"Kau lah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri. Jalan yang kau lihat akan selalu gelap kalau kau memandangnya demikian. Aku percaya di dalam hatimu masih ada matahari kecil yang kau tutupi. Bukalah sejenak, dan kau akan menyadari betapa indahnya pelangi yang selama ini kau hindari. Perasaanmu itu.-"
***
CKLEK.
Hanbin menarik masuk dua koper yang baru saja dibawakan oleh orang suruhannya itu. Tangannya kini beralih meraih gagang telepon untuk memesan makanan. Setelah selesai, ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menatap langit- langit dengan pandangan yang sulit diartikan.
Kejadian tadi membuatnya makin ingin melindungi Jennie. Entah sebagai teman, kontrak, atau apalah itu. Raut kesedihan yang sangat kentara terlihat di wajah Jennie membuatnya turut merasa sedih. Hanbin tak menampik, melihat Jennie membuatnya sedikit demi sedikit yakin akan cerita Jiwon tempo hari. Jennie dan Taehyung punya hubungan masa lalu yang benar- benar berat bagi Jennie. Namun di sisi lain, ia masih tak yakin bahwa ayah Jennie setega itu padanya. Ingin bertanya, namun ia merasa takut membuat Jennie terbebani.
CKLEK.
Suara pintu terbuka bersamaan dengan wangi vanilla yang menyeruak membuat Hanbin tersadar dari lamunannya. Ia memandang gadis yang wajahnya terlihat sembab itu. Hanbin tahu Jennie menangis, tapi ia tak bisa bersikap peduli karena Jennie adalah tipe gadis yang tak suka dikasihani. Ia takut nantinya itu justru akan membuat Jennie makin tertekan.
"Eoh, orang suruhanku telah membawakan koper kita, kau bisa mengganti bajumu sekarang," ujar Hanbin yang berusaha tak melihat gadis chubby dengan bathrobe putih yang melekat sempurna di tubuhnya itu.
Jennie mengedarkan pandangannya kearah kopernya, lalu meraih beberapa lembar pakaian dan masuk lagi kedalam kamar mandi tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
Setelah Jennie masuk kedalam kamar mandi, Hanbin menghela nafasnya lagi. Berusaha menetralkan kinerja jantungnya yang kian menggila. "Dia tak melakukan apapun tapi kenapa ia terlihat benar- benar menggoda begitu, sih?" rutuknya sendiri.
Diam- diam Hanbin harus mengakui, Jennie memiliki kharisma memikat yang luar biasa. "Aku harus hati- hati," sarannya pada dirinya sendiri.
Tak lama kemudian Jennie keluar dengan kaos dan hotpants santainya seperti di rumah dengan rambut yang masih terbalut handuk. Jennie memandang datar Hanbin yang tengah tidur- tiduran shirtless itu.
"Mandi sana! Kenapa kau malah naik ke tempat tidur dengan tubuh berkeringatmu itu," desisnya tajam. Hanbin memandangnya sengit, tak terima.
"Mandi atau tidak mandi aku tetap wangi," ujarnya dengan percaya diri.
Jennie memutar bola matanya lalu melempar handuk kearah Hanbin. Gadis itu memilih mengeluarkan perlengkapan skincarenya lalu berdiam diri di depan kaca, tak memerdulikan Hanbin yang melangkah ke kamar mandi dengan wajah tertekuk.
Setelah kurang lebih lima menit mengaplikasikan semuanya, ia kembali melamun, entah memikirkan apa. Pandangannya kosong menatap wajahnya sendiri di pantulan cermin. Belakangan ini setiap melihat ke cermin, ia selalu teringat pada masa lalunya. Mungkin seharusnya ia tak bercermin lama- lama sekarang.
Lamunannya buyar ketika suara dentingan bel terdengar. Ia melangkah pelan lalu mengintip dari lubang pintu yang tersedia. Menyadari yang datang adalah staff hotel, ia membuka pintunya membiarkan staff tersebut memasukkan troli penuh dengan makanan yang diletakkannya di sebuah meja cukup besar di tengah ruangan. Dengan senyum lembut, staff tersebut melangkah pergi dan meninggalkan kamar Jennie.
Jennie menatap datar makanan dihadapannya itu. Pasti Hanbin, pikirnya.
Tepat waktu, Hanbin pun keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan wangi maskulinnya itu. Membaur dengan bau daging yang sedari tadi menusuk penciuman Jennie.
YOU ARE READING
THE KIM'S SECRET ✔️
FanfictionThe best way of keeping a secret is to pretend there isn't one