Embun putih memakan jalanku
Memaksa untuk tidak keluar pagi ini
Dingin udara hampir pejamkan mata lagi
Menghambat langkah kaki tuk menepiTeringat satu kejadian senja itu
Yang dimana awalnya aku senang kau tak datang
Karena si sakit ini tak ku hiraukan lagi datang
Dibawa oleh senyum manis itu di depankuTapi tatap ini berhenti tatkala kau datang
Aku sekarang berubah haluan tuk tatapmu, sekarang aku enggan tuk sapa
Bahkan tuk tersenyum didepanmu
Sungguh berat, bahkan seakan diterpa batu besar
Dikunci oleh puluhan gembok di bibir
Memaksa untuk berdiam di tengah keramaianSebenarnya di balik itu semua terselip sebuah rindu yang terobati
Meski tak sepenuhnya sembuh
Tapi setidaknya aku tau kau masih bisa tersenyum lebarAku curi-curi tuk pandangmu
Hanya ingin melihat lagi senyum tulus itu padaku
Tapi disaat kau pandangku balik
Kau seperti diriku
Yang ingin menyapa tapi terhalang oleh ego masing-masing
Dingin sekali kurasa
Berbeda dengan tatap yang dulu kurasa
Sangat hangat bahkan mengalahkan mentari di pagi hariAku sekarang mencoba tuk lupakan kejadian itu
Semakin ku ingin melupa
Malah semakin susah aku menghapusnya
Kejadian itu seperti jadi permanen
Menjelma jadi sebuah rindu yang semakin besar di hati
Entahlah aku sudah bosan
Tapi sepertinya ku harus bertahan
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Asa
PoetrySetiap kegelisahan dihidupku adalah suatu hal yang sangat berarti, dikala itulah hidup ini ku tuangkan hanya dengan ribuan kata dan untaian rasa yang ku pendam di sela-selanya.