"Semua terlihat baik- baik saja, terlihat sempurna. Namun jika kau menelisik lebih jauh kedalam, kau akan tahu seberapa rumit permasalahan yang tengah dirahasiakannya-"
***
Ruangan yang terasa terang ditembus sinar matahari membuat gadis yang kini terbaring nyaman di kasurnya itu perlahan membuka kelopak matanya. Ia menggeliat lalu terduduk di kasurnya dengan rasa pusing yang masih mendera kepalanya. Ia melirik ke meja sebelah ranjangnya, menemukan secangkir minuman dan secarik kertas.
Aku pergi jogging sebentar. Minum pereda mabuknya! Jangan lupa tepati janjimu! Kau kalah, dan sesuai kesepakatan, kau harus menuruti permintaanku! Tak sabar untuk segera bermain- main.. C U my wifey!!
Jennie meringis, mengingat perjanjian konyol mereka semalam. Sekarang ini ia terpaksa harus menerima nasib dan berharap semoga Hanbin tidak memintanya melakukan hal yang aneh- aneh.
Ia berjalan pelan menuju kamar mandinya. Matanya membulat ketika melihat lehernya yang dipenuhi bercak keunguan, "YAK KIM HANBIN SIALAN! MATI KAU!"
***
Dengan hoodie abu-abu tua, celana training hitam dan sepatu putihnya, Hanbin senyam-senyum sembari berlari. Headset meranting ditelinganya, memutarkan lagu- lagu buatannya. Ia sedang membayangkan bagaimana ekspresi Jennie ketika bangun mendapati dirinya seperti itu.
Lelaki itu duduk di kursi taman setelah kurang lebih 25 menit berlari. Ia masih saja terbayang Jennie di rumah yang tengah marah- marah, menurutnya itu terlihat lucu. Hanbin tak menampik bahwa kehadiran gadis itu sebenarnya turut membuatnya bahagia disela kepergian 'gadisnya' yang hingga kini tak ada kabar.
Untuk sebentar saja, Hanbin ingin jadi egois. Melupakan rasa rindunya dengan bermain dan menggoda Jennie. Diakuinya, itu cukup ampuh untuk meredakan kegalauan tak berujungnya itu.
Baru saja dipikirkan, nama Jenie terpampang di screen ponselnya.
"Selamat pagi sayang," ujarnya terkekeh
"Sialan! Kim Hanbin apa yang kau lakukan padaku?!" teriak Jennie yang membuat Hanbin melonggarkan Headsetnya.
"Apa? Apa yang kulakukan memangnya?"
"Ck! Jujurlah!"
"Kau yakin ingin mendengar kejujuranku? Kebenaran yang terjadi?"
"Aku akan membunuhmu!"
"Hey! Kau sendiri yang agresif. Kau sendiri yang menarik dan menciumku bahkan mendesah!" ujar Hanbin sembari menahan tawa.
Jennie melongo diseberang, "Tidak mungkin!"
"Ah, sayang sekali aku tak memasang CCTV di kamarmu, kau jadi tak bisa melihat lagi hal indah semalam," goda Hanbin.
"Sialan kau Kim Hanbin!"
Jennie memutus telepon secara sepihak. Meringis ketika tiba- tiba ingatan ia mencium Hanbin muncul.
"Ah sial!"
Namun Jennie menyadari sesuatu, ia masih bisa berjalan normal, berarti mereka tidak berbuat lebih jauh kan?!
***
Sementara itu, seorang gadis berambut lurus tengah berjalan anggun dengan mantel creamnya menuju sebuah kafe di pusat kota. Sesekali tangan rampingnya merapatkan mantelnya karena hawa dingin yang kian menusuknya.
Gadis itu masuk ke dalam kafe, matanya menyapu seluruh ruangan, mencari keberadaan seseorang yang sudah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu. Senyum manisnya terukir, lalu dengan langkah ringan mendekati lelaki berpakaian serba hitam yang baru saja membuka maskernya sembari menampilkan senyum khas padanya.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanfictionThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one