Matahari hampir tenggelam ketika Zahid memasuki gerbang perumahannya sore itu. Ketika hendak berbelok ke halaman rumahnya yang asri, mata pemuda itu menangkap SUV merah yang dikenalnya memasuki halaman rumah sebelah.
Cepat-cepat Zahid memarkir mobilnya di garasi dan bergegas menuju rumah sebelah. Ia hendak memasuki halaman rumah itu, tiba-tiba datang seorang lelaki setengah tua membawa gulungan kabel, sepertinya hendak menghidupkan lampu taman karena memang hari sudah gelap.
"Cari siapa, Mas?" tanya laki-laki itu pada Zahid.
"Eee, apakah benar ini rumah ibu eee...?" Zahid menepuk jidat, kenapa tadi tidak menanyakan namanya. "Saya mencari seorang perempuan berjilbab yang sedang hamil dan tadi masuk ke mari?"
"Maksud Mas Ibu Lana?"
"Iy...iya, ibu Lana." Zahid mengiyakan saja apa yang diucapkan lelaki itu.
"Ibu Lana baru saja datang mengajar. Ia sekarang sedang istirahat. Kalau boleh tahu Mas ini siapa? apakah mahasiswa Ibu Lana? "
"Bukan, Pak. Saya teman sekolahnya dulu." Zahid terpaksa mengarang.
"Ooo gitu, Ibu Lana sedang besama dengan Ibu Dewi dan Pak Wirya. Mari silakan masuk, saya akan beritahu ibu Lana."
"Nggak...nggak usah, Pak. Lain kali saja sudah malam ini. Oiya maaf, Pak Wirya dan ibu Dewi itu siapa?" Zahid bertanya ingin tahu. Biasanya ia adalah orang yang tak pernah mau ikut campur urusan orang. Tapi ini benar-benar berbeda. Zahid kepo maksimal terhadap apapun tentang perempuan muda yang telah menyerempet mobil kesayangannya.
"Pak Wirya itu suami Ibu Lana dan Ibu Dewi itu juga istri Pak Wirya."
"Ooo gitu, Baiklah. Saya permisi dulu. Rumah saya di sebelah sini."
"Jadi Mas ini tetangga sebelah yang baru pindahan, ya? Nanti saya beritahukan ke Pak Wirya."
"Saya rasa nggak usah. Nanti kapan-kapan saya akan silaturrahmi ke sini."
Zahid masuk ke rumahnya dan mendekati Bu Mita yang sedang menata meja makan.
"Zahid, ayo makan dulu. Hari ini mama masak makanan kesukaanmu," ajak Bu Mita ketika melihat putranya.
"Zahid membersihkan badan dan ganti baju dulu, Ma." Setelah mencium takzim tangan mamanya, Zahid melesat ke kamarnya di lantai dua.
"Mama, sudah kenal tetangga kanan dan kiri?" tanya Zahid. Kini ibu beranak itu sedang menikmati makanan yang tersaji di meja makan.
"Sudah, dong. Sebagai orang baru kita harus kulonuwun terlebih dulu sama lingkungan sini. Itu namanya etika. Sudah hampir sebulan di sini, Alhamdulillah udah ada beberapa yang kenal. Terutama pak RT, pak RW dan tetangga satu blok. Oiya, kapan-kapan kau harus ikut pertemuan bapak-bapak. Kabarnya sih diadakan tiap tiga bulanan."
Meski tak terlalu antusias, Zahid mengangguk.
"Mama kenal juga sama tetangga sebelah kiri kita," selidik Zahid.
"Keluarga Pak Wirya? Kenal."
Zahid mengangguk-angguk. "Pak Wirya itu punya istri dua ya, Ma?"
"Kabarnya sih, iya."
"Apa benar mereka bertiga tinggal satu atap di rumah sebelah itu?"
"Katanya iya. Tapi mama baru bertemu sekali dengan pak Wirya. Sama kedua istrinya belum pernah ketemu. Kenapa emang?"
"Eee, nggak kenapa-kenapa." Meski masih penasaran, Zahid tak melanjutkan pertanyaannya.
"Oiya, Zahid, apa kau mau mengantar mama ke bandara. Besok pesawat mama jam 07.45. Transit Jakarta dulu baru Kuala Lumpur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Jingga (Complete)
Storie d'amoreSiapa yang menyangka jika Zahid, pemuda 28 tahun yang baru pulang dari London, lulusan magister bisnis sebuah Universitas terkenal di sana, ternyata jatuh cinta pada perempuan muda tetangga sebelah rumah yang sering dilihatnya dari jendela kamarnya...