"KAU YANG HARUS KELUAR DARI RUMAH INI! BUKAN AKU."
Pagi itu, Zahid baru saja menyelesaikan salat Dhuha di kamarnya ketika terdengar suara teriakan seseorang dari halaman rumah sebelah. Pemuda itu segera bangkit menuju jendela untuk mengetahui apa yang terjadi karena tak biasanya tetangganya itu berbicara dengan nada keras. Dan mata Zahid terbelalak, jantungnya berdegup kencang demi melihat pemandangan di bawah sana.
Di depan gazebo, ia melihat seorang perempuan dengan dandanan seksi dan glamour sedang berkacak pinggang di depan Dewi yang jatuh tersungkur. Sepertinya perempuan seksi itu habis menarik paksa tangan Dewi untuk berdiri. Sementara di sisi lain rumah itu, tampak sepasang suami istri asisten Dewi, Bi Sum dan Pak Nanang, sedang duduk tak berkutik dijaga oleh seorang pria berbadan kekar. Zahid mengedarkan pandangan, ada dua orang pria berbadan kekar lagi yang juga sedang berjaga di sudut lain rumah itu. Mereka bagaikan algojo yang siap menghukum siapapun yang berani membantah perintah.
Apa yang sedang terjadi pada Dewi-nya? Siapa perempuan seksi yang telah berbuat kasar pada Dewi dan siapa pula pria-pria itu? Zahid bergegas hendak menolong. Pemuda itu hampir saja keluar tapi kemudian ia sadar bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkan pertanyaan dari orang-orang, darimana ia bisa tahu semua kejadian ini? Bisa-bisa aktifitas pengamatannya terhadap Dewi selama ini terbongkar. Akhirnya, Zahid memutuskan mengamati dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Zahid melihat perempuan seksi itu menunjukkan sebuah surat dan beberapa dokumen di map biru. Dewi bangkit dan membaca dengan teliti semua dokumen itu dengan tangan gemetar. Mimik perempuan berhijab itu berubah seketika, air matanya berlinang. Tampak sekali kalau ia ketakutan.
"BENAR KAN? KAU KINI PERCAYA KALAU RUMAH INI MILIKKU SEKARANG?" Teriak perempuan seksi itu lagi.
Kemudian perempuan seksi itu melangkah menuju Bi Sum dan Pak Nanang, "Mulai detik ini kalian tak usah bekerja di sini lagi. Kalian aku pecat!" ucapnya kepada dua orang itu dengan ketus.
Bi Sum dan Pak Nanang saling berpandangan tak percaya dengan apa yang baru mereka dengar.
"Ta...ta...pi, Bu? Ka...ka...kami sudah bertahun-tahun bekerja di rumah ini. Kemana kami harus pergi?" Pak Nanang berkata dengan wajah memelas.
"MANA AKU TAHU? ITU URUSAN KALIAN!" Perempuan itu berteiak memekakkan telinga membuat Bi Sum dan Pak Nanang terlonjak kaget. Bahkan Zahid bisa mendengarnya dengan jelas. "Ayo segera angkat kaki dari sini, atau aku suruh bapak-bapak ini untuk melempar kalian ke jalan, hah?"
"I...iya baik, Bu." Tanpa menunggu dibentak untuk kedua kali, sepasang suami istri itu segera pergi menuju kamar untuk mengemasi barang-barang mereka.
Dewi memandang kedua asistennya dengan mata berlinang, "Maafkan aku Bi Sum dan Pak Nanang."
Setelah kepergian kedua orang tadi, kembali perempuan seksi itu menghampiri Dewi yang hanya diam termangu.
"Sedangkan kamu tetap tinggal di rumah mewah ini, tapi dengan syarat, kau harus melayani semua kebutuhanku. Kau pembantuku sekarang hahahaha!" Perempuan seksi itu tertawa jumawa.
Dewi tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tak punya siapa-siapa di kota ini. Sebenarnya ia masih punya Lana yang sejak kematian Wirya pulang ke rumah Pak Roni ayahnya.
"Hai kenapa diam saja, ayo sekarang segera buatkan kami minuman!"
Dewi merasa tak punya pilihan lain. Sementara ini biarlah tinggal di sini bersama perempuan bernama Susi yang mengaku adik angkat almarhum suaminya itu. Nanti atau besok ia akan menelepon Lana untuk meminta bantuannya.
"Baik, Susi. Aku ke dapur sebentar."
"Apa kau bilang? Kau memanggilku siapa hah?" Perempuan itu menyambar tangan Dewi yang hendak beranjak menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Jingga (Complete)
RomanceSiapa yang menyangka jika Zahid, pemuda 28 tahun yang baru pulang dari London, lulusan magister bisnis sebuah Universitas terkenal di sana, ternyata jatuh cinta pada perempuan muda tetangga sebelah rumah yang sering dilihatnya dari jendela kamarnya...