"Masa lalu, selamanya hanya akan menjadi bayang gelap yang menyisakan luka. Kau hanya harus memberanikan diri untuk menerima kenyataan. Karena kenyataanlah yang pada akhirnya akan menang dan memberikan akhir yang bahagia.-"
Seoul
Gadis itu diam tak bergeming ketika Jisoo membawanya ke sebuah rumah sakit. Mereka berhenti tepat di depan sebuah ruangan. Dari balik kaca, Jennie berusaha menerka siapa orang itu.
Matanya membulat ketika mendapati seseorang terbaring dengan infus dan alat yang rumit terpasang disekitarnya. Bulir bening lagi- lagi jatuh mengalir di pipinya.
Jisoo menepuk pundaknya pelan. "Ibumu sudah terbaring disini setelah perceraian dengan ayahmu," perkataan Jisoo lagi- lagi membuat Jennie kaget bukan main.
"Dia sakit keras. Ayahmu menceraikannya karena tahu ibumu sakit dan merasa kecewa," lagi, bak disambar petir di siang bolong. Sedangkal itu cinta ayahnya pada ibunya?
Jennie menangis, meraung sejadi- jadinya. Menyesali sempat membenci ibunya selama ini.
Jisoo memeluknya, menenangkan Jennie.
Selama ini, ibunya berjuang menghadapi sakitnya, tapi ia tak ada disampingnya.
Orang tua Jisoo yang merupakan sahabat karib ibunya telah merawat ibu Jennie selama itu.
Beberapa minggu setelahnya, ibu Jennie pulih. Meskipun ia tahu, sangat kecil kemungkinan untuk bisa sembuh 100 persen.
"Maafkan ibu," itulah kata pertama yang lolos dari bibir ibunya saat pertama melihat Jennie. Langsung menusuk dan menghujam dalam Jennie.
Ibunya tahu bahwa Jennie tak diperlakukan secara baik oleh ayahnya sendiri. Itulah kenapa akhirnya ia minta bantuan Jisoo untuk menyelamatkan Jennie meskipun sedikit terlambat.
Tentunya ini tanpa sepengetahuan orang tua Jisoo. Hanya Jisoo yang mengetahui kejadiannya secara utuh, orang tua jisoo dan ibunya hanya tahu bahwa Jennie tidak diperlakukan baik oleh ayahnya.
Keluarga mereka hidup berdampingan. Jennie juga sedikit demi sedikit bisa dekat dan akhirnya benar-benar bersahabat bahkan lebih mirip kakak adik dengan Jisoo.
Mulai saat itu, Jennie meniti kehidupan barunya. Kembali bersekolah di sekolah yang sama dengan Jisoo, meskipun berbeda angkatan. Gadis itu selalu ada untuknya, lebih tepatnya bak menjadi kakaknya.
Saham milik keluarga Ibu Jennie akhirnya bisa diraih kembali oleh ibunya. Perlahan hal itu juga yang membuat kehidupan mereka kembali.
Jennie yang notabene merupakan gadis cerdas selalu mendapatkan nilai sempurna di bangku kuliahnya. Setelah lulus, ia langsung mewarisi ibunya sebagai pemilik Ruby Corp. Tak hanya itu, dalam waktu 2 tahun ia bisa menyelesaikan studi magisternya di Australia dan kembali untuk menjalankan perusahaan.
***Gadis itu terbangun dengan denyut jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Peluh menghiasi dahinya, bayang- bayang masa lalu kembali menghantui tidurnya.
Matanya kembali meluncurkan cairan bening. Ia menekuk dan memeluk lututnya, terisak lagi.
Sepasang tangan hangat menarik tubuh Jennie kearah si pemilik tangan. Mendekapnya lalu mengelus puncak kepala gadis itu, berusaha menyalurkan kehangatan agar dia lebih tenang.
Jennie menengok ke samping, hampir lupa bahwa ia tidur bersama Hanbin.
"Aku disini,"
Sekali lagi, Hanbin menenangkannya. Pelukan laki- laki itu sepertinya menjadi salah satu amunisi paling ampuh untuk menetralisir kekhawatirannya.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanfictionThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one