"Angin malam itu berbahaya. Tak hanya bagi kesehatan tapi juga bagi pikiran dan perasaanmu-"
Jennie mendorong pelan bahu lelaki yang tengah menempelkan bibir di bibirnya itu, menatapnya aneh."Kau tidak sedang mabuk. Ada apa?" tanyanya lagi.
Ia tahu, ada sesuatu yang tidak beres. Dari pandangan gusar Hanbin, Jennie tahu lelaki itu tidak sedang dalam mood yang baik, matanya memancarkan sorot kebimbangan dan keputusasaan. Hanbin mengacak rambutnya sendiri, lalu menyender kebelakang, menjauhkan tubuhnya dan Jennie.
"Hello Mr.Kim, im here," sindir Jennie ketika laki- laki itu kini justru memunggunginya.
Laki-laki moody. Hampir nampak seperti Jennie ketika PMS, moodnya jadi tidak jelas.
Jennie mencetak senyum miringnya lagi, "Wanita lain pasti menganggap dirinya dicampakkan jika seperti ini," sindirnya.
Hanbin tak bergeming masih diam sembari menatap luar kaca mobil.
Sekali lagi wanita itu berdecak, kesal akan sikap semaunya yang ditunjukkan oleh Hanbin. Jennie menurunkan pembatas yang sempat dinaikkan oleh Hanbin tadi. Lalu memberi perintah kepada supir untuk mengganti haluan jalan mereka.
Hanbin menoleh mendengar Jennie memberi alamat lain pada supir, namun Jennie memilih cuek. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah taman kecil yang meskipun malam tapi masih terlihat indah. Seperti orang bilang, ada ratusan tempat indah nan romantis di Paris.
Jennie menarik Hanbin untuk turun, lelaki itu hanya menurut saja. Mereka berjalan sedikit sampai akhirnya Jennie berhenti tepat disebuah kursi panjang di tengah taman, disekelilingnya ada lampu-lampu kecil bertebaran. Ia mendudukkan Hanbin di kursi itu lalu menarik pergelangan tangan Hanbin, melihat waktu yang terukir disana, 00.05
Hanbin hanya diam, masih mengamati apa yang dilakukan oleh istri kontraknya itu. Jennie merogoh sebuah kotak kecil dan korek api lalu membawanya ke hadapan Hanbin.
"Happy birthday to you...," ia menyanyi pelan sembari menyalakan api dari korek yang bersebelahan dengan cupcake kecil yang sepertinya diambilnya dari pesta tadi. Benar- benar seadanya..
Gummy smilenya merekah sembari menyanyi dihadapan Hanbin. Sementara laki- laki itu juga perlahan mengembangkan senyumnya. Sungguh, ia juga lupa bahwa hari ini adalah Hari Ulang Tahunnya.
"Make a wish boy," titah Jennie pelan. Hanbin memejamkan matanya beberapa saat sebelum akhirnya meniup api dari korek yang dipegang Jennie.
"Thanks a lot J. Aku sendiri bahkan lupa hari ini ulang tahunku," ucap Hanbin.
Jennie tersenyum lagi, "Maaf karena aku hanya bisa memberimu kejutan kecil seperti ini, aku juga baru sadar ini hari ulang tahunmu," kekehnya.
"Kau ambil ini dari pesta tadi?" tanya Hanbin sembari melirik cupcake kecil di tangan Jennie. Gadis itu membalasnya dengan senyum kecil.
"kadoku menyusul!" ucap Jennie lagi. Sementara Hanbin masih memasang senyumnya. Sepertinya kegalauannya tadi sudah sedikit reda.
Hanbin mengambil cupcake yang berada di tangan Jennie lalu mengarahkannya ke bibir Jennie. "Hei, aku mengambilkannya untukmu," kilah Jennie.
Hanbin menggeleng, "Suapan pertamaku untukmu," balasnya. Jennie terdiam sesaat, sebelum akhirnya menggigit kecil potongan kue itu, lalu Hanbin yang memakan sisanya.
"Tentu saja aku yang pertama, tak ada orang lain lagi disekitar kita sekarang," Jennie terkekeh kecil. Sementara Hanbin hanya menatapnya.
Tangannya terulur membersihkan sedikit coklat yang menempel di sudut bibir gadis itu. "Terimakasih," ucapnya.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanfictionThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one