20

2.7K 339 16
                                    

"Tanpa sadar, aku telah merubah diriku sendiri menjadi brengsek yang sesungguhnya,-"

Wajahnya pucat pasi ketika mendapati nomor tak dikenal mengiriminya pesan, belum lagi kalimat dalam pesan itu membuatnya tak tenang. Ia menghela nafasnya pelan, berusaha menahan buliran air mata yang tengah mendesak keluar. Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam rumah setelah sedikit menetralkan kekhawatirannya.

Wanita itu meregangkan lehernya yang terasa kaku setelah seharian bekerja, ia memilih melenggang masuk kedalam kamarnya, melewati Hanbin yang memandangnya tanpa ekspresi.

Tepat ketika pintu kamarnya tertutup, buliran bening tiba- tiba lolos dari matanya. Ia menyekanya kasar, "Kau lebih kuat dari ini, Jennie Kim," lirihnya sendiri.

Ia memilih masuk kedalam kamar mandi, berusaha melupakan bayang- bayang lelaki yang terus menerus mengganggunya itu. Entah kenapa, ia seakan masih tak bisa berdamai dengan masa lalunya, bertemu lagi dengan laki- laki itu membuatnya sakit, teramat sangat.

Tak butuh lama, ia keluar dari kamar mandinya mendapati Hanbin yang kini sudah duduk di tempat tidurnya. Ada pandangan sendu di mata lelaki itu ketika mata mereka bertatapan. Jennie yang masih berusaha menahan air matanya hanya berpura- pura kuat.

Namun entah kenapa, ketika melihat Hanbin memandangnya sembari memegang ponselnya membuat air matanya tak tebendung lagi.Hanbin pasti sudah mengetahuinya.

Ia membalikkan tubuhnya cepat, berusaha kembali masuk ke dalam kamar mandi. Namun tangan cekatan Hanbin lebih dulu menariknya dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Jika ingin menangis, menangislah. Setidaknya itu mungkin membuatmu merasa sedikit lebih baik," ucap Hanbin.

Jennie pasrah, ia menangis lagi.  Ia meringsak masuk kedalam pelukan Hanbin, menangis disana tanpa peduli apa tanggapan Hanbin terhadapnya.

Tak ada kata- kata yang meluncur dari mulut keduanya. Hanbin membiarkan Jennie terisak di dadanya hingga rasanya kaosnya telah basah. Ia memiih mengusap air mata di wajah gadis itu, memandangnya dalam lalu mengecup kedua mata gadis itu.

Jennie memandang Hanbin lekat.

"Maaf," gadis itu tersenyum kecut. 

Lama laki- laki itu menatap wajah sembab gadis dihadapannya itu. nampak jelas raut lelah dan tertekan gadis itu. Hanbin menarik Jennie lalu menidurkannya di ranjang dengan ia terbaring disampingnya.

"Ayo tidur!" ajaknya.

Jennie menatap bingung lelaki berhidung besar di hadapannya.

"Hanya tidur! Aku janji tak akan mengambil kesempatan apapun!" tambahnya ketika melihat tatapan wanita itu seperti tak memercayainya.

"Kau tidak tidur dengan Jisoo malam ini?" tanyanya.

Hanbin melihatnya sekilas, "Dia sedang pulang ke rumah ayah. Lagipula, kalau dia melihatmu seperti ini, dia pasti khawatir," balasnya.

Mereka tidur bersebelahan, meskipun tak saling peluk ataupun apa. Hanya berbaring bersebelahan, kedua pasang mata itu juga belum terpejam.

"Terkadang, memejamkan mata saat sedang punya masalah itu sulit ya," tambah Hanbin. Meskipun Jennie tak meresponnya, ia berharap wanita itu mau mendengarnya bernarasi kali ini.

"...aku sering tak bisa tidur ketika sedang bermasalah. Rasanya, ketika memejamkan mata, semua kejahatan dan kegelapan itu menyelubungiku, aku tak suka," ujarnya. Jennie masih mendengarkan dengan seksama meskipun tak ada niat untuk merespon.

"Tapi karena sekarang aku sudah disampingmu, harusnya kau bisa tidur," tambah laki- laki itu lagi.

Jennie terkekeh kecil, apa maksud laki- laki ini sebenarnya.

THE KIM'S SECRET ✔️Where stories live. Discover now