"Everything i was afraid of already happened to me. Now, i dont have anything to scared.-"
.
Mata kucingnya perlahan terbuka, mengerjap perlahan dan hampir saja melompat kaget ketika mendapati dirinya tengah berada di dalam pesawat. Bukannya tadi ia tidur di mobil?
Jennie mengedarkan pandangannya kesekeliling, mendapati Hanbin yang duduk disampingnya tengah duduk disampingnya. Jennie hampir saja mengajaknya bicara ketika sadar lelaki itu tiba- tiba mendaratkan pandangan dingin padanya.
Ia tak mau melanjutkan kalimatnya, membiarkan Hanbin mengenakan kembali kacamata hitamnya lalu bersender lagi di tempatnya, nampaknya ia ingin tidur.
Jennie hanya diam tak tahu kenapa situasi canggung tiba- tiba melilit mereka. Yang ia tahu, Hanbin sedang dalam mood yang kurang baik.
Situasi itu berlangsung cukup lama, bahkan hingga mereka turun dari pesawat, Hanbin masih mendiaminya. Ada apa ini? Apa ia telah berbuat kesalahan? Apa Hanbin marah padanya karena tidur terlalu lama tadi di mobil??
"Hanbin," akhirnya Jennie mengeluarkan suaranya, merasa perlu meluruskan situasi yang aneh ini.
Laki- laki yang tengah menarik koper mereka berdua itu hanya memandangnya datar, tak menjawab dengan kata.
"Apa terjadi sesuatu?" tanyanya hati- hati.
Hanbin tak membalasnya, memilih lanjut berjalan dengan menarik kedua koper itu, meninggalkan Jennie yang hampir melongo dibelakangnya.
Perjalanan dari bandara ke rumah Hanbin juga terasa sangat jauh karena situasi canggung tiba- tiba ini. Jennie berusaha berpikir positif, mungkin saja Hanbin memang benar tengah lelah.
"Kau istirahatlah! Aku harus menemui seseorang," ucapnya dingin saat ia meletakkan kedua koper itu di ruang tengah. Lalu tanpa babibu langsung meninggalkan Jennie lagi.
"Ada apa dengannya?"
***
Jennie kembali masuk ke kamarnya, meraih sebatang rokok yang tersembunyi di kopernya, menyulutnya lalu berjalan menuju balkon. Memandang pemandangan malam yang terhampar dihadapannya sembari berusaha menghubungi Hanbin. Namun nihil, lelaki itu tak menjawab satupun panggilannya. Ia beralih mengetik pesan, menanyakan keberadaan pria itu. Apa Hanbin meninggalkannya ke Apartemen Jisoo?
Gadis itu mencari kontak Jisoo lalu berusaha menghubunginya, namun ponsel gadis itu juga mati. Jennie menghela nafas kasar, ia ditinggal sendirian disini? Mereka berdua pasti tengah menikmati quality time berdua. Padahal Jennie juga ingin berbincang dengan Jisoo, kan?
Lama ia terbengong sampai akhirnya pintu kamarnya terbuka keras, menampakkan sosok lelaki berhidung besar yang tampil acak- acakan. Jennie mendekat, bersandar pada tembok, memandang aneh laki- laki yang tiba- tiba saja muncul dengan kondisi sangat berbeda dengan dirinya yang biasa itu. Bajunya acak- acakan, matanya sembab, wajahnya merah, rambutnya berantakan, dan tangannya ada bekas luka?
Gadis itu mematikan rokoknya di sebuah asbak lalu mendekat kearah lelaki yang seumuran dengannya itu. Ugh, bau alkohol menyeruak dari tubuh lelaki itu. Ada apa ini? Ia sedang ada masalah?
"Bin?"
Panggilnya ketika lelaki itu hanya terbengong dengan wajah sedih dihadapannya. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Jennie mengambil tangan kanan Hanbin yang penuh luka, ada luka terbuka yang mulai mengering disana. Tanpa basa- basi menarik laki- laki itu untuk duduk di sofa. Dengan cekatan ia mengambil air, handuk kecil, alkohol, serta perban yang selalu dibawanya dalam kotak P3Knya. Duduk disamping Hanbin yang pandangannya masih kosong itu.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanfictionThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one