"Semuanya tahu, namun berpura- pura seolah tak tahu- menahu. Oh, bukankah sandiwara adalah bagian terbaik dalam hidupmu?-"
"Sudah kubilang kan? Aku tak mau lagi menerima apapun dari bajingan itu!" Jennie membentak ketika Rose memasuki ruangannya dengan membawa sebuket bunga putih.Gadis kurus itu nampak tak gentar, ia justru mendekat dengan senyum sialannya.
"Kau terlalu sentimen pada Kim Taehyung, J! Ini bukan darinya, ini dari suami kesayanganmu itu," Rose meletakkan buket itu di meja Jennie lalu mengerlingkan matanya jahil sebelum melangkah keluar ruangan.
Jennie menatap buket bunga itu dengan raut datar, lalu meraihnya, menemukan sepucuk memo yang terselip disana.
"Sesekali aku harus jadi suami yang manis, bukan? Luangkan waktu makan siangmu untuk makan denganku! See u later wifey!"
***
Wanita itu memasuki sebuah rumah makan yang cukup sederhana. Bedanya, tempat ini memiliki dekorasi yang bagus sehingga membuatnya terlihat bagus meskipun bukan restoran mahal.
Tempat ini cukup ramai, ada banyak orang yang mengantri. Tanpa sadar senyumnya terbentuk, entah kenapa. Bukankah ini pertama kalinya Hanbin mengajaknya makan di tempat seperti ini? Sebelumnya laki- laki itu selalu boros, mereservasi satu restoran penuh hanya untuk mereka berdua atau memilih tempat- tempat classy. Namun tempat ini? Rumah makan sederhana yang dulu biasa Jennie kunjungi bersama teman- temannya, membuatnya kembali bernostalgia.
Jennie melangkah ke salah satu tempat yang masih kosong. Pandangan gadis itu menyapu seisi ruangan, sungguh ia rindu masa- masa nya dahulu.
Dua orang melangkah masuk, turut menarik perhatian wanita itu. Pandangannya bertemu dengan kedua orang itu. Gadis itu tak kaget lagi, bibirnya nampak mengukir seulas senyum miring.
"Apa kau menunggu lama?" gadis itu menyapa Jennie tepat ketika bokongnya mendarat sempurna di kursi kayu itu. Masih dengan senyum cerahnya.
Jennie memasang senyumnya, melirik Hanbin sekilas yang tak menampakkan ekspresi apapun.
"Tidak, aku juga baru sampai," balas Jennie.
Pelayan menghampiri mereka, mencatat pesanan tiga orang itu.
"Sudah lama rasanya kita tak kesini, iya kan J?" Jennie mengiyakan, menatap gadis yang sejak tadi tersenyum cerah itu.
"Ah kau sudah terima bunganya, kan? Aku membelinya dan mengirimkannya untukmu. Kupikir, sesekali orang kantor harus tahu bahwa Hanbin sangat romantis," kekeh gadis itu lagi.
Jennie tertawa hambar.
"Ah, aku akan menetap di Seoul kurang lebih dua minggu ini saja. Kau tak keberatan kalau kupinjam Hanbin untuk dua minggu ini?" gadis itu bertanya pada Jennie yang tengah mengaduk minumnya.
Jennie membalasnya dengan senyuman, "tentu saja tidak, he is all yours!" balas Jennie santai.
Sementara Hanbin hanya diam, mengamati ekspresi Jennie yang nampak benar- benar santai.
Suasana sepertinya cukup santai, tak ada ketegangan diantara mereka bertiga. Meskipun ini adalah kali pertama Hanbin berani muncul dengan gadisnya sebagai kekasih dihadapan Jennie, mengakuinya.
"Berapa lama lagi kira- kira kau akan menyelesaikan studimu?" tanya Jennie lagi.
Gadis itu nampak sedikit berpikir, "paling cepat mungkin 1,5 tahun," jawabnya.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
Hayran KurguThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one