambil mengangkat sebelah alis nya.
"Dia masuk ke kamar ku." Jawab Daniel sambil mengingat sedikit kejadian Kyla dengan dirinya.
"Bagaimana bisa?" Tanya Ferro dengan sedikit penasaran.
Daniel mengangkat bahu nya sekilas. "Mungkin menginginkan kamar yang aku pilih duluan."
"Seharusnya kau mengalah pada nya." Ujar Ferro dengan tenang.
"Dia tidak meminta aku untuk mengalah pada nya." Jawab Daniel dengan santai.
Ferro menggeleng kepala nya pelan. "Seandainya dia mempunyai keberanian seperti itu."
Daniel yang mendengar ucapan Ferro itu terkekeh pelan. Kemudian terlihat Marco yang baru masuk dan berjalan mendekati ruang tamu di mana Ferro dan Daniel berada. Di belakang nya di ikuti satu wanita yang kira-kira berusia kisaran 20-an tahun.
"Yang di beri tahu Marco cukup jelas kan?" Ferro bertanya pada wanita itu dan wanita itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Di atas." Setelah mendengar ujaran Ferro, wanita itu langsung permisi menuju ke lantai dua untuk mencari sosok Kyla.
"Untuk apa?" Daniel bertanya pada Ferro sambil mengerutkan alis nya.
"Kyla tidak membawa barang apapun ke sini. Jadi aku menyuruh Rafaella untuk menemaninya membeli barang kebutuhannya selama disini." Daniel yang mendengar penjelasan dari Ferro hanya mengangguk mengerti.
"Biar aku saja." Daniel tiba-tiba menawarkan diri.
Ferro menatap Daniel. "Kau yakin?"
"Kenapa tidak? Aku hari ini sedang tidak sibuk." Daniel menjawab Ferro tatapan meyakinkannya.