Bagian 14

2.6K 124 2
                                    

Pagi kembali menjelang. Dewi sedang menyapu di lantai satu yang lengang. Sedangkan Susi masih di kamarnya di lantai dua. Entah sedang apa perempuan itu sampai pukul sekian belum keluar juga dari kamarnya.

Dewi terus menyapu dan berbenah. Ia tak menyadari sepasang mata pria berbadan kekar, salah satu pengawal Susi, sedang lekat menatapnya.

"Halo sayang, semakin lama memperhatikanmu aku semakin yakin bahwa kamu sangat cantik. Kau tahu? Baju kebesaranmu ini tak mampu menutupi keindahanmu." Tanpa Dewi sadari, pria berbadan kekar itu kini telah memeluknya dari belakang. Refleks, Dewi menarik diri dan menjauh.

"Jangan menghindariku, Sayang. Tahukah kau? Aku telah lama menunggu saat-saat di mana aku bisa memelukmu." Pria itu kembali berusaha meraih Dewi ke dalam pelukannya. Dewi gesit menghindar berusaha bersikap senormal mungkin dan tetap melanjutkan pekerjaannya dengan cepat  Tak patah arang karena dicueki, pria berbadan kekar itu terus mengikuti Dewi.

"Semakin kau menghindar, semakin aku bernafsu memelukmu," ujarnya sambil mendekatkan badannya ke perempuan itu dan kembali memeluk.

"Lepaskan!" Dewi meronta. Pelukan yang kedua ini lebih kuat daripada yang pertama tadi, mengharuskan Dewi mengerahkan seluruh tenaga agar bisa lepas. Beberapa detik berlalu, Dewi belum juga berhasil melepaskan diri.

"Kau tak akan bisa lari dariku, Sayang!" kata pria itu dengan suara parau sambil berusaha mendekatkan wajahnya hendak mencium Dewi.

Dewi terus meronta sekuat tenaga. Akhirnya, setelah berusaha mengumpulkan tenaga yang tersisa, Dewi berhasil melancarkan tendangan tepat ke selangkangan sang pria. Dulu ia pernah mempelajari tendangan ini semasa di pondok. Tendangan itu tidak terlalu keras memang, mengingat posisi Dewi yang kurang menguntungkan, tapi sukses mengendorkan pelukan sang pria. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Dewi segera ambil langkah seribu. Perempuan itu memutuskan berlari menuju tempat yang lebih terbuka, hatinya mengatakan bahwa ia sedang diintai bahaya. Taman depan adalah tujuannya. Sedangkan si pria, menyadari mangsanya lepas, langsung sigap mengejar. Terjadilah kejar-mengejar antara Dewi dan pria berbadan kekar itu di ruang tengah rumah yang luas itu.

Dewi tiba di taman depan dengan napas terengah-engah. Pria berbadan kekar sudah sekian langkah saja darinya.

Tiiin...tiin...tiiin...

Sebuah klakson mobil Fortuner hitam dari arah pintu gerbang mengagetkan keduanya.

"Hai, buka pintunya!" Seseorang berteriak dari mobil yang jendelanya sudah dibuka. Pria berbadan kekar yang tadi mengejar Dewi, beralih menuju gerbang untuk membuka pintu.

Dewi bernapas lega, paling tidak ia kini telah lepas dari kejaran pria tadi. Ia memutuskan menjauh ke sudut taman dan mengambil selang lalu mulai menyiram bunga.

Sambil menyiram, Dewi memperhatikan mobil hitam yang kini sudah masuk dan berhenti di carport. Satu per satu penumpang turun. Ada empat orang laki-laki bertampang sangar dan tiga orang perempuan berpakaian seksi.

Tiba-tiba Dewi merinding melihat mereka. Hatinya berdegup kencang serta ada rasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi."Apakah mereka adalah orang-orang yang diundang Susi melalui telpon kemarin untuk pesta narkoba di sini?" tanyanya dalam hati.

Dewi merasa harus menghindar dari sini. Ia tak sanggup melihat rumah yang pernah ditinggalinya bersama Wirya digunakan untuk maksiat. Lagipula ia tak ingin terlibat sedikit pun. Tapi ia akan kemana dan bagaimana caranya?

Tangan Dewi menyiram tapi otaknya terus berpikir bagaimana caranya menghindar. Sampai tanpa terasa ia kini berada di pintu gerbang. Tiba-tiba Dewi menyadari bahwa pintu gerbang tak terkunci. Dewi menoleh ke arah rumah. Semua orang termasuk tamu dan pria penjaga berbadan kekar tadi telah masuk ke dalam rumah. Ia memutuskan keluar menuju masjid komplek sekitar beberapa blok dari rumahnya. Ia pernah ke sana beberapa kali bersama Wirya. Ia akan di sana sampai semua orang itu pulang.

Cinta Jingga (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang