36

3.4K 342 40
                                    

"Lihat lagi kedalam hatimu. Dibanding perlindungan, tahta, harta, ataupun status, tidakkah pengisi kehampaan di hati juga sebenarnya telah dia penuhi?"

Lelaki dengan pakaian serba hitam itu menatap genggamannya pada tangan sang gadis, terukir senyum indah di bibirnya. Sementara itu, gadisnya itu kini menaruh kepalanya di pundak si lelaki, menikmati kebersamaan mereka yang sederhana seperti ini di dalam mobil jadi terasa luar biasa.

"Aku benar- benar bahagia,"si gadis membuka percakapan. Sementara laki- laki disampingnya itu mengelus puncak rambut gadis itu.

"Terimakasih," hanya sepatah kata singkat itu yang keluar dari bibir sang lelaki, bersama dengan seutas senyumnya.

Gadis itu, Jisoo, mengangkat kepalanya, menatap kearah Bobby yang kini duduk disampingnya. "Untuk?"

Bobby memandangnya dalam, lalu mengecup dahi gadisnya penuh rasa sayang. "Karena telah mencintaiku, menyadarkan hatimu, bertahan denganku, dan berjuang untuk kita meskipun aku awalnya tak mau berjuang," ucapnya, membuat sedikit senyum terukir di bibir Jisoo.

"Harusnya aku yang berterimakasih padamu. Karena kau telah mengorbankan prinsipmu demi hubungan kita pada akhirnya. Aku tak pernah masalah untuk berjuang, kau sendiri tahu aku bagaimana," ucapnya sembari kembali menyenderkan kepalanya di bahu kokoh Bobby.

Lelaki itu tersenyum simpul, sekilas perjuangan keras Jisoo kembali terputar di benaknya. Bagaimana gadis itu yang dengan keras kepala terus memaksa untuk menjenguk dan merawatnya saat sakit, mempromosikan restauran miliknya, hingga mengatur banyak rencana tak masuk akal agar bisa memenuhi keinginannya itu. Awalnya Bobby sedikit takut akan sikap perfeksionis dan ambisius Jisoo. Ia benar- benar takut jika nantinya gadis itu melakukan lebih banyak hal diluar nalar lainnya.

Dengan segala keteguhan hatinya, Bobby selalu menolak halus pengakuan hati Jisoo, meskipun ia sendiri sebenarnya menaruh rasa pada Jisoo. Ia hanya tak ingin mengencani bosnya dan juga wanita yang sudah ia anggap sebagai adik, apalagi ia takut memecah keluarga Kim nantinya.

Bobby patut sedikit berbangga, Jisoo adalah wanita teguh dengan ribuan tekad kuat, berjuang sampai sejauh ini tentu tak mudah. Apalagi ia juga berjuang melawan hatinya sendiri.

Ia tak pernah bisa membenarkan semua cara yang dijalankan Jisoo ini, terlalu rumit. Tapi ia juga tak membenci hasilnya kini..

Bobby bersyukur ia bisa jujur pada perasaan sendiri meskipun harus menyakiti orang lain pada awalnya.

Ia membuka jendela, membiarkan angin dari pantai membelai mereka berdua yang tengah berada di dalam mobil. Sepasang insan itu tengah berada di sebuah kawasan pantai yang sepi, tapi mereka memilih untuk diam di dalam mobil karena nampaknya akan segera turun hujan.

Ia menggenggam erat jemari gadis itu yang kini tersemat sebuah cincin pemberiannya, menatapnya dengan tulus. Ia baru saja melamar Jisoo, bahkan langsung melamar ke orang tuanya. Tentu saja keluarga Kim sangat mendukungnya, mereka menyayangi dan memang menyukai Bobby. Apalahi Jisoo, wanita itu senang bukan kepalang ketika tiba- tiba Bobbu datang langsung melamarnya dihadapan kedua orang tuanya..

"Kau mau tahu sesuatu?" tanya Bobby.

Jisoo memandangnya antusias, "apa?"

"Cincin itu, pilihan Jennie," ujarnya akhirnya. Jisoo tersenyum kecil, menatap jemarinya. "..pantas, ini benar- benar sesuai seleraku," balasnya.

Lelaki itu tersenyum bangga. Tempo hari, setelah mendengarkan keputusan Hanbin, ia dengan cepat mendatangi Jennie, bahkan ke Jeju, berusaha tak membunuh perasaan siapapun lagi.

"Meskipun kita memang tidak terlalu dekat, tapi aku yakin kau cukup tahu bahwa selama ini aku selalu mengawasimu dan Jisoo, tanpa sadar membuatku tahu sedikit banyak tentangmu. Aku minta maaf untuk apa yang sudah dilakukan Jisoo pada kalian, tapi kali ini biarkan aku sedikit membenahi kesalahan yang ada," ujarnya tertahan sebelum menyambung kalimatnya dengan helaan nafas berat, sembari memperhatikan ekspresi datar wanita dihadapannya.

THE KIM'S SECRET ✔️Where stories live. Discover now