"Berapa persen persahabatan antara laki- laki dan perempuan yang bertahan? Tanpa setitik-pun rasa cinta atau tertarik? Are u serious?-"
***
Busan, 2009
"Kau bosan?"
Lelaki berambut coklat kehitaman itu mengelus surai hitam gadisnya yang sedari tadi bersandar padanya. Gadis ringkih yang masi terbalut gaun rumahan dengan rambut berantakan itu menarik kepalanya dari senderannya, menatap lelaki tampan disampingnya. Ia menggeleng kecil."Aku tidak bisa bosan saat bersamamu,"
Jawaban polos gadis itu membuatnya terkekeh kecil. Lelaki itu merapikan anak rambut sang gadis. Lalu mengecup dahinya pelan.
"Aku serius, apa kau ingin jalan- jalan keluar?" tanya lelaki itu lagi.
Gadis itu nampak berbinar, matanya membulat dan berkilau, padahal laki- laki itu hanya menawarinya.
"Apakah boleh?" tanyanya ragu- ragu.
Lelaki itu tersenyum manis sekali, tak menjawab melainkan lebih melangkah menjauh dari bangku yang ia duduki berdua tadi. Meninggalkan gadisnya dengan raut bingung.
Tak lama lelaki itu kembali. Membawa keranjang anyam berwarna coklat lalu menggelar tikar dibawah bangku mereka tadi. Dengan sabar menata isi keranjang itu di tikar yang digelar diatas rumput taman belakang rumah besar itu.
Lelaki itu berdiri, menggenggam sebuket bunga lalu menyerahkannya pada gadis itu, lalu dengan perlahan meraih gadis itu, mengajaknya turun untuk duduk bersama diatas tikar.
Gadis itu tersenyum berkat perlakuan manis laki- laki yang baru saja mendeklarasikan diri sebagai kekasihnya itu.
"Aku bisa menyiapkan apapun untukmu," gadis itu sedikit tersipu.
"...sayangnya aku tak bisa menyajikan satu hal," kalimatnya menggantung, membuat si gadis menunggu dengan was- was. Ditambah lagi ketika senyum manis laki- laki itu perlahan sirna, tergantikan oleh sunggingan senyum miringnya. Oh tidak, jangan lagi!
"aku tak bisa.. Dan tak akan pernah membiarkanmu keluar dari sini," senyum setan lelaki itu terukir sempurna. Perlahan memudarkan senyuman di wajah sang gadis yang kini berubah menjadi ekspresi takut- takut.
Seiringan dengan mentari yang terbit lalu terbenam. Laki- laki itu sama seperti itu. Menjadi laki- laki manis yang sempurna ketika pagi, dan menjelma bak iblis di malam hari. Membuat gadis itu lagi- lagi meraung, bahkan bak melolong kesakitan, tersiksa.
Masihkah hati itu setia? Atau justru menyerah akan keadaan?
***
"Kim Mingyu!"
Lelaki berpostur tubuh tinggi itu berbalik ketika suara cempreng khas wanita menyapanya. Senyum tipisnya terukir ketika mendapati Lalisa, teman SMA nya dahulu yang kini jadi sunbae-nya di dunia permodelan menghampiri.Senyum lebar gadis itu masih sama seperti dulu. Tak heran, Lalisa memang dengan mudahnya bisa berteman dengan siapa saja, termasuk dirinya.
"Kau sudah dengar? Kita akan pemotretan bersama untuk majalah minggu depan," gadis itu berujar dengan semangat.
Mingyu mengangguk sembari terkikik pelan, "se-semangat itu kau akan pemotretan bersamaku?" jahilnya. Sementara Lalisa hanya menyahuti kekehannya.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanficThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one